BATAM – Dua perusahaan asing asal China dan Itala akan membangun kilang minyak skala besar di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Rencana investasi triliunan rupiah tersebut dilakukan seiring letak Kepri yang sangat strategis berada di Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur perdagangan dunia tersibuk.
Wakil
Menteri ESDM, Rudi Rubiandini mengatakan, perusahaan asal Italia yakni
PT Saipem Indonesia Karimun Branch (SIKB) telah
berkomitmen menanamkan investasi sebesar 5 Miliar dollar AS atau
sekitar 47,5 triliun rupiah untuk membangun kilang minyak di Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepri.
"Saipem merupakan Perusahaan Asing asal Italia, bergerak dibidang Kilang Minyak dan Konstruksi Migas, dan berkomitmen untuk menanamkan investasi melalui Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 5 miliar," katanya, Jumat (12/10).
"Saipem merupakan Perusahaan Asing asal Italia, bergerak dibidang Kilang Minyak dan Konstruksi Migas, dan berkomitmen untuk menanamkan investasi melalui Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 5 miliar," katanya, Jumat (12/10).
Selain
perusahaan Italia, Perusahaan China yakni Sinopec juga telah
merealisasikan rencana investasinya membangun kilang minyak di Pulau
Janda Berhias, Batam Provinsi Kepualauan Riau (Kepri) tahun ini juga.
Proyek dengan nilai investasi
sekitar 815 juta dollar AS setara dengan 7,3 Triliun rupiah dengan kurs
9 ribu rupiah per dollar AS itu diyakini sebagai kilang terbesar di
Asia Tenggara yang nantinya akan merekrut tidak kurang dari 1.900
pekerja lokal.
Presiden Direktur Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi di Pulau Janda Berhias sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian, perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM.
“Kilang minyak yang akan kami bangun nantinya mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan Malaysia,” katanya usai peletakan batu pertama pembangunan proyek, Rabu (10/10).
Ditambahkan, minyak yang ditampung di Kilang tersebut nantinya berasal dari sejumlah perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah. Proyek yang dibangun dengan biaya sekitar 815 juta dollar As tersebut diharapkan rampung dalam beberapa tahun kedepan.
Menurut Wang, dalam proyek tersebut pihaknya bekerjasama dengan MAS grup atau PT MAS Capital Trust dan diharapkan bisa member efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Acara peletakan batu pertama pembangunan proyek dihadiri President SINOPEC Wang Tianpu, Managing Director SINOPEC Ye Zhijun dan President PT MAS Capital Trust Bond Hawana. Turut disaksikan pula oleh Duta Besar Cina untuk Indonesia Liu Jianchao, Gubernur Kepri H.M Sani dan Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan serta Ketua Badan Pengusaaan Batam Mustofa Widjaya.
Gubernur Kepri H.M Sani mengatakan, direalisasikanya rencana investasi tersebut tidak terlepas dari perubahan status pulau Janda Berhias yang masuk menjadi kawasan FTZ.
“Semulai Pulau Janda Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,” katanya.
Peralihan status pulau itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia dan di Kepri khususnya.
Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya. (gus).
Presiden Direktur Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi di Pulau Janda Berhias sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian, perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM.
“Kilang minyak yang akan kami bangun nantinya mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan Malaysia,” katanya usai peletakan batu pertama pembangunan proyek, Rabu (10/10).
Ditambahkan, minyak yang ditampung di Kilang tersebut nantinya berasal dari sejumlah perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah. Proyek yang dibangun dengan biaya sekitar 815 juta dollar As tersebut diharapkan rampung dalam beberapa tahun kedepan.
Menurut Wang, dalam proyek tersebut pihaknya bekerjasama dengan MAS grup atau PT MAS Capital Trust dan diharapkan bisa member efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Acara peletakan batu pertama pembangunan proyek dihadiri President SINOPEC Wang Tianpu, Managing Director SINOPEC Ye Zhijun dan President PT MAS Capital Trust Bond Hawana. Turut disaksikan pula oleh Duta Besar Cina untuk Indonesia Liu Jianchao, Gubernur Kepri H.M Sani dan Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan serta Ketua Badan Pengusaaan Batam Mustofa Widjaya.
Gubernur Kepri H.M Sani mengatakan, direalisasikanya rencana investasi tersebut tidak terlepas dari perubahan status pulau Janda Berhias yang masuk menjadi kawasan FTZ.
“Semulai Pulau Janda Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,” katanya.
Peralihan status pulau itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia dan di Kepri khususnya.
Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar