Kamis, 18 Oktober 2012

Perusahaan Cina Bangun Kilang Senilai USD815 Juta di Batam


BATAM – Perusahaan asal China Sinopec merealisasikan rencana investasinya membangun kilang minyak di Pulau Janda Berhias, Batam Provinsi Kepualauan Riau (Kepri) ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan, Rabu (10/10). Proyek dengan nilai investasi sekitar 815 juta dollar AS setara dengan 7,3 Triliun rupiah dengan kurs 9 ribu rupiah per dollar AS itu diyakini sebagai kilang terbesar di Asia Tenggara yang nantinya akan merekrut tidak kurang dari 1.900 pekerja lokal.

Presiden Direktur Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi di Pulau Janda Berhias sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian, perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM.

“Kilang minyak yang akan kami bangun nantinya mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan Malaysia,” katanya usai peletakan batu pertama pembangunan proyek, Rabu (10/10).

Ditambahkan, minyak yang ditampung di Kilang tersebut nantinya berasal dari sejumlah perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah. Proyek yang dibangun dengan biaya sekitar 815 juta dollar As tersebut diharapkan rampung dalam beberapa tahun kedepan.
Menurut Wang, dalam proyek tersebut pihaknya bekerjasama dengan MAS grup atau PT MAS Capital Trust dan diharapkan bisa member efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Acara peletakan batu pertama pembangunan proyek dihadiri President SINOPEC Wang Tianpu, Managing Director SINOPEC Ye Zhijun dan President PT MAS Capital Trust Bond Hawana. Turut disaksikan pula oleh Duta Besar Cina untuk Indonesia Liu Jianchao, Gubernur Kepri H.M Sani dan Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan serta Ketua Badan Pengusaaan Batam Mustofa Widjaya.
Gubernur Kepri H.M Sani mengatakan, direalisasikanya rencana investasi tersebut tidak terlepas dari perubahan status pulau Janda Berhias yang masuk menjadi kawasan FTZ.

“Semulai Pulau Janda Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,” katanya.
Peralihan status pulau itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia dan di Kepri khususnya.

Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya.

Sementara itu, Direktur Pusat Layanan Terpadu Satu Pintu dan Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, sepanjang Agustus 2012 terdapat lima penanam modal asing yang merealisasikan rencana investasinya senilai 26,6 juta dollar AS di Batam.

“Ada lima perusahaan yang mendapatkan Izin Usaha Tetap pada Agustus, nilai investasinya US$ 26,6 juta. Meningkat jika dibandingkan Agustus tahun lalu,” katanya.

Menurutnya, melonjaknya nilai investasi pada periode Agustus kali ini berasal dari salah satu perusahaan galangan kapal asal Indonesia. Sementara empat perusahaan lainnya yang merealisasikan investasi di Batam yakni PMA join venture Singapura-Indonesia yang bergerak dibidang jasa industri untuk berbagai pengerjaan khusus terhadap logam dan barang-barang dari logam, dengan investasi sebesar 1 juta dollar AS.  Kemudian, dua PMA Singapura yang bergerak dibidang industri perbaikan kapal dengan nilai investasi 2 juta dollar AS dan jasa pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin peralatan berat berteknologi tinggi dengan investasi 200.000 dollar AS. Yang terakhir adalah PMA join venture Inggris-Singapura yang bergerak di bidang industri barang dari kulit dan kulit buatan dengan investasi 1 juta dollar AS. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar