Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan BPTP
Provinsi Jambi, Djon Hendri mengatakan, budi daya tanaman sorgum belum
dilakukan secara maksimal di tanah air karena pasarnya masih terbatas sehingga
petani atau masyarakat masih enggan melakukan budidaya secara optimal. Padahal,
tanaman sorgum sangat berpotensi untuk menggantikan gandum namun belum banyak
masyarakat yang mengetahui hal itu.
Saat ini, kata Djon ada tiga jenis sorgum yang
dibudidayakan di Indonesia yakni Sorgum biji (grain sorgum) yang
digunakan untuk pangan dan pakan ternak serta bahan baku industri pembuatan
minuman dan bio-etanol, kemudian Sorgum sapu (broom corn) tangkai
malainya di buat untuk bahan pembuatan sapu dan ketiga Sorgum manis (sweet
sorgum) cairan batangnya digunakan untuk bahan baku pembuatan sirup atau
bahan baku penbuatan etanol.
”Harus ada kemauan politik yang kuat dari pemerintah
untuk pengembangan tanaman sorgum dan itu tidak hanya sebatas budidaya saja
tetapi marketnya juga harus jelas sehingga petani mau mengoptimalkan lahanya
untuk budidaya sorgum,’ kata Djon Hendri kepada Koran Jakarta, Selasa (13/11).
Dari ketiga jenis atau varietas sorgum tersebut yang
paling banyak dibudidayakan adalah sorgum untuk pakan ternak dan itu banyak
dikembangkan di Provinsi Lampung, dan sejumlah daerah di Indonesia bagian timur
seperti Sulawesi Selatan, NTB dan lainnya. Selain itu, di Provinsi Jawa Timur seperti
di Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Pacitan dan Madura juga sudah banyak
dikembangkan sorgum untuk pakan ternak.
Menurut Djon, dari segi syarat pertumbuhan sebenarnya
hampir seluruh daerah di Indonesia bisa dikembangkan tanaman sorgum karena
tanaman ini membutuhkan iklim dengan intensitas hujan rendah. Sayangnya belum
banyak petani yang mengenal tanaman sorgum dengan baik, dan selama ini petani
hanya mengenal sorgum untuk pakan ternak. Padahal riset yang dilakukan ahli
pertanian sudah menemukan varietas sorgum untuk pengganti gandum. Kandungan gula
( brix) sorgum tersebut sampai 20 persen.
Secara spesifik, sorgum dapat tumbuh pada semua jenis
tanah asal solum cukup tebal
sekitar 15 centimeter dengan pH tanah 5 – 7,5, minimal curah hujan 50 –
100 mm per bulan pada 2,5 bulan pertama
dan kering pada saat menjelang panen untuk pertanaman sorgum dilahan sawah
bekas tanaman padi, biasanya hanya mengandalkan residu air tanah, namun
sebaiknya ditambah dengan pengairan 4-5 kali selama musim tanam agar
mendapatkan hasil yang optimal.
Pola tanam di lahan sawah padi – padi – sorgum , atau
jagung – padi – sorgum. Dilahan tegal sorgum biasa ditanam secara tumpangsari
dengan tanaman lain dan banyak yang ditanam dipinggir petakan.
“Sorgum
cocok ditanam di dataran rendah 1 -1300 meter dari permukaan laut, suhu udara lebih
dari 20 derajat celcius. Pada dataran menengah keatas umur tanaman akan lebih
panjang. Bila cuaca mendung dan berkabut sehingga penyinaran matahari tidak
sempurna pembungaan akan terganggu.
Kemudian dari segi benih, untuk memperoleh hasil yang baik maka dibutuhkan
benih yang bermutu yakni daya tumbuh lebih dari 90 persen dan bebas dari hama dan penyakit,
kebutuhan benih sekitar 15 kilogram per hektar, namum sebaiknya dilebihkan
karena dengan cara tanam diicir, kemudian diperjarang saat tanaman umur 10 hari
sampai 2 minggu bersamaan dengan penyiangan pertama. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar