Ketersediaan lahan yang semakin sempit di Pulau Batam memaksa arah pembangunan digeser ke Pulau Rempang dan Galang yang memang sudah di rencanakan sejak Era BJ Habibie menjabat Ketua Otorita Batam. Oleh karenanya infrastruktur jembatan dibangun untuk menghubungkan pulau Batam dan Rempang-Galang. Sayangnya, hingga saat ini pulau tersebut belum bisa dikelola karena lahanya masih berstatus hutan lindung.
Pulau Galang dan Rempang, sebagaimana ditegaskan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat berkunjung ke Batam berstatus sebagai taman buru. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu dan digolongkan ke dalam kawasan konservasi. Terhadap usulan perubahan status lahan yang diajukan Pemerintah Provinsi Kepri, saat ini masih dibahas tim terpadu di Jakarta. Prinsipnya, akan ada sebagian lahan di Galang-Rempang yang diubahstatusnya sesuai usulan daerah. Namun demikian, sampai sekarang status kedua pulau itu masih taman buru sehingga belum bisa dikelola.
Walikota Batam, Ahmad Dahlan mengatakan, pertumbuhan Batam sebagai kawasan industri dan perdagangan semakin pesat, tidak saja kawasan industri, kawasan permukiman pun semakin menjamur. Akibatnya, semakin sulit mencari lahan di Batam untuk dijadikan tempat usaha sehingga pemerintah kota Batam menggeser arah pembangunan ke kawasan Kabil dan Nongsa serta Pulau Rempang dan Galang.
Pulau Rempang dan galang punya potensi besar menjadi daerah maju sayangnya status lahan yang masih hutan lindung menyebabkan daerah itu belum bisa dikelola. Padahal, sejak beberapa tahun lalu sudah banyak investor yang tertarik untuk mengembangkan pulau tersebut.
“Lahan yang bisa dikelola di Batam sudah sangat minim sehingga perlu perluasan pembangunan ke wilayah Pulau Rempang dan Galang, sayangnya sejak beberapa tahun lalu hingga saat ini belum ada kejelasan dari pemerintah pusat mengenai status lahan tersebut,” kata Dahlan.
Jika status lahan di Relang sudah jelas, perkembangan pembangunan bisa cepat. Pasalnya, pulau Rempang dan Galang, sudah dihubungkan jalan enam jembatan penghubung sehingga akses transportasinya menjadi lebih mudah. Selain itu sejumlah investor dalam negeri dan asing juga sudah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di pulau tersebut. Dahlan optimistis jika pulau tersebut bisa dikelola maka pembangunan ekonomi Batam bisa tumbuh lebih tinggi dari posisi saat ini.
Meski berstatus hutan lindung, ironisnya hutan di Pulau Rempang dan galang sudah sangat minim disebabkan aksi perambahan dan pembangunan rumah liar. Sejauh ini, belum ada penegakan hukum dari aparat terkait meskipun kegiatan perambahan di pulau yang termasuk kawasan konservasi tersebut semakin marak.
Direktur PTSP dan Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, selain berstatus hutan konservasi, Pulau Rempang dan galang juga masih belum jelas status pengelolaanya apakah berada dibawah kendali Pemko batam atau BP Batam (Otorita Batam). Jika berlandaskan Undang Undang pembentukan Otorita Batam maka yang memiliki wewenang mengelola lahan di pulau tersebut adalah Otorita Batam.
Meski demikian, kata Djoko yang terpenting saat ini adalah pemerintah pusat mau mengalihfungsikan lahan di pulau tersebut untuk kegiatan komersil, dan saat ini sedang dilakukan kajian oleh tim peneliti dari Jakarta dan daerah.
“Lahan di kawasan Rempang dan Galang masih terkendala izin dari pemerintah pusat. Mudah-mudahan di tahun 2012 ini sudah jelas,” kata Djoko.
Beberapa investor yang sudah menyatakan minatnya mengelola pulau Rempang dan galang adalah grup Arta Graha yang berencana membangun kawasan ini sebagai Kawasan Wisata Terpadu Ekslusif (KWTE). Untuk itu, Kelompok usaha ini telah menyiapkan dana triliunan rupiah, selain itu sejumlah investor dari Singapura dan Eropa serta Amerika juga sudah menyatakan minat untuk berinvestasi di pulau tersebut.
Pulau Rempang memiliki luas 16.583 hektare dan terletak di sebelah tenggara pulau Batam sedangkan pulau Galang luasnya 8 ribu hectare yang juga terletak di tenggara pulau Batam. Akses menuju pulau tersebut sudah dibangun berupa jembatan yang dibangun sejak Era BJ Habibie dengan kualitas terbaik. Letaknya juga sangat strategis hanya berjarak tempuh sekitar 2 jam ke Singapura. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar