Welcome to My Blog.. Selamat datang di Blog pribadi saya, semoga informasi yang disajikan bisa menambah pengetahuan rekan sekalian. Terimakasih, Agus Salim // 08192263032 // 0811702402
Senin, 05 November 2012
Tanah Dijual di Batam / land for sale in Batam
Ditawarkan lahan untuk dijual atau dikerjasamakan : Lokasi : Pulau Serapat kecil RT : XVI/08 Desa : Kasu Kecamatan : Belakang Padang Kota Batam Luas : 18 Hektare call : 0811702402
Kamis, 18 Oktober 2012
judi marak kembali di batam
BATAM – Bisnis Gelanggang Permain (Gelper) kembali marak di Batam setelah Pemerintah Kota mengeluarkan ijin pengeoperasian usaha tersebut. Sayangnya, sejumlah tokoh masyarakat memprotes dibukanya kembali Gelper karena dinilai mengandung judi.
Kepala
Dinas Pariwisata Kota Batam, Yusfa Hendri mengatakan, sejak Januari hingga Juli
telah dikeluarkan ijin resmi untuk 14 usaha Gelper dan hingga saat ini Pemko
Batam belum mengeluarkan ijin baru, meski banyak pengusaha yang telah mengajukan
ijin tersebut.
Praktisi
Hukum di Batam, Sutan Siregar mengatakan, Pemko Batam mestinya tidak lagi mengeluarkan
ijin pengoperasian Gelper karena sudah jelas usaha tersebut merupakan judi.
Unsur judi dalam Gelper sangat jelas terlihat dari adanya uang dan hadiah dalam
setiap permainannya.
“Usaha
Gelper ini sudah sering di tertibkan bahkan olehMabes Polri namun masih juga
buka sampai saat ini karena aparat tidak tegas,” katanya, Rabu (17/10).
Menurut
Sutan, Pemko Batam mestinya menarik kembali ijin yang telah dikeluarkan dan
tidak lagi member ijin pengoperasian Gelper karena secara norma susila dan
agama, Gelper mengandung unsur judi dan itu tidak diperkenankan dalam agama
serta social karena akan merusak generasi muda dan merusak perekonomian daerah.
Untuk itu, aparat hokum seperti Kepolisian harus bersikap tegas dengan
menertibkan seluruh Gelper yang ada di Batam tanpa pandang bulu.
Sementara
itu, Polda Kepri telah Menetapkan Tiga Tersangka Terkait Perjudian Berkedok
Gelper Tersangka diantaranya Pemain, Karyawan dan penyelenggara Gelanggang
Permainan terebut.
Humas
Polda Kepri AKBP Hartono, SH dalam keterangan persnya mengatakan, telah mengamankan
tiga orang tersangka dengan dugaan tindak pidana perjudian. Ketiga tersangka
tersebut diantaranya 1. Cony Ade Mayang Sari selaku penyelenggara dan juga
merangkap Gelanggang Sebagaimana tertuang surat izin Pariwisata 466 / 556 /
ITUP / JRHK.1 / IX /07 Tanggal 2012, yang dikeluarkan Kepala Dinas
Pariwisata Kebudayaan Kota dengan Nama Walikota Batam; 2. Moch. Yusuf yang
bekerja sebagai teknisi bagian Permainan (Gelper) Mall yang menyerahkan hasil
kemenangan (Juan Ronal yang menang) 3. Juan Ronal selaku pemain permainan pada
ketangkasan (Lucky Doraemon) yang lokasi Gelanggang Permainan (Gelper) di Kepri
Mall.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir
Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar ketika dikonfirmasi Koran
Jakarta belum dapat memberi penjelasan terkait rencana Mabes Polri yang akan
turun ke Batam menertibkan Gelper tersebut. (gus).
Pemprov Kepri Akan Tarik Seluruh Saham di Bank Riau-Kepri
BATAM
– Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berencana menarik seluruh sahamnya
di Bank Riau-Kepri untuk selanjutnya mendirikan Bank Pembangunan Daerah (BPD)
sendiri. Rencana yang sedang dikaji tersebut akan direalisasikan dalam waktu
dekat.
Gubernur Kepri, H.M Sani mengatakan, wacana
pembentukan BPD Kepri sudah dikemukakan sejak beberapa tahun lalu namun belum
juga direalisasikan padahal daerah ini mestinya sudah memiliki BPD sendiri
sepertihalnya daerah lain. Untuk itu, Pemprov Kepri akan mengesa pembentukan
BPD Kepri dengan cara membentuk tim yang akan mengaji kelayakan pendirian Bank
tersebut.
“Sudah dibentuk tim yang akan mengaji kelayakan serta
manfaat pendirian BPD Kepri dan diharapkan tim ini bekerja cepat sehingga
rencana pendirian Bank Daerah bisa terealisasi,” katanya, Selasa (16/10).
Anggota DPR RI asal Kepri, Harry Azhar Azis berharap
pendirian BPD Kepri bisa segera terealisasi karena Kepri membutuhkan lembaga
pembiayaan seperti bank untuk mendanai berbagai proyek infrastruktur yang
kondisinya masih sangat minim di berbagai daerah di Kepri.
Untuk itu, seluruh kelompok masyarakat termasuk
anggota DPRD Kepri harus mendukung rencana tersebut dengan cara mengalokasikan
anggaran yang cukup sebagai modal awal pendirian bank tersebut.
Amhar Ismail, Assisten Bidang Ekonomi dan
Pembangunan Pemprov Kepri, mengatakan pendirian bank daerah atau Bank Kepri perlu
dilakukan untuk mendukung kebijakan Pemprov Kepri terhadap pertumbuhan ekonomi
Kepri saat ini.
“Melalui Bank Kepri, Pemprov Kepri berkeinginan membentuk bank daerah yang 100 persen asetnya milik Pemprov,” katanya.
Dengan didirikannya Bank Kepri nantinya, seluruh saham Pemprov Kepri di Bank Riau Kepri akan ditarik untuk dijadikan modal awal pendirian Bank Kepri. Nilai seluruh saham dari Bank tersebut diperkirakan mencapai 5 triliun rupiah sehingga cukup sebagai modal awal pendirian Bank Riau Kepri.
“Melalui Bank Kepri, Pemprov Kepri berkeinginan membentuk bank daerah yang 100 persen asetnya milik Pemprov,” katanya.
Dengan didirikannya Bank Kepri nantinya, seluruh saham Pemprov Kepri di Bank Riau Kepri akan ditarik untuk dijadikan modal awal pendirian Bank Kepri. Nilai seluruh saham dari Bank tersebut diperkirakan mencapai 5 triliun rupiah sehingga cukup sebagai modal awal pendirian Bank Riau Kepri.
Pemda sendiri, kata dia masih mencari formulasi yang
tepat untuk mendirikan Bank Daerah., Bank Kepri bisa dibentuk dari tiga opsi pembentukan
bank daerah yang ada, misalnya dengan mendirikan bank baru, lalu proses
akuisisi bank yang sudah ada atau dengan cara spin opp atau pemisahan unit
usaha dari bank. Semua alternative tersebut masih dikaji dan diharapkan bisa
diputuskan dengan tepat oleh tim yang sudah dibentuk. (gus).
DPRD Kepri Desak Pembangunan Jembatan Batam-Bintan
TANJUNG PINANG – DPRD Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) minta Pemerintah
Daerah segera menyusun rencana strategis untuk merealisasikan pembangunan
jembatan Batam-Bintan yang sudah direncakan beberapa tahun lalu. Mengingat pentingnya
keberadaan jembatan tersebut untuk pembangunan daerah.
Ketua Komisi III DPRD Provinsi Kepri
Joko Nugroho meminta Pemerintah Provinsi Kepri serius merealisasikan rencana
pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan (Jembatan
Babin). Dengan terealisasinya jembatan itu, maka akan berdampak positif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kepri.
"Jembatan Babin akan memberikan
dampak yang luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi terutama di Pulau Bintan, sebab
keberadaan jembatan tersebut mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang
diakibatkan lancarnya transportasi sehingga investor akan melirik potensi Pulau
Bintan yang sangat besar," katanya, Senin (15/10).
Untuk itu, DPRD Kepri minta Pemprov
Kepri segera melakukan pemaparan tentang rencana pembangunan jembatan tersebut.
DPRD sendiri akan membantu guna mempercepat realisasinya.
"Kami berharap agar ada pemaparan yang jelas dari Pemprov Kepri dalam waktu dekat ini terkait rencana pembangunan jembatan tersebut. Tidak masalah apakah pendanaannya dari APBN atau swasta murni, yang penting kita tahu dan bisa menjelaskannya kepada masyarakat," kata Joko.
"Kami berharap agar ada pemaparan yang jelas dari Pemprov Kepri dalam waktu dekat ini terkait rencana pembangunan jembatan tersebut. Tidak masalah apakah pendanaannya dari APBN atau swasta murni, yang penting kita tahu dan bisa menjelaskannya kepada masyarakat," kata Joko.
Proyek Jembatan Batam – Bintan pertama
kali digagas oleh BP Batam dengan nilai investasi sekitar 3 triliun rupiah.
Jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dan Bintan tersebut nantinya memiliki
panjang sekitar 6,7 kilometer dan diperkirakan akan memberi dampak signifikan
bagi kemajuan Provinsi Kepri. Sayangnya, meski proyek tersebut strategis namun,
Pemprov Kepri dinilai tidak serius merealisasikannya, sebab sampai saat ini
belum ada pemaparan yang jelas dari Pemerintah daerah kepada DPRD.
Sementara itu, Kepala Badan
Pengusahaan (BP) Batam Mustofa Widjaja beberapa waktu lalu mengatakan, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah selesai melakukan blue print
terkait pembangunan Jembatan Babin, dimana tahun 2013 mendatang akan dilakukan
studi kelayakannya.
"Pemerintah pusat bersama BP Batam saat ini sedang melakukan kajian atas pembiayaan rencana pembangunan jembatan itu, apakah akan dari investasi atau kerja sama kemungkinan tersebut masih dikaji. Tapi pengerjaaannya kelas internasionalnya sekarang ini sedang dipelajari konsultan," kata Mustofa. (gus).
"Pemerintah pusat bersama BP Batam saat ini sedang melakukan kajian atas pembiayaan rencana pembangunan jembatan itu, apakah akan dari investasi atau kerja sama kemungkinan tersebut masih dikaji. Tapi pengerjaaannya kelas internasionalnya sekarang ini sedang dipelajari konsultan," kata Mustofa. (gus).
Tujuh Perusahaan Investasi di Karimun Senilai Rp86,7 Triliun
BATAM – Sebanyak tujuh perusahaan
asing dan domestik segera merealisasikan rencana investasinya di kawasan
perdagangan serta pelabuhan bebas (FTZ/Free Trade Zone) Karimun, Provinsi
Kepulauan Riau (Kepri) dengan total nilai investasi sekitar 86,7 triliun
rupiah. Investasi itu dipastikan akan meningkatkan perekonomian Kabupaten
Karimun karena jumlah tenaga kerja lokal yang diserap mencapai ribuan.
Bupati Kabupaten Karimun, Nurdin Basirun mengatakan, tujuh perusahaan yang
akan menanamkan modalnya adalah PT Citra Putra Mandiri yang akan membangun industri
penyulingan minyak dan resort di daerah Karimun Anak dengan nilai investasi
sekitar 38,820 triliun rupiah. Kemudian, PT Putra Bengkong Sunrise bergerak
dibidang jasa terpadu dengan nilai investasi sekitar 335 miliar rupiah. PT
Sumatera Karimun Shipyard bergerak di bidang industri pembuatan kapal dan
bangunan terapung dengan nilai investasi sekitar 30 juta dollar AS setara
dengan 270 miliar rupiah dengan kurs 9 ribu rupiah per dollar AS.
Selanjutnya PT Soma Daya Utama bergerak di bidang industri pembangunan
pembangkit listrik tenaga uap dengan nilai investasi 855 miliar rupiah. PT
Karya Maritim Makmur bergerak di bidang perbaikan dan pemotongan kapal dengan
nilai investasi 25 miliar rupiah dan PT Karimun Kostal Maritim dengan nilai
investasi 100 miliar rupiah. Lalu ada satu perusahaan yang telah memberi komitmen
langsung ke Pemerintah pusat yakni Perusahaan asal Italia, PT Saipem Indonesia Karimun Branch (SIKB) yang akan
membangun kilang minyak dengan investasi 5 Miliar dollar AS atau sekitar
47,5 triliun rupiah.
“Enam dari tujuh perusahaan tersebut sudah kami tandatangni MoU rencana
investasinya dan tahun depan diharapkan terealisasi, sedangkan satu perusahaan
lagi yang berasal dari Italia langsung member komitmen pada pemerintah pusat,”
katanya, Minggu (14/10).
Menurut Nurdin, penandatanganan MoU dengan perusahaan tersebut dilakukan
Jumat (12/10) yang langsung dilakukan oleh Direksi masing masing perusahaan
tersebut dan disaksikan Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini.
Direktur PT Citra Putra Mandiri, Raja Sapta Oktohari mengatakan, pihaknya
sudah memiliki beberapa perusahaan di BBK (Batam , Bintan dan Karimun) sedangkan
proyek yang baru dilaksanakan nanti merupakan industri penyulingan minyak dan
pembangunan resort. Pemerintah daerah, kata dia sudah menyediakan lahans eluas
60 hektare untuk pembangunan pabrik penyulingan dan 788 hektare untuk
pembangunan resort.
“Salah satu alasan kami memilih Karimun sebagai lahan investasi lantaran
posisi Karimun berada di kawasan yang sangat strategis, berhadapan
langsung dengan pintu gerbang lalu lintas dunia yakni selat malaka,” katanya.
Menurut Raja Sapta Oktohari yang juga
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini peluang investasi di
Karimun sangat bagus dan menjanjikan karena selain berstatus sebagai kawasan
FTZ, karimun juga memiliki lokasi yang strategis.
Ketua Kadin Kepri, Johanes Kennedy Aritonang mengatakan, kawasan FTZ BBK
memang sangat prospektif karena banyak mendapat fasilitas dan kemudahan
berinvetasi dari pemerintah pusat selain itu, lokasinya juga sangat strategis
sehingga memudahkan investor untuk pengiriman barang ke penjuru dunia.
Meski demikian, pertumbuhan investasi di kawasan itu terbilang lambat bila disbanding
dengan kawasan sejenis di negara tetangga seperti Malaysia, China dan Vietnam
serta India. Itu disebabkan, masih ada sejumlah kendala investasi yang dihadapi
investor seperti kepastian hokum, persoalan buruh, persoalan lahan dan
infrastruktur.
Untuk mendukung pertumbuhan investasi di kawasan itu, kata Kennedy, pemerintah
mestinya bisa meningkatkan kapasitas pelabuhan kargo yang ada saat ini karena
kapasitasnya sudah maksimal. Kemudian, Pemerintah juga diminta segera
mengalihfungsikan lahan di Pulau Rempang dan Galang untuk dijadikan kawasan
komersil seiring makin tingginya permintaan lahan dari investor, semendata
lahan yang ada sudah sangat terbatas khususnya di Batam. ( gus)
Kepri Menarik Investor Asing Bangun Kilang Skala Besar
BATAM – Dua perusahaan asing asal China dan Itala akan membangun kilang minyak skala besar di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Rencana investasi triliunan rupiah tersebut dilakukan seiring letak Kepri yang sangat strategis berada di Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur perdagangan dunia tersibuk.
Wakil
Menteri ESDM, Rudi Rubiandini mengatakan, perusahaan asal Italia yakni
PT Saipem Indonesia Karimun Branch (SIKB) telah
berkomitmen menanamkan investasi sebesar 5 Miliar dollar AS atau
sekitar 47,5 triliun rupiah untuk membangun kilang minyak di Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepri.
"Saipem merupakan Perusahaan Asing asal Italia, bergerak dibidang Kilang Minyak dan Konstruksi Migas, dan berkomitmen untuk menanamkan investasi melalui Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 5 miliar," katanya, Jumat (12/10).
"Saipem merupakan Perusahaan Asing asal Italia, bergerak dibidang Kilang Minyak dan Konstruksi Migas, dan berkomitmen untuk menanamkan investasi melalui Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 5 miliar," katanya, Jumat (12/10).
Selain
perusahaan Italia, Perusahaan China yakni Sinopec juga telah
merealisasikan rencana investasinya membangun kilang minyak di Pulau
Janda Berhias, Batam Provinsi Kepualauan Riau (Kepri) tahun ini juga.
Proyek dengan nilai investasi
sekitar 815 juta dollar AS setara dengan 7,3 Triliun rupiah dengan kurs
9 ribu rupiah per dollar AS itu diyakini sebagai kilang terbesar di
Asia Tenggara yang nantinya akan merekrut tidak kurang dari 1.900
pekerja lokal.
Presiden Direktur Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi di Pulau Janda Berhias sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian, perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM.
“Kilang minyak yang akan kami bangun nantinya mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan Malaysia,” katanya usai peletakan batu pertama pembangunan proyek, Rabu (10/10).
Ditambahkan, minyak yang ditampung di Kilang tersebut nantinya berasal dari sejumlah perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah. Proyek yang dibangun dengan biaya sekitar 815 juta dollar As tersebut diharapkan rampung dalam beberapa tahun kedepan.
Menurut Wang, dalam proyek tersebut pihaknya bekerjasama dengan MAS grup atau PT MAS Capital Trust dan diharapkan bisa member efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Acara peletakan batu pertama pembangunan proyek dihadiri President SINOPEC Wang Tianpu, Managing Director SINOPEC Ye Zhijun dan President PT MAS Capital Trust Bond Hawana. Turut disaksikan pula oleh Duta Besar Cina untuk Indonesia Liu Jianchao, Gubernur Kepri H.M Sani dan Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan serta Ketua Badan Pengusaaan Batam Mustofa Widjaya.
Gubernur Kepri H.M Sani mengatakan, direalisasikanya rencana investasi tersebut tidak terlepas dari perubahan status pulau Janda Berhias yang masuk menjadi kawasan FTZ.
“Semulai Pulau Janda Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,” katanya.
Peralihan status pulau itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia dan di Kepri khususnya.
Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya. (gus).
Presiden Direktur Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi di Pulau Janda Berhias sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian, perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM.
“Kilang minyak yang akan kami bangun nantinya mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan Malaysia,” katanya usai peletakan batu pertama pembangunan proyek, Rabu (10/10).
Ditambahkan, minyak yang ditampung di Kilang tersebut nantinya berasal dari sejumlah perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah. Proyek yang dibangun dengan biaya sekitar 815 juta dollar As tersebut diharapkan rampung dalam beberapa tahun kedepan.
Menurut Wang, dalam proyek tersebut pihaknya bekerjasama dengan MAS grup atau PT MAS Capital Trust dan diharapkan bisa member efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Acara peletakan batu pertama pembangunan proyek dihadiri President SINOPEC Wang Tianpu, Managing Director SINOPEC Ye Zhijun dan President PT MAS Capital Trust Bond Hawana. Turut disaksikan pula oleh Duta Besar Cina untuk Indonesia Liu Jianchao, Gubernur Kepri H.M Sani dan Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan serta Ketua Badan Pengusaaan Batam Mustofa Widjaya.
Gubernur Kepri H.M Sani mengatakan, direalisasikanya rencana investasi tersebut tidak terlepas dari perubahan status pulau Janda Berhias yang masuk menjadi kawasan FTZ.
“Semulai Pulau Janda Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,” katanya.
Peralihan status pulau itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia dan di Kepri khususnya.
Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya. (gus).
Pemerintah Segera Bangun Pulau Nipah
BATAM
– Pemerintah pusat diketahui telah menyiapkan anggaran miliaran rupiah untuk
membangun Pulau Nipah yang merupakan pulau terluar berbatasan langsung dengan
Singapura. Pembangunan pulau tersebut nantinya akan menjadi proyek percontohan
pengamanan pulau terluar di Indonesia.
Kepala Pusat Komunikasi
Publik Kementrian Pertahanan RI, Mayjen TNI Hartind Asrin mengatakan pemerintah
melalui beberapa instansi seperti Kementrian Pertahanan dan Kementrian Kelautan
dan Pesisir akan membangun beberapa proyek di Pulau Nipah. Misalnya, bunker
bahan bakar dan logistik untuk pusat pengisian bahan bakar kapal-kapal yang
melintas di sekitar perairan tersebut dan proyek itu akan dimulai pengerjaanya
tahun depan.
"Pulau Nipa akan
menjadi percontohan bagi pengamanan pulau-pulau terluar lainnya," katanya,
Kamis (11/10).
Untuk tahap pertama, Pulau
Nipah seluas sekitar 60 hektare itu akan dibagi beberapa cluster. Cluster pertama
seluas 15 hektare di utara digunakan untuk pertahanan, lalu 10 hektare di
tengah untuk konservasi, dan 35 hektare untuk zona ekonomi di bawah pengelolaan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Guna mendukung proyek tersebut, Pemerintah akan membangun beberapa infrastruktur dasar seperti listrik dengan memasang solar cell dan penyediaan kapal di dermaga pulau itu untuk keperluan transportasi satgas. Kemudian akan dibangun sarana komunikasi agar tidak lagi tergantung dari sinyal milik Singapura.
Guna mendukung proyek tersebut, Pemerintah akan membangun beberapa infrastruktur dasar seperti listrik dengan memasang solar cell dan penyediaan kapal di dermaga pulau itu untuk keperluan transportasi satgas. Kemudian akan dibangun sarana komunikasi agar tidak lagi tergantung dari sinyal milik Singapura.
Dikatakan, pembanguna
Pulau Nipah nantinya akan menjadi proyek percontohan pengamanan pulau terluar. Indonesia
memiliki 92 pulau terluar, 12 di antaranya tak berpenghuni termasuk Pulau Nipah.
Pulau yang berada di Selat Malaka ini dijaga satuan tugas (satgas) yang terdiri
dari prajurit TNI Angkatan Laut (Marinir) dan TNI Angkatan Darat serta petugas
Pos AL dengan jumlah 96 personel.(gus).
Masih Bertumpu Pada Sektor Industri
Ekonomi Kepri hingga saat ini masih digerakan sektor indsutri pengolahan
yang sebagian besar berada di Batam dan dimiliki investor asing. Oleh karenanya,
keberadaan perusahaan asing di daerah ini menjadi sangat penting dalam
menggerakan roda ekonomi daerah sehingga upaya untuk mengaet investor asing
terus dilakukan.
Untuk menjaring investor
asing, Badan Pengusahaan FTZ Batam yang dulu bernama Otorita Batam yang punya
tanggung jawab terhadap pertumbuhan investasi di daerah ini terus melakukan
promosi seperti yang dilakukan di Amerika Serikat pada September lalu. Promosi di
negeri Paman Sam diadakan di dua kota utama yakni Washington
DC dan New York.
Kepala BP Batam, Mustafa Widjaja
dalam kesempatan itu menawarkan sejumlah proyek infrastruktur kepada investor
dari Amerika. Itu sesuai dengan rencana pemerintah yang akan mengenjot pembangunan
infrastruktur di Batam, seperti pelabuhan laut, pengembangan bandara,
pembuangan air limbah, kereta api dan jalan tol. Sebelumnya, BP Batam juga
mengundang 35 Duta Besar negara asing ke Batam untuk melihat secara langsung
potensi investasi dan peluang yang bisa dikerjakan oleh investor asing di
Batam.
"Status
Batam sebagai daerah FTZ menjadi salah satu poin penting bagi investor untuk
berinvestasi. Kami juga menyediakan banyak kemudahan berinvestasi dibandingkan di
tempat lainnya,” katan Mustafa.
Upaya yang dilakukan BP Batam membuahkan
hasil ditandai dengan adanya kunjungan sejumlah pengusaha dari beberapa negara
asing untuk menjajaki peluang investasi di Batam. Sementara itu, selama Agustus
ini saja terdapat lima investor yang merealisasikan
rencana investasinya senilai 26,6 juta dollar AS di Batam. Nilai investasi
paling besar ditanamkan oleh perusahaan nasional yang bergerak di industri
galangan kapal, sedangkan empat
perusahaan lainnya yang merealisasikan investasi di Batam sepanjang Agustus
2012 yakni PMA join venture Singapura-Indonesia yang bergerak dibidang jasa
industri untuk berbagai pengerjaan khusus terhadap logam dan barang-barang dari
logam, dengan investasi sebesar 1 juta dollar AS. Kemudian, dua PMA
Singapura yang bergerak dibidang industri perbaikan kapal dengan nilai
investasi 2 juta dollar AS dan jasa pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin
peralatan berat berteknologi tinggi dengan investasi 200.000 dollar AS. Yang
terakhir adalah PMA join venture Inggris-Singapura yang bergerak di bidang
industri barang dari kulit dan kulit buatan dengan investasi 1 juta dollar AS.
Batam atau Provinsi
Kepri agaknya memang memiliki daya tarik tersendiri bagi investor. Buktinya,
perusahaan China dibawah payung Sinopec tak tanggung tanggung akan membangun
kilang terbesar di Asia Tenggara di daerah ini dengan nilai investasi sekitar 815 juta dollar AS setara dengan 7,3 Triliun
rupiah dengan kurs 9 ribu rupiah per dollar AS.
Presiden Direktur
Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi
di Pulau Janda Berhias, Batam sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru
direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan
perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian,
perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti
fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan
dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage
yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas
maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM. Kilang tersebut nantinya
mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan
Malaysia. Adapun BBM untuk Kilang tersebut akan dipasok dari sejumlah
perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah.
Gubernur Kepri H.M Sani
mengatakan, direalisasikanya rencana investasi Cina di Batam menunjukan daerah
ini masih menjadi magnet bagi investor asing untuk menanamkan modalnya.
Terlebih Pulau Janda Berhias saat ini sudah berubah status menjadi kawasan FTZ
dan masuk dalam lingkungan kerja BP Batam.
“Semulai Pulau Janda
Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya
memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan
kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,”
katanya.
Peralihan status pulau
itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan
dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia
dan di Kepri khususnya. Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut
akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga
investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya. (gus).
Perusahaan Cina Bangun Kilang Senilai USD815 Juta di Batam
BATAM – Perusahaan asal China Sinopec
merealisasikan rencana investasinya membangun kilang minyak di Pulau Janda
Berhias, Batam Provinsi Kepualauan Riau (Kepri) ditandai dengan peletakan batu
pertama pembangunan, Rabu (10/10). Proyek dengan nilai investasi sekitar 815
juta dollar AS setara dengan 7,3 Triliun rupiah dengan kurs 9 ribu rupiah per
dollar AS itu diyakini sebagai kilang terbesar di Asia Tenggara yang nantinya
akan merekrut tidak kurang dari 1.900 pekerja lokal.
Presiden Direktur Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu
mengatakan, rencana investasi di Pulau Janda Berhias sudah direncanakan sejak
dua tahun lalu dan baru direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk
dalam kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan
demikian, perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah
seperti fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage yang nantinya menjadi salah
satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas maksimal 2,6 juta meter kubik
setara dengan 16 juta barel BBM.
“Kilang minyak yang akan kami bangun nantinya mampu menyaingi kapasitas yang
dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan Malaysia,” katanya usai peletakan batu
pertama pembangunan proyek, Rabu (10/10).
Ditambahkan, minyak yang ditampung di Kilang tersebut nantinya berasal dari
sejumlah perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah.
Proyek yang dibangun dengan biaya sekitar 815 juta dollar As tersebut
diharapkan rampung dalam beberapa tahun kedepan.
Menurut Wang, dalam proyek tersebut pihaknya bekerjasama dengan MAS grup
atau PT MAS Capital Trust dan diharapkan bisa member efek positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Acara peletakan batu pertama pembangunan proyek dihadiri President SINOPEC
Wang Tianpu, Managing Director SINOPEC Ye Zhijun dan President PT
MAS Capital Trust Bond Hawana. Turut disaksikan pula oleh Duta Besar
Cina untuk Indonesia Liu Jianchao, Gubernur Kepri H.M Sani dan Wakil Gubernur
Kepri Soerya Respationo, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan serta Ketua Badan
Pengusaaan Batam Mustofa Widjaya.
Gubernur Kepri H.M Sani mengatakan, direalisasikanya rencana investasi
tersebut tidak terlepas dari perubahan status pulau Janda Berhias yang masuk
menjadi kawasan FTZ.
“Semulai Pulau Janda Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun
pemerintah akhirnya memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ
sehingga mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC
berinvestasi di sana,” katanya.
Peralihan status pulau itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti
bahwa pemerintah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap
perkembangan investasi di Indonesia dan di Kepri khususnya.
Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut akan membawa hubungan
yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga investasi dari Cina
diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya.
Sementara itu, Direktur Pusat Layanan Terpadu Satu Pintu dan Humas BP Batam,
Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, sepanjang Agustus 2012 terdapat lima penanam modal
asing yang merealisasikan rencana investasinya senilai 26,6 juta dollar AS di
Batam.
“Ada lima perusahaan yang mendapatkan Izin Usaha Tetap pada Agustus, nilai
investasinya US$ 26,6 juta. Meningkat jika dibandingkan Agustus tahun lalu,” katanya.
Menurutnya, melonjaknya nilai investasi pada periode Agustus kali ini
berasal dari salah satu perusahaan galangan kapal asal Indonesia. Sementara
empat perusahaan lainnya yang merealisasikan investasi di Batam yakni PMA join
venture Singapura-Indonesia yang bergerak dibidang jasa industri untuk berbagai
pengerjaan khusus terhadap logam dan barang-barang dari logam, dengan investasi
sebesar 1 juta dollar AS. Kemudian, dua
PMA Singapura yang bergerak dibidang industri perbaikan kapal dengan nilai
investasi 2 juta dollar AS dan jasa pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin peralatan
berat berteknologi tinggi dengan investasi 200.000 dollar AS. Yang terakhir
adalah PMA join venture Inggris-Singapura yang bergerak di bidang industri
barang dari kulit dan kulit buatan dengan investasi 1 juta dollar AS. (gus).
Ekonomi Kepri Belum Merata
Laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) di kuartal dua tahun ini
7,25 persen, dengan demikian target 8,0 persen sepanjang tahun 2012 diyakini
tercapai. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut dinilai tidak
berkualitas dan belum merata.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Batam,
Uzersyah dalam kajian ekonomi regional menyebut laju pertumbuhan ekonomi Kepri
di triwulan kedua tahun ini 7,25 persen, lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang 7,63 persen. Meski demikian masih diatas rata rata pertumbuhan
nasional yang 6,0 persen.
Menurutnya, faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Kepri adalah sector industri
pengolahan dan sector perdagangan, hotel dan restoran.
Sedangkan laju peningkatan tertinggi terjadi pada sector bangunan, perdagangan, hotel dan restoran.
Sementara itu, kontribusi terbesar dari pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kepri masih didukung oleh Batam sebagai kawasan perdagangan
dan industri, sedangkan daerah lain seperti Kabupaten Lingga, Natuna, Anambas
dan Tanjung Pinang masih minim.
Gubernur Kepri, H.M Sani mengatakan, Pemerintah
daerah terus mengenjot pertumbuhan ekonomi di daerah dengan cara meningkatkan
anggran dan tahun 2012 ini APBD sudah mencapai 2,4 triliun rupiah. Untuk itu,
fokus utama yang akan dilakukan pemerintah adalah membangun infrastruktur khususnya
didaerah yang terisolir agar daerah tersebut bisa tumbuh.
“Hingga saat ini, kalau dilihat dari sisi
pertumbuhan ekonomi maka target 8 persen memang belum tercapai, baru 7,3
persen. Artinya, masih kurang 0,7 persen dan kami optimistis target pertumbuhan
ekonomi 8 persen bisa tercapai,” katanya.
Pemerintah daerah juga berusaha menekan
laju inflasi dengan cara mengontrol pergerakan harga sembako di pasar. Jika
sebelumnya Kepri ditetapkan laju inflasi paling tinggi berkisar 4 persen, kini tingkat
inflasi Kepri hanya 3,6 persen, dan tentu saja sudah bagus secara nasional.
Begitu juga dengan tingkat kemiskinan mikro yang dulunya mencapai 18 persen,
kini sudah turun menjadi 12 persen, meskipun belum memenuhi target yang
ditentukan yaitu 10 persen.
Tingginya angka pertumbuhan ekonomi Kepri, mestinya berdampak positif pada
perekonomian warga, namun faktanya jumlah pengangguran meningkat. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah
pencari kerja pada Februari mencapai 891.217 orang naik 43.220 orang dibanding Agustus
2011 yang 847.997 orang. Kemudian angka kemiskinan masih cukup tinggi berkisar
12-18 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kepri yang cukup tinggi itu juga dinilai hanya terjadi
di beberapa daerah saja terutama di Batam, sedangkan daerah lain seperti
Kabupaten Lingga, Natuna, Anambas dan Bintan masih tertinggal. Daerah tersebut
bahkan belum memiliki infrastruktur dasar yang cukup. Bahkan ada beberapa
daerah yang hingga saat ini masih terisolasi.
Ketua STISIPOL Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, Drs Zamzami A Karim MA
mengatakan, memang secara factual telah terjadi pertumbuhan ekonomi di Kepri namun
sayangnya belum ada perkembangan yang menggembirakan terkait kesejahteraan
warga. Padahal keduanya mestinya harus berjalan beriringan.
Dari catatan Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah, seluruh
pendapatan Provinsi Kepri selama semester satu 2012 hanya digunakan untuk
belaja pegawai, hibah, belanja barang, belanja tak terduga dan belanja belanja
lainnya. Untuk belanja tidak langsung saja yang terdiri dari belanja pegawai,
subsidi, hibah, bantuan social, bagi hasil kepada daerah, belanja tak terduga,
bantuan keuangan totalnya mencapai 1999,9 miliar rupiah selama semester satu
2012. Sedangkan belanja langsung mencapai 485,7 miliar rupiah, sehingga total
pengeluaran Provinsi Kepri selama semester satu 1,45 triliun rupiah atau
mencapai 61 persen dari target yang telah ditetapkan.
Sementara itu, realisasi pendapatan Provinsi Kepri selama semester satu 2012
hanya 1,13 triliun rupiah sehingga daerah ini tekor atau mengalami defisit sekitar
300 miliar rupiah.
Menurut Zamzami, defisit yang terjadi selama semester satu menunjukan ketidakcakapan
pejabat daerah ini dalam mengelola anggaran. Terlebih anggaran yang telah
direalisasikan ternyata tidak memberi dampak positif pada pertumbuhan
kesejahteraan warga karena tidak ada se sen pun yang digunakan untuk kegiatan
produktif seperti investasi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi,
meskipun tinggi namun bersipat semu karena tak dirasakan warga.
Contohnya di Kabupaten Lingga masih ada daerah yang sama sekali belum
tersentuh kebutuhan dasar dan prasarana. Bupati Lingga, H Daria mengatakan, kondisi
Kabupaten Lingga saat ini terdapat isu aktual yang merupakan permasalahan yang
harus diatasi dalam pelaksanaan pembangunan daerah.
“Ada beberapa isu aktual yang mengemuka, diantaranya masih terdapatnya
masyarakat miskin yang belum tersentuh akses pemenuhan kebutuhan dasar dan
pelayanan prasarana,” katanya.
Selain di Kabupaten Lingga, infrastruktur di Kabupaten Anambas juga masih
buruk. Bahkan, daerah ini sering mengalami kekurangan pasokan bahan makanan
jika kondisi cuaca buruk yang menyebabkan kapal pembawa sembako tidak dapat
merapat ke pulau tersebut.
Sementara itu, di Kabupaten Karimun meskipun hanya berjarak sekitar 1 jam
dari Batam dan juga menjadi kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas namun
infrastruktur listrik masih sangat minim. Kekurangan listrik di daerah itu
menjadi pemicu lambatnya pertumbuhan investasi karena investor yang akan masuk
kuatir dengan ketersediaan pasokan listrik di daerah itu.
Pengamat Ekonomi Kepri, Romi Novriadi mengatakan, tidak meratanya dan tidak
berkualitasnya penmbangunan ekonomi Kepri salah satu faktornya disebabkan tidak
fokusnya pemerintah daerah dalam menentukan sector prioritas. Mestinya sebagai
daerah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut dan sebagian
besar mata pencarian warganya nelayan maka industri yang perlu mendapat
dukungan penuh adalah perikanan.
Pemerintah daerah, katanya sering
dalam setiap kesempatan menyebut akan memprioritaskan pembangunan perikanan di
Kepri tapi realisasinya tidak ada. Contohnya saja, hingga saat ini belum ada
industri pengolahan ikan dan pakan ikan padahal industri tersebut sangat dibutuhkan
warga yang sebagian besar adalah nelayan.
“Sudah
saatnya Provinsi yang berbasiskan kelautan dan perikanan ini memiliki pabrik
produksi pakan tersendiri, guna menunjang optimalisasi jumlah produksi,”
katanya.
Didalam
pengelolaannya, sektor perikanan dapat dikembangkan menjadi Industri yang
berorientasi ekspor melalui industrialisasi dengan komoditas utama udang,
kerapu, catfish dan tilapia (sejenis ikan lokal). Yakni dengan membuat pola
yang menjalin kemitraan antara industri, pemerintah, perbankan dan masyarakat. (gus).
Gizi Buruk di Kepri Menguatirkan
BATAM – Kasus gizi
buruk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus meningkat setiap tahun seiring
minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan.
Untuk itu, Pemerintah Daerah diminta meningkatkan anggaran untuk program
pemberian makanan tambahan dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan.
Ketua Kelompok Kerja PKK Kabupaten
Bintan, Ekandra Sadri mengatakan, kasus gizi buruk pada anak di Kabupaten Bintan
meningkat 30 persen disbanding tahun lalu dan daerah terparah berada di
Kecamatan Bintan Timur dan Teluk Bintan.
”Kami prihatin. Gizi buruk yang
dialami anak-anak saat ini meningkat di Bintan,” katanya, Selasa (9/10). Untuk
mengurangi kasus gizi buruk di Bintan, Pemerintah Daerah membantu memberikan
asupan gizi dengan menambah makanan tambahan plus susu.
Sementara itu, di Kota Batam kasus
gizi buruk masih banyak ditemui dipemukiman liar atau rumah liar. Banyaknya kasus
tersebut disebabkan orang tua yang tidak peduli dengan kebersihan dan kesehatan
lingkungan.
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Batam, Arlan
Yulvar mengatakan, kasus gizi buruk di Kota Batam banyak dipicu oleh penyakit
infeksi dan buruknya sanitasi. Selain itu, pengetahuan orang tua tentang
kesehatan dan kebersihan lingkungan juga sangat minim sehingga mendorong munculnya
kasus gizi buruk tersebut.
Untuk itu, Pemerintah Kota Batam menambah anggaran
untuk program makanan tambahan dan sosialisasi tentang kebersihan lingkungan
serta perlunya menjaga sanitasi. Program tersebut difokuskan untuk daerah yang
rentan yakni di kawasan pemukiman liar atau Ruli (Rumah liar).
“Meski kasus gizi buruk di Batam cenderung turun,
namun jumlahnya masih cukup banyak dan penyakit ini masih menjadi prioritas
pemerintah daerah untuk ditangani,” katanya. (gus).
Investor Realisasikan Investasi 26,6 Juta Dollar AS di Batam
BATAM
– Empat perusahaan asing dan satu perusahaan dalam negeri merealisasikan
rencana investasi senilai 26,6 juta dollar AS setara dengan 260 miliar rupiah
pada berbagai sektor industri seperti galangan kapal dan elektronik di Kota
Batam selama Agustus ini.
Direktur Pusat Layanan Terpadu Satu Pintu Badan
Pengusahaan Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, perusahaan yang merealisasikan
investasi di Batam tersebut diantaranya joint venture Singapura-Indonesia yang
bergerak di bidang jasa industri untuk berbagai pengerjaan khusus terhadap
logam dan barang-barang dari logam, dengan investasi sebesar satu juta dolar
AS. Kemudian, dua penanam modal asing (PMA) Singapura di bidang industri
perbaikan kapal dengan nilai investasi 2 juta dolar AS serta jasa pemeliharaan
dan perbaikan mesin-mesin peralatan berat berteknologi tinggi dengan investasi
200 ribu dolar AS. Lalu, join venture Inggris-Singapura yang bergerak di bidang
industri barang dari kulit dan kulit buatan dengan investasi senilai satu juta
dolar AS.
Sedangkan nilai investasi yang terbesar berasal dari
perusahaan dalam negeri yang bergerak dalam bidang industri pembuatan dan
perbaikan kapal dengan nilai investasi 22,43 juta dolar AS.
"Industri perkapalan masih menjadi salah satu bidang yang diminati investor domestik karena cukup prospektif seiring banyaknya pekerjaan galangan kapal dari Singapura yang dialihkan ke sejumlah perusahaan di Batam karena Perusahaan perkapalan di Singapura sudah Full Booking," katanya, Senin (8/10).
"Industri perkapalan masih menjadi salah satu bidang yang diminati investor domestik karena cukup prospektif seiring banyaknya pekerjaan galangan kapal dari Singapura yang dialihkan ke sejumlah perusahaan di Batam karena Perusahaan perkapalan di Singapura sudah Full Booking," katanya, Senin (8/10).
Direalisasikanya rencana investasi tersebut nantinya
akan menyerap banyak tenaga kerja dan diperkirakan akan menyerap sekitar 317 pekerja
baru sehingga dapat mengurangi angka pengangguran secara nasional.
Menurut Djoko, Batam masih menjadi incaran para
pebisnis asing dan lokal karena banyak fasilitas yang diberikan pemerintah
seperti insentif pajak dan cukai serta ketersediaan infrastruktur yang cukup.
Selama Semester satu ini saja, katanya BP Batam
mencatat realisasi investasi asing di Kawasan Pelabuhan dan Perdagangan Batam mencapai
112 juta dolar AS, naik sekitar 61 persen dibanding periode sama tahun
sebelumnya.
Adapun investor yang menamkan modalnya antara lain , Singapura, Malaysia, Australia, Italia, India, Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Philipina, Sri Langka, British Virgin Island, Belanda, Norwegia, Philipina, Inggris, Taiwan, Irlandia, Ukraina dan Korea Selatan.
Adapun investor yang menamkan modalnya antara lain , Singapura, Malaysia, Australia, Italia, India, Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Philipina, Sri Langka, British Virgin Island, Belanda, Norwegia, Philipina, Inggris, Taiwan, Irlandia, Ukraina dan Korea Selatan.
Djoko optimistis hingga akhir tahun ini target untuk
menjaring 100 investor asing dapat tercapai karena hingga saat ini sudah
tercapai lebih dari separuh.
Kendala
Lahan
Ketua Kadin Kepri, Johanes Kennedy Aritonang
mengatakan, BP Batam masih belum maksimal menjaring investor asing masuk untuk
menanamkan modalnya di daerah ini karena jika disbanding Malaysia dan Vietnam
serta China maka Batam masih tertinggal. Padahal, pemerintah pusat sudah
memberikan sejumlah fasilitas namun sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal
oleh regulator di daerah.
Salah satu kendala belum banyaknya investor asing
yang menanamkan modal di batam karena kendala keterbatasan lahan. Batam saat
ini mengalami krisis lahan sehingga banyak investor asing yang akan menanamkan
modalnya terpaksa membatalkannya karena tidak adanya lahan. Oleh karena itu,
Pemerintah pusat diminta segera mengalih fungsikan lahan di Pulau Rempang dan
Galang untuk dijadikan kawasan komersil sehingga bisa dikelola oleh investor.
“Pulau Rempang dan Galang sudah dipersiapkan sejak
masa BJ Habibie menjabat Ketua Otorita Batam dengan dibangunya jembatan
Barelang. Dengan adanya jembatan itu maka akses untuk menuju lokasi menjadi
lebih cepat,” katanya. (gus).
Petugas Bea Cukai Sita Beras Selundupan di Karimun
KARIMUN – Petugas Bea Cukai Provinsi Kepulauan Riau menyita
sekitar 800 ton beras di perairan Karimun yang diduga akan diselundupkan ke
daerah Temilahan dari Malaysia. Aksi penyelundupan yang sering terjadi di perairan
Karimun tersebut telah merugikan negara miliaran rupiah.
Kepala Bidang Penindakan dan
Pencegahan Bea Cukai Kepri, Ahmad Rofik mengatakan, penangkapan kapal yang
membawa 800 ton beras selundupan itu dilakukan di hari yang berbeda dengan
lokasi yang sama. Kapal pertama ditangkap pada 26 September yakni KM Lian Wi
yang membawa 300 ton beras selundupan karena tidak dilengkapi ijin impor. Beras
tersebut berasal dari Malaysia yang akan
dibawa ke Tembilahan. Kapal itu ditangkap di Perairan Pasir Selatan koordinat
02-35-30 Utara dan 101-18-20 Timur.
Lalu, kapal kedua ditangkap pada
Senin (1/10) yakni KM Dede Jaya Putra yang memuat sekitar 500 ton beras dengan
nilai ditaksir 1,5 miliar rupiah. Kapal itu diamankan di Perairan Bantan Tengah
pada koordinat 01-47-00 Utara dan 102-21.00 Timur. Tujuan muatan kapal tersebut
juga ke Tembilahan yang berasal dari Malaysia.
”Dalam kasus ini dua tersangka
masing-masing nakhoda kapal berinisial Jn dari KM Dede Jaya Putra dan As dari
KM Lian Wi sudah ditahan dan akan dilakukan pemeriksanaan begitupun dengan ABK
dan barang bukti sudah diamankan,’’ katanya, Jumat (5/10).
Menurut Rofik, penangkapan terhadap
kapal-kapal yang membawa muatan beras impor bukan baru kali ini, tetapi sudah sering
terjadi. Selain beras, petugas Bea Cukai juga sering menangkap barang
selundupan lainnya seperti yang terjadi beberapa hari lalu dimana petugas mengamakan
KLM Cinta Damai yang membawa muatan berbahaya jenis amonium nitrat (AN) sekitar
57,5 ton asal Port Klang, Malaysia dengan tujuan Sulawesi tanpa ijin.
”Penangkapan barang berbahaya yang
dapat dijadikan sebagai pupuk, bom ikan, juga patut diduga sebagai perlengkapan
untuk kegiatan terorisme. Yang boleh mengimpor barang ini adalah pihak yang
sudah mengantongi izin dari Mabes Polri dan Kementerian Pertahanan. Untuk itu,
dalam kasus ini kita sudah koordinasi dengan Polres Karimun,’’ kata Rofik.
Modus yang digunakan para
penyelundup biasanya dengan memalsukan kemasan barang, atau dengan
memalsukan dokumen pengiriman barang. Para penyelundup tersebut memanfaatkan
kelemahan petugas dilapangan karena jarang dilakukan pemeriksaan. Selain itu,
banyak juga penyelundup yang menyogok petugas agar barang yang akan
diselundupkan bisa terkirim dengan lancar. (gus).
Batam Siapkan 9.000 Hewan Kurban
BATAM – Pemerintah Kota Batam
bekerjasama dengan pengusaha lokal telah menyiapkan 2.000 ekor sapi dan 7.000
kambing untuk persediaan Hari Raya Qurban yang tinggal tiga pekan lagi. Hewan
yang didatangkan dari sejumlah daerah tersebut dijual seharga 25 juta sampai 40
juta rupiah untuk sapid an 2 juta rupiah untuk kambing.
Ketua Tempat Penjualan Hewan Kurban (TPKH) Batam, Sumardi mengatakan, tempat penangkaran hewan milik Badan
pengawasan Batam di Seitamiang yang saat ini dikelolah oleh asosiasi tempat
penjualan hewan kurban (TPKH) Batam telah kebanjiran order hewan kurban untuk memperingati
Hari Raya Idul Adha. TPKH sendiri telah mempersiapkan 9.000 hewan kurban, diantaranya
2000 ekor sapi dan 7000 ekor kambing.
“Pasokan yang tersedia saat ini, 25 persennya sudah terjual atau dipesan
warga dan diantara pemesan banyak juga warga Singapura yang akan berkurban di
Batam,” katanya, Kamis (4/10).
Ditambahkan, pasokan 9.000 hewan kurban tersebut belum seluruhnya tersedia
di Batam karena sebagian masih dalam perjalanan dari berbagai daerah di
Indonesia. Namun, dipastikan satu pecan sebelum Idul Adha hewan tersebut sudah
berada di batam. Hewan hewan tersebut didatangkan dari daerah, Jawa, Lampung
dan Bali khususnya sapi sedangkan Kambing dari Lampung, Palembang, Jawa dan
Bali.
Menurut Sumardi, jumlah hewan kurban itu memang tergolong tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meski demikian pasokan tersebut
dikuatirkan kurang karena permintaan saat ini cukup tinggi. Untuk itu, pihaknya
sedang mempersiapkan untuk menambah pasokan dari daerah lain.
“Tahun lalu sapi yang kami sediakan
1500 ekor tetap kekurangan, begitu juga kambing 5000 ekor masih kurang, hewan
habis order masih banyak. Sehingga tahun ini persedian kita tambahkan lagi,
itupun anggota masih kuatir takut kejadian seperti tahun lalu,” katanya.
Sementara itu, sapi yang dijual di Batam terdiri dari empat jenis yakni Ramos
yang beratnya mencapai 1 ton, Limosin, metal dan sapi Bali. Harga yang ditawarkan
berkisar 25 juta sampai 40 juta rupiah tergantung ukuran dan jenis sapi. Adapun
sapi yang paling mahal adalah sapi jenis Ramos dan yang paling murah sapi Bali.
(gus).
Memacu Pembangunan Ekonomi Anambas
Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah
pemekaran yang baru pada tahun 2008 dibentuk. Meski daerah baru, Anambas
memiliki APBD besar mencapai 1,2 Trilliun rupiah pada tahun 2012 ini, dengan
jumlah penduduk kurang dari 100 ribu jiwa atau 41 ribu orang pada tahun 2007. Bandingkan
dengan Batam yang memiliki APBD hanya 1,4 Triliun rupiah tahun 2012 ini dengan
jumlah penduduk lebih dari 1,2 juta jiwa.
Meski memiliki anggaran besar, namun pembangunan ekonomi Anambas masih
terbelakang. Sejumlah infrastruktur dasar bahkan belum dibangun di daerah ini sehingga
menjadi tugas berat bagi pemimpin daerah ini untuk mengejar ketertinggalannya.
Untuk mengetahui rencana pembangunan Anambas berikut petikan wawancara dengan
Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas, Drs Tengku Mukhtaruddin.
Bisa anda ceritakan sedikit tentang
pembentukan Anambas sebagai Kabupaten ?...
Daerah ini memiliki sejarah cukup panjang sejak masa Kolonial Belanda hingga
saat bergabung dengan Provinsi Riau, hingga pada akhirnya melalui Undang-Undang No. 33 Tahun
2008 tanggal 24 Juni 2008 terbentuklah Kabupaten Kepulauan Anambas.
Kabupaten Kepulauan Anambas terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Siantan,
Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan Palmatak,
Kecamatan Jemaja dan Kecamatan Jemaja Timur. Ditambah dengan 1 Kecamatan yaitu Kecamatan Siantan Tengah
yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Natuna Nomor 17
Tahun 2008 dengan cakupan wilayah administrasi Desa Air Asuk, Desa Air Sena dan
Desa Teluk Siantan.
Meski baru terbentuk, namun ABPD
Anambas cukup besar lantas apa rencana anda ?..
Ya memang benar, kami baru mendapat kabar bahwa DPRD Kabupaten Anambas telah
menyetujui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBDP) perubahan 2012
pada (3/10) sebesar 1,151 triliun rupiah, bertambah 34,2 milliar rupiah dari
APBD murni Anambas 2012 1,117 triliun rupiah.
Tentu dengan anggaran yang cukup besar tersebut kami akan memacu lebih
kencang pembangunan ekonomi di daerah ini, terutama infrastruktur dan
pembangunan ekonomi rakyat.
Apa Fokus pembangunan yang anda rencanakan
?...
Anambas merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masuk dalam program Percepatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Untuk itu, kami bersinergi
dengan Pemerintah Pusat guna merencanakan pembangunan di daerah ini. Salah satu
aspek penting membangun Anambas adalah dengan memberikan dukungan teknologi
untuk potensi lokal yakni sector maritime atau perikanan.
Ada tiga hal yang menjadi perhatian untuk membangun daerah ini yakni energi,
food dan water. Ketiga hal ini harus direncanakan dengan baik
dan bersifat sustainable. Untuk itu kami bekerjasama dengan BPPT untuk
memberikan asistensi agar rencana yang disusun bisa dijalankan.
Apa daya tarik yang dimiliki Anambas
?..
Sebagai daerah Kepulauan tentu saja Anambas kaya dengan sumber perikanan dan
daerah ini juga kaya dengan hasil tambang yakni minyak dan gas sepertihalnya Natuna.
Selain itu, sector Pariwisata juga akan menjadi andalan perekonomian Anambas
kedepannya.
Kualitas obyek wisata Anambas tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia
seperti Bali, hanya saja belum digali secara optimal. Untuk itu, kami segera
membangun infrastruktur dan mengelola sejumlah obyek wisata yang potensial
untuk dijual ke turis domestic maupun asing. Kami juga akan menjadikan daerah
ini sebagai kota perikanan karena melimpahnya sumber daya laut. Untuk itu, kami
akan mengandeng swasta membangun industri pengolahan ikan dan saya optimistis
akan banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di sector itu
karena melimpahnya bahan baku. (gus).
Industri di Batam Lumpuh
BATAM – Sejumlah kawasan industri di
Kota Batam yang berada di Muka Kuning, Tanjung Uncang dan Kabil lumpuh akibat
aksi mogok ribuan buruh. Aksi mogok buruh dilakukan bersamaan dengan peringatan
hari buruh nasional yang menuntut penghapusan outsourcing, menuntut
pemberlakuan UU BPJS pada Januari 2014, dan Iuran buruh ditanggung pengusaha,
serta menolak upah murah dan upah kelompok usaha diberlakukan sesuai SK
Walikota Batam Tahun 2011.
Aksi buruh di Batam yang mogok kerja dan turun ke jalan pada Rabu (3/10)
dimulai sejak pagi hari pukul 06.00 WIB. Ribuan buruh bergerak dari kawasan
industri di Muka Kuning, Tanjung Uncang dan Kabil serta Batam Centre menuju
kantor DPRD dan Walikota Batam. Meski aksi unjuk rasa diikuti sekitar 10 ribu buruh
namun pantauan dilapangan aksi berlangsung tertib.
Kordinator Garda Metal FSPMI, Suprapto mengatakan, aksi buruh kali ini
menuntut empat hal yakni penghapusan outsourcing, menuntut pemberlakuan UU BPJS
pada Januari 2014, dan Iuran buruh ditanggung pengusaha, serta menolak upah
murah dan upah kelompok usaha diberlakukan sesuai SK Walikota Batam Tahun 2011.
Walikota Batam Ahmad Dahlan yang menemui pengunjuk rasa mengatakan, akan menerima
dan memenuhi semua tuntutan buruh walau harus menunggu kepastian revisi
Kepmenaketrans terkait outsourching. Meski demikian, Dahlan menegaskan untuk Batam, hanya ada lima
pekerjaan yang bisa dioutsorchingkan yakni katering, sekuriti, cleaning service
dan perminyakan.
Selain itu, Dahlan juga menegaskan semua komponen kebutuhan hidup layak
sekitar 60 item sesuai aturan tetap dihitung untuk penentuan UMK nanti. Terkait
pengawasan, Dahlan juga janjikan akan turun langsung bersama pihak serikat
mengawasi ketenegakerjaan di perusahaan-perusahaan.
Setelah mendapat respon dari Walikota Batam, Para buruh merasa puas dan para
pengunjuk rasa membubarkan diri.
Meski unjuk rasa hanya berlangsung setengah hari, namun kegiatna itu telah
melumpuhkan aktivitas produksi di puluhan perusahaan yang berada di kawasan
industri Batamindo, Tanjung Uncang dan Kabil. Para buruh yang sedianya bekerja,
pagi itu tidak melakukan aktivitas kerja sehingga produksi terhenti.
Pantauan Koran ini di Kawasan Industri Batamindo, Panbil, Tanjung Uncang dan
Kabil yang biasanya sejak pagi sudah dipenuhi buruh yang akan bekerja terlihat
lengang pada pagi Rabu kemarin. Para buruh yang akan bekerja diminta untuk ikut
unjuk rasa oleh aktivitas buruh lainnya.
Ketua Apindo Batam, OK Simatupang mengatakan, dalam negara demokrasi seperti
Indonesia kegiatan Demonstrasi atau unjuk rasa di perbolehkan, tapi jangan
sampai aksi tersebut berlangsung anarkis dan merusak. Selain itu, buruh yang
tidak bersedia ikut unjuk rasa mestinya jangan dihalangi.
“Unjuk rasa boleh asal tidak anarkis dan para buruh juga harus memikirkan perusahaan
yang tidak bisa produksi kalau aksi terus dilakukan, dan hal itu tentu saja
sangat merugikan banyak pihak,” katanya. (gus).
Anggaran Sektor Pertanian Idealnya Rp200 Triliun
Direktur INDEF, Enny Sri Hartati
menjelaskan, Sektor pertanian Indonesia saat ini menghadapi persoalan yang
cukup pelik mulai dari minimnya infrastruktur, kurangnya keberpihakan
pemerintah, persoalan tata niaga, persoalan lahan dan kurangnya produktivitas
petani karena harga jual yang rendah.
Menurut Enny, Setelah Pak Harto
sebagai Presiden RI tidak lagi menjabat, praktis pemerintah setelah itu kurang member
perhatian pada sector pertanian. Itu bisa dilihat dari minimnya infrastruktur
pertanian yang dibangun seperti sarana irigasi bahkan infrastruktur yang ada
tidak dirawat. Kondisi itu menyebabkan biaya produksi yang harus dikeluarkan
oleh petani menjadi lebih besar dari biasanya karena mereka harus mengusahakan
sendiri irigasi untuk mengaliri kebun atau sawahnya.
Setelah berproduksi, Petani masih menghadapi
persoalan lain yakni harga jual yang rendah dan kadang malah dibawah biaya
produksi yang menyebabkan petani harus merugi. Padahal, sepertihalnya Thailand
dan Jepang, Pemerintah mestinya bisa member subsidi dengan cara membeli produksi
pertanian diatas harga pasar. Dengan demikian, petani bisa mendapatkan
keuntungan sehingga lebih bersemangat untuk produksi selanjutnya.
Yang ada saat ini, petani menjadi kurang bergairah
dalam berproduksi karena harga jual rendah sehingga nilai tukar petani (NTP)
menjadi rendah menyebabkan petani menderita kerugian. Salah satu penyebabnya
adalah kebijakan pemerintah yang terlalu tergantung pada Impor. Hampir sebagian
kebutuhan pangan dalam negeri di Impor sehingga harga produksi di dalam negeri
tertekan dan petani merugi.
Pemerintah mestinya menghentikan kebijakan impor dan
membenahi industri pertanian dengan cara menyediakan alokasi anggaran yang
cukup untuk membangun sector pertanian.
“Idealnya anggaran untuk sector pertanian 200 Triliun rupiah, saat ini baru 20 Triliun
rupiah. Dengan anggaran yang besar tersebut, Pemerintah bisa membenahi
infrastruktur dan member insentif yang cukup pada petani,” katanya kepada Koran
Jakarta, Selasa (2/10).
Menurut Enny, Keberpihakan pemerintah di sector pertanian
sudah saatnya dilakukan dan hal itu tentu saja tidak menyalahi aturan di WTO
karena negara lain juga melakukan hal yang sama sehingga pemerintah tidak perlu
takut pada WTO.
“Harus ada Goodwill yang kuat dari pemerintah untuk
membenahi sector pertanian agar negara ini tidak lagi tergantung pada impor,”
katanya.
Persoalan lain yang juga harus dibenahi pemerintah
adalah persoalan lahan. Petani Indonesia umumnya memiliki lahan yang kecil dan
bahkan banyak dari mereka hanya menjadi petani penggarap alias tidak memiliki
lahan. Untuk itu, Land Reform atau reformasi agrarian harus dikebut dan harus
ada keberpihakan pemerintah pada petani.
Pemerintah saat ini juga diminta untuk meneruskan
program pertanian masa lalu yang dinilai berhasil yang menjadikan Indonesia
bisa berswasembada. Misalnya program Koperasi Lumbung Dewa dan Kredit Usaha
Tani yang cukup ampuh meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Selain itu,
pemerintah juga sudah saatnya mengoptimalkan lahan pertanian di Pulau Jawa
karena infrastrukturnya sudh tersedia. (gus).
Sensasi Belanja Tas Impor di Batam
Selain dikenal sebagai kota indsutri, Batam juga terkenal sebagai surga belanja tas
wanita. Berbagai tas dari sejumlah merek terkenal dunia ada di Kota ini seperti
LV, Aigner, Gucci dan lainnya.
Untuk mendapatkan tas impor merek
terkenal tersebut bisa diperoleh di pusat belanja tas Batam daerah Nagoya. Di
tempat itu hampir semua jenis dan merek ternama dijual, namun pembeli harus
berhati hati membelinya karena jika salah malah mendapat barang tiruan.
“Kawasan Nagoya ini sudah lama
dikenal sebagai pusat jualan tas merek terkenal selain itu juga dijual arloji
dan parfum dan sebagian besar pembelinya berasal dari Jakarta serta daerah lain
di Indonesia,” kata salah seorang pedagang di Nagoya, Chici, Sabtu (29/9).
Menurutnya, untuk mendapatkan tas
tas tersebut selain datang langsung ke toko, banyak pengusaha di Batam juga
telah menjual tasnya dengan sistem online atau melalui internet. Dengan system tersebut,
masyarakat dari berbagai daerah bisa langsung memesan tas yang diinginkan
selanjutnya tas akan dikirim.
Terkait dengan model tas yang sedang
diburu konsumen, Chici mengatakan saat ini sedang trend tas yang simple buatan
Eropa seperti merek LV dan Gucci. Harga tasnya diatas 2 juta rupiah tergantung
kualitas ada yang KW 1 dan ada yang KW 2. Namun, tas dari China dengan warna
warna cerah juga banyak diburu konsumen.
Menurutnya, selera konsumen untuk
tas sulit ditebak, karena banyak konsumen yang justru ingin membeli tas yang berbeda
dengan yang lain atau yang tidak pasaran. Selain itu, konsumen biasanya sangat
teliti membeli tas yang diinginkan karena harga jual tasnya juga cukup tinggi
sehingga mereka harus mencari tas yang bener bener sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk konsumen dengan kelompok usia
yang sudah lanjut atau 40 tahun keatas biasanya membeli tas yang klasik dengan
warga gelap, dan biasanya merek yang di buru adalah Gucci serta LV. Sedangkan
konsumen dengan kelompok usia muda biasanya membeli tas yang lebih simple dari
berbagai merek ternama seperti Aigner.
Menurut Chici, tren mode tas yang
disukai konsumen biasanya sangat tergantung dari iklan atau promosi yang
dikeluarkan produk tersebut. Jika promosinya
gencar biasanya konsumen akan mengincar produk tersebut.
Selain tas impor, banyak juga
konsumen yang membeli tas produksi dalam negeri, hanya saja merek yang
ditawarkan belum dikenal sehingga konsumen hanya membeli modelnya saja. Jika
model yang ditawarkan menarik maka biasanya mereka membeli tas tersebut.
Salah seorang pembeli asal Jakarta,
Thia mengatakan dia selalu menyempatkan diri untuk belanja tas setiap
berkunjung ke Batam. Selain tas Thia juga selalu membeli arloji dan parfum karena
harga yang ditawarkan cukup murah jika disbanding dengan harga jual di Jakarta.
Namun, untuk membeli barang tersebut
harus hati hati karena banyak pedagang yang menjual produk kelas dua atau
produk tiruan yang sulit dibedakan antara asli dan palsu. Untuk itu sebelum
membeli harus diteliti betul apakah barang tersebut asli atau palsu. Pedagang
sendiri umumnya tidak akan memberitahukan barang yang dijualnya tersebut apakah
asli atau palsu. (gus).
Langganan:
Postingan (Atom)