Awal tahun 2012, industri di Batam mengalami pukulan dengan tutupnya sejumlah perusahaan asing sehingga investor memperkirakan pertumbuhan industri dan ekonomi daerah ini akan slow down. Namun, ditengah sikap pesimistis tersebut ternyata masih ada sikap optimistis terhadap kondisi 2012 ditandai dengan investasi yang dikeluarkan sejumlah perusahaan yang nilainya ditaksir 300 miliar rupiah untuk menambah kapasitas produksi.
Pemimpin Bank Indonesia Batam, Elang Tri Praptomo mengatakan, kondisi 2011 tidak cukup menguntungkan bagi Batam karena pertumbuhan ekspor dan industri pengolahan mengalami perlambatan. Sejumlah perusahaan juga mengalami penurunan penjualan sehingga kapasitas produksi yang terpakai berkurang. Industri galangan kapal juga lesu karena order yang diterima turun menyebabkan kapasitas utilisasi pabrik anjlok dari 95 persen menjadi sekitar 60 persen.
Melambatnya sektor industri di Batam pada tahun 2011 tidak hanya terjadi pada industry yang berskala besar, industry kecil menengah juga melambat sebagaimana tercermin dari tren pembiayaan perbankan untuk sector industri pengolahan yang mengalami perlambatan secara signifikan.
Sejumlah pihak kuatir, buruknya kondisi ekonomi Batam tahun 2011 berlanjut 2012 sehingga perlu langkah antisipasi pemerintah daerah untuk mengurangi risiko tersebut. Misalnya dengan tidak mengeluarkan peraturan daerah yang membebani pengusaha.
Direktur Kawasan industri Batamindo, Jhon Sulistiawan mengatakan pada tahun 2012, kemungkinan pertumbuhan industri di Batam slow down karena masih ada persoalan birokrasi dan regulasi yang membuat investor masih ragu menanamkan investasinya di Batam. Pengusaha hanya berharap kondisi itu tidak sampai mengurangi tenaga kerja, karena biaya yang harus dikeluarkan cukup besar untuk membayar pesangon.
"Malaysia melakukan reformasi birokrasi dengan cepat sehingga kawasan industrinya bisa lebih maju dibanding Batam, padahal awalnya mereka belajar dari Batam. Oleh karenanya harus ada pemangkasan-pemangkasan peraturan yang membuat lambatnya proses perizinan dan lainnya," kata Jhon.
Meski dihantui sikap pesimistis, namun sejumlah pihak tetap optimistis terhadap pertumbuhan industry di Batam tahun 2012. Pasalnya, pada akhir tahun 2011 terdapat investasi sekitar 300 miliar rupiah yang dilakukan sejumlah perusahaan asing untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Kemudian minat investor asing untuk menanamkan modalnya juga cukup tinggi terlihat dari aplikasi rencana investasi yang sedang di urus.
Elang Tri Praptomo mengatakan, meski sejumlah sektor industri mengalami perlambatan pada tahun ini, namun masih ada beberapa sector yang diperkirakan tumbuh seperti industry penunjang aktivitas offshore yang bergerak dibidang galangan kapal dan logistic minyak dan gas atau migas.
Saat ini industry itu sudah mencapai lebih dari 120 perusahaan dengan serapan tenaga kerja sekitar 200 ribu orang. Industri ini telah meningkatkan penjualan pipa baja sehingga sejumlah produsen pipa baja di Batam mengalami pertumbuhan penjualan. Meski demikian, pemerintah dirasa perlu melakukan proteksi karena saat ini banyak pipa baja asal China yang dijual bebas di Batam dengan harga murah yang dikuatirkan dapat mengancam keberadaan perusahaan pipa baja lokal.
Melambatnya perekonomian Batam tahun 2012 juga tidak terlepas dari kondisi buruknya perekonomian Singapura tahun ini yang diperkirakan pejabat serta analis negara itu. Kondisi itu tidak berlebihan karena Singapura merupakan investor dan pasar terbesar dari produksi yang dihasilkan industry di Batam.
Oleh karenanya, sejumlah pihak berharap pemerintah berperan untuk dapat mengurangi sejumlah risiko bisnis yang terjadi di Batam agar pertumbuhan industry bisa terjaga. Caranya dengan memangkas birokrasi, mempercepat revisi PP no 02 tahun 2009, mempercepat reposisi kelembagaan BP Batam serta memperjelas status lahan khususnya di Pulau Rempang dan Galang. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar