Kamis, 18 Oktober 2012

Masih Bertumpu Pada Sektor Industri


 
Ekonomi Kepri hingga saat ini masih digerakan sektor indsutri pengolahan yang sebagian besar berada di Batam dan dimiliki investor asing. Oleh karenanya, keberadaan perusahaan asing di daerah ini menjadi sangat penting dalam menggerakan roda ekonomi daerah sehingga upaya untuk mengaet investor asing terus dilakukan.
 
Untuk menjaring investor asing, Badan Pengusahaan FTZ Batam yang dulu bernama Otorita Batam yang punya tanggung jawab terhadap pertumbuhan investasi di daerah ini terus melakukan promosi seperti yang dilakukan di Amerika Serikat pada September lalu. Promosi di negeri Paman Sam diadakan di dua kota utama yakni Washington DC dan New York.

Kepala BP Batam, Mustafa Widjaja dalam kesempatan itu menawarkan sejumlah proyek infrastruktur kepada investor dari Amerika. Itu sesuai dengan rencana pemerintah yang akan mengenjot pembangunan infrastruktur di Batam, seperti pelabuhan laut, pengembangan bandara, pembuangan air limbah, kereta api dan jalan tol. Sebelumnya, BP Batam juga mengundang 35 Duta Besar negara asing ke Batam untuk melihat secara langsung potensi investasi dan peluang yang bisa dikerjakan oleh investor asing di Batam.

"Status Batam sebagai daerah FTZ menjadi salah satu poin penting bagi investor untuk berinvestasi. Kami juga menyediakan banyak kemudahan berinvestasi dibandingkan di tempat lainnya,” katan Mustafa.
 
Upaya yang dilakukan BP Batam membuahkan hasil ditandai dengan adanya kunjungan sejumlah pengusaha dari beberapa negara asing untuk menjajaki peluang investasi di Batam. Sementara itu, selama Agustus ini saja terdapat lima investor yang merealisasikan rencana investasinya senilai 26,6 juta dollar AS di Batam. Nilai investasi paling besar ditanamkan oleh perusahaan nasional yang bergerak di industri galangan kapal, sedangkan  empat perusahaan lainnya yang merealisasikan investasi di Batam sepanjang Agustus 2012 yakni PMA join venture Singapura-Indonesia yang bergerak dibidang jasa industri untuk berbagai pengerjaan khusus terhadap logam dan barang-barang dari logam, dengan investasi sebesar 1 juta dollar AS.  Kemudian, dua PMA Singapura yang bergerak dibidang industri perbaikan kapal dengan nilai investasi 2 juta dollar AS dan jasa pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin peralatan berat berteknologi tinggi dengan investasi 200.000 dollar AS. Yang terakhir adalah PMA join venture Inggris-Singapura yang bergerak di bidang industri barang dari kulit dan kulit buatan dengan investasi 1 juta dollar AS.
 
Batam atau Provinsi Kepri agaknya memang memiliki daya tarik tersendiri bagi investor. Buktinya, perusahaan China dibawah payung Sinopec tak tanggung tanggung akan membangun kilang terbesar di Asia Tenggara di daerah ini dengan nilai investasi sekitar 815 juta dollar AS setara dengan 7,3 Triliun rupiah dengan kurs 9 ribu rupiah per dollar AS.
 
Presiden Direktur Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi di Pulau Janda Berhias, Batam sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian, perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti fasilitas pajak dan lainnya.
 
Proyek yang akan dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM. Kilang tersebut nantinya mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan Malaysia. Adapun BBM untuk Kilang tersebut akan dipasok dari sejumlah perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah.
 
Gubernur Kepri H.M Sani mengatakan, direalisasikanya rencana investasi Cina di Batam menunjukan daerah ini masih menjadi magnet bagi investor asing untuk menanamkan modalnya. Terlebih Pulau Janda Berhias saat ini sudah berubah status menjadi kawasan FTZ dan masuk dalam lingkungan kerja BP Batam.
 
“Semulai Pulau Janda Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,” katanya.
 
Peralihan status pulau itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia dan di Kepri khususnya. Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya. (gus).
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar