Ekonomi Kepri hingga saat ini masih digerakan sektor indsutri pengolahan
yang sebagian besar berada di Batam dan dimiliki investor asing. Oleh karenanya,
keberadaan perusahaan asing di daerah ini menjadi sangat penting dalam
menggerakan roda ekonomi daerah sehingga upaya untuk mengaet investor asing
terus dilakukan.
Untuk menjaring investor
asing, Badan Pengusahaan FTZ Batam yang dulu bernama Otorita Batam yang punya
tanggung jawab terhadap pertumbuhan investasi di daerah ini terus melakukan
promosi seperti yang dilakukan di Amerika Serikat pada September lalu. Promosi di
negeri Paman Sam diadakan di dua kota utama yakni Washington
DC dan New York.
Kepala BP Batam, Mustafa Widjaja
dalam kesempatan itu menawarkan sejumlah proyek infrastruktur kepada investor
dari Amerika. Itu sesuai dengan rencana pemerintah yang akan mengenjot pembangunan
infrastruktur di Batam, seperti pelabuhan laut, pengembangan bandara,
pembuangan air limbah, kereta api dan jalan tol. Sebelumnya, BP Batam juga
mengundang 35 Duta Besar negara asing ke Batam untuk melihat secara langsung
potensi investasi dan peluang yang bisa dikerjakan oleh investor asing di
Batam.
"Status
Batam sebagai daerah FTZ menjadi salah satu poin penting bagi investor untuk
berinvestasi. Kami juga menyediakan banyak kemudahan berinvestasi dibandingkan di
tempat lainnya,” katan Mustafa.
Upaya yang dilakukan BP Batam membuahkan
hasil ditandai dengan adanya kunjungan sejumlah pengusaha dari beberapa negara
asing untuk menjajaki peluang investasi di Batam. Sementara itu, selama Agustus
ini saja terdapat lima investor yang merealisasikan
rencana investasinya senilai 26,6 juta dollar AS di Batam. Nilai investasi
paling besar ditanamkan oleh perusahaan nasional yang bergerak di industri
galangan kapal, sedangkan empat
perusahaan lainnya yang merealisasikan investasi di Batam sepanjang Agustus
2012 yakni PMA join venture Singapura-Indonesia yang bergerak dibidang jasa
industri untuk berbagai pengerjaan khusus terhadap logam dan barang-barang dari
logam, dengan investasi sebesar 1 juta dollar AS. Kemudian, dua PMA
Singapura yang bergerak dibidang industri perbaikan kapal dengan nilai
investasi 2 juta dollar AS dan jasa pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin
peralatan berat berteknologi tinggi dengan investasi 200.000 dollar AS. Yang
terakhir adalah PMA join venture Inggris-Singapura yang bergerak di bidang
industri barang dari kulit dan kulit buatan dengan investasi 1 juta dollar AS.
Batam atau Provinsi
Kepri agaknya memang memiliki daya tarik tersendiri bagi investor. Buktinya,
perusahaan China dibawah payung Sinopec tak tanggung tanggung akan membangun
kilang terbesar di Asia Tenggara di daerah ini dengan nilai investasi sekitar 815 juta dollar AS setara dengan 7,3 Triliun
rupiah dengan kurs 9 ribu rupiah per dollar AS.
Presiden Direktur
Sinopec West Point Terminal Hawana di Batam, Wang Tianpu mengatakan, rencana investasi
di Pulau Janda Berhias, Batam sudah direncanakan sejak dua tahun lalu dan baru
direalisasikan saat ini karena pulau tersebut sudah masuk dalam kawasan
perdagangan serta pelabuhan bebas Batam atau daerah FTZ. Dengan demikian,
perseroan nantinya akan mendapat sejumlah fasilitas dari pemerintah seperti
fasilitas pajak dan lainnya.
Proyek yang akan
dibangun, kata dia adalah Kilang Bahan Bakar Minyak atau Oil Storage
yang nantinya menjadi salah satu terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas
maksimal 2,6 juta meter kubik setara dengan 16 juta barel BBM. Kilang tersebut nantinya
mampu menyaingi kapasitas yang dimiliki kilang di Jurong, Singapura dan
Malaysia. Adapun BBM untuk Kilang tersebut akan dipasok dari sejumlah
perusahaan Cina yang ada di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah.
Gubernur Kepri H.M Sani
mengatakan, direalisasikanya rencana investasi Cina di Batam menunjukan daerah
ini masih menjadi magnet bagi investor asing untuk menanamkan modalnya.
Terlebih Pulau Janda Berhias saat ini sudah berubah status menjadi kawasan FTZ
dan masuk dalam lingkungan kerja BP Batam.
“Semulai Pulau Janda
Berhias tidak termasuk ke dalam kawasan FTZ, namun pemerintah akhirnya
memasukkan pulau ini menjadi bagian dari kawasan FTZ sehingga mendapatkan
kemudahan-kemudahan tersebut karena keinginan SINOPEC berinvestasi di sana,”
katanya.
Peralihan status pulau
itu menjadi kawasan FTZ menurutnya sebagai bukti bahwa pemerintah memberikan
dukungan dan perhatian yang besar terhadap perkembangan investasi di Indonesia
dan di Kepri khususnya. Sani berharap dengan adanya adanya investasi tersebut
akan membawa hubungan yang semakin baik antara Indonesia dan Cina, sehingga
investasi dari Cina diharapkan bisa lebih meningkat lagi kedepanya. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar