Selasa, 27 Maret 2012

Angka Pengangguran di Batam Melesat

BATAM – Pemerintah Kota Batam merilis jumlah pengangguran terbuka hingga awal 2012 sekitar 12 ribu orang, angka itu diperkirakan naik signifikan pada saat ini seiring berhentinya kegiatan produksi beberapa perusahaan asing seperti PT Panasonic, PT Pratama Drydock, PT Nan Indah, PT Drydock GTI dan PT Nutune yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan buruh.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan, jumlah pencari kerja di Kota Batam berdasarkan data hingga 31 Desember 2011 sebanyak 25.406 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 10.796 sudah ditempatkan ke beberapa perusahaan dan sekitar 3.000 orang sudah mendapatkan pekerjaan langsung. Sedangkan pencari kerja yang belum ditempatkan sekitar 12 ribu orang yang berpotensi menjadi pengangguran terbuka.

“Jika dibanding tahun sebelumnya, jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan meningkat drastis. Pada tahun 2010, jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan hanya 7.000 orang dan di akhir 2011 melonjak menjadi 12 ribu orang,” katanya, Rabu (15/2).

Angka pengangguran akan meningkat signifikan seiring berhentinya kegiatan produksi sejumlah perusahaan asing yang menyebabkan perusahaan itu menutup pabriknya. Akibatnya ribuan buruh kehilangan pekerjaan.

Beberapa perusahaan yang telah menutup kegiatan produksinya antara lain, PT Panasonic yang memberhentikan 1.200 karyawan, PT Pratama Drydock memberhentikan 575 karyawan dan PT Nan Indah sebanyak 1.050 karyawan serta PT Drydock GTI sebanyak 790 karyawan. Selain itu, beberapa pekan lalu juga telah tutup PT Exas dan menyusul PT Nutune yang akan memberhentikan sekitar 1.000 pekerja. Perusahaan lain yang juga telah menghentikan kegiatan produksinya adalah PT BJ Industries, PT Epson Toyocom, PT Paper Box, PT Kumagaya Precision Motor Batam dan PT Panasonic Battery.

Berhentinya kegiatan produksi sejumlah perusahaan asing tersebut, kata Rudi harus diantisipasi secara serius oleh berbagai pihak karena bisa mengakibatkan ledakan jumlah pengangguran. Jika hal itu terjadi maka akan memicu tindakan kriminalitas dan pada akhirnya menciptakan iklim investasi yang kurang baik sehingga investor ragu untuk menanamkan modalnya di Batam.

“Meningkatnya pengangguran di Batam banyak terjadi pada penduduk usia produktif dan itu disebabkan oleh banyaknya penduduk angkatan kerja dari luar daerah yang masuk ke Batam, aksi perusahaan yang menutup pabriknya dan karyawan yang telah habis masa kontrak kerjanya,” katanya.

Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau, Nursyafriadi mengatakan, tingginya angka pengangguran di Batam disebabkan belum banyak perusahaan baru yang membuka pabrik di Batam, sementara sejumlah perusahaan yang lama telah menghentikan kegiatan produksinya dipicu turunya order yang diterima.

Kondisi itu, kata dia harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Kawasan agar lebih kreatif dan inovatif menjaring investor asing untuk mau menanamkan modalnya di kota Batam.

“Perkembangan kota Batam dengan status FTZ (free trade zone) tidak sesuai dengan yang diinginkan, bahkan terindikasi tidak bisa bersaing dengan kawasan indutri lainya di negara tetangga. Kondisi itu dipengaruhi oleh pelayanan satu atap yang tidak berjalan maxsimal, kepastian hukum belum jelas dan masih maraknya pungutan liar,” katanya.

Menurut Nursyafriadi, sejak perubahan status Batam sebagai kawasan FTZ tahun 2007 lalu, perkembangan ekonomi tidak secepat yang diharapkan. Industri belum tumbuh secara maksimal dan belum banyak investor asing yang mau menanamkan modalnya di Batam. Untuk itu, perlu adanya reformasi perijinan di Kota Batam agar bisa bersaing dengan kawasan sejenis di negara tetangga.

Jika Pemko Batam dan BP Batam tidak segera membenahi iklim investasi di Batam maka sulit mendatangkan investor baru ke daerah ini sehingga lapangan kerja baru tidak akan tercipta. Dengan demikian angka pengangguran akan terus melesat. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar