Direktur INDEF, Enny Sri Hartati
menjelaskan, Sektor pertanian Indonesia saat ini menghadapi persoalan yang
cukup pelik mulai dari minimnya infrastruktur, kurangnya keberpihakan
pemerintah, persoalan tata niaga, persoalan lahan dan kurangnya produktivitas
petani karena harga jual yang rendah.
Menurut Enny, Setelah Pak Harto
sebagai Presiden RI tidak lagi menjabat, praktis pemerintah setelah itu kurang member
perhatian pada sector pertanian. Itu bisa dilihat dari minimnya infrastruktur
pertanian yang dibangun seperti sarana irigasi bahkan infrastruktur yang ada
tidak dirawat. Kondisi itu menyebabkan biaya produksi yang harus dikeluarkan
oleh petani menjadi lebih besar dari biasanya karena mereka harus mengusahakan
sendiri irigasi untuk mengaliri kebun atau sawahnya.
Setelah berproduksi, Petani masih menghadapi
persoalan lain yakni harga jual yang rendah dan kadang malah dibawah biaya
produksi yang menyebabkan petani harus merugi. Padahal, sepertihalnya Thailand
dan Jepang, Pemerintah mestinya bisa member subsidi dengan cara membeli produksi
pertanian diatas harga pasar. Dengan demikian, petani bisa mendapatkan
keuntungan sehingga lebih bersemangat untuk produksi selanjutnya.
Yang ada saat ini, petani menjadi kurang bergairah
dalam berproduksi karena harga jual rendah sehingga nilai tukar petani (NTP)
menjadi rendah menyebabkan petani menderita kerugian. Salah satu penyebabnya
adalah kebijakan pemerintah yang terlalu tergantung pada Impor. Hampir sebagian
kebutuhan pangan dalam negeri di Impor sehingga harga produksi di dalam negeri
tertekan dan petani merugi.
Pemerintah mestinya menghentikan kebijakan impor dan
membenahi industri pertanian dengan cara menyediakan alokasi anggaran yang
cukup untuk membangun sector pertanian.
“Idealnya anggaran untuk sector pertanian 200 Triliun rupiah, saat ini baru 20 Triliun
rupiah. Dengan anggaran yang besar tersebut, Pemerintah bisa membenahi
infrastruktur dan member insentif yang cukup pada petani,” katanya kepada Koran
Jakarta, Selasa (2/10).
Menurut Enny, Keberpihakan pemerintah di sector pertanian
sudah saatnya dilakukan dan hal itu tentu saja tidak menyalahi aturan di WTO
karena negara lain juga melakukan hal yang sama sehingga pemerintah tidak perlu
takut pada WTO.
“Harus ada Goodwill yang kuat dari pemerintah untuk
membenahi sector pertanian agar negara ini tidak lagi tergantung pada impor,”
katanya.
Persoalan lain yang juga harus dibenahi pemerintah
adalah persoalan lahan. Petani Indonesia umumnya memiliki lahan yang kecil dan
bahkan banyak dari mereka hanya menjadi petani penggarap alias tidak memiliki
lahan. Untuk itu, Land Reform atau reformasi agrarian harus dikebut dan harus
ada keberpihakan pemerintah pada petani.
Pemerintah saat ini juga diminta untuk meneruskan
program pertanian masa lalu yang dinilai berhasil yang menjadikan Indonesia
bisa berswasembada. Misalnya program Koperasi Lumbung Dewa dan Kredit Usaha
Tani yang cukup ampuh meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Selain itu,
pemerintah juga sudah saatnya mengoptimalkan lahan pertanian di Pulau Jawa
karena infrastrukturnya sudh tersedia. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar