BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam yang dulu bernama Otorita Batam menilai pemerintah pusat kurang mendukung pelaksanaan FTZ (free trade zone) sehingga pelaksanaanya hingga saat ini kurang maksimal.
Kepala BP Batam, Mustafa Widjaya mengatakan pihaknya melakukan analisas swot terhadap pelaksanaan FTZ Batam dan kesimpulannya menyebut pelaksanaan FTZ di Batam berjalan tidak maksimal bahkan bisa dikatakan stagnan disebabkan beberapa faktor antara lain, kurangnya dukungan dari pemerintah pusat, itu tercermin dari regulasi yang sering berubah ubah dan belum seluruhnya kewenangan pusat diserahkan ke daerah.
"Batam memiliki peluang untuk berkembang dengan menangkap peluang dari Singapura, meningkatnya persepsi sebagai daerah tujuan investasi yang menarik, serta keikutsertaan dalam perdagangan bebas di kawasan regional. Sayangnya pemerintah pusat kurang mendukung program ini sehingga pelaksanaanya kurang maksimal," katanya, Jumat (10/2).
Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya daya saing FTZ Batam dibanding kawasan sejenis di negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam yang menyebabkan banyak investor cenderung menanamkan modalnya ke kawasan itu. Kemudian, produktivitas tenaga kerja di Batam juga masih rendah dan cenderung menurun, ekonomi yang tidak terdiversivikasi dan kurangnya investor besar.
“Investor menilai banyak peraturan di Batam yang tumpang tindih antara kebijakan nasional dan daerah menimbulkan ketidakpastian hukum,” kata Mustafa.
Faktor penghambat lainnya adalah Batam masih sangat tergantung pada Singapura dan belum banyak inovasi serta diversifikasi investor dari negara lain sehingga pertumbuhan ekonomi dan investasi di Batam sangat tergantung pada kondisi ekonomi di Singapura.
Meski demikian, Mustafa menilai masih ada peluang positif yang bisa diraih Batam karena daerah ini memiliki kekuatan dari segi geografis. Kedekatan Batam dengan Singapura dan letaknya berada di jalur selat Malaka menjadi daya tarik tersendiri bagi Batam yang tidak dimiliki kawasan sejenis di negara tetangga. Oleh karenanya, kekuatan yang dimiliki Batam harus diberdayakan agar bisa menarik investor asing Salah satu caranya perlu adanya kerjasama secara menyeluruh antara lembaga-lembaga pemerintah dalam menciptakan iklim yang pro bisnis, serta promosi secara aktif yang terfokus sebagai lokasi tujuan investasi.
Batam juga harus focus pada sector industry yang andalan sesuai dengan potensinya, misalnya elektronika dan elektrik, pariwisata, galangan kapal, pengilangan dan penyimpanan minyak dan gas. Untuk mendukung industry tersebut perlu dibangun gateway diantara pusat produksi dan pusat kebutuhan (logistik hubungan/transhipment).
“Dengan adanya fokus tersebut diharapkan target pertumbuhan PDB Batam bisa meningkat 2 kali pada 2020 melalui investasi komulatif 34,9 triliun rupiah pada 2015 menjadi 91,4 triliun rupiah pada 2020 dan nilai tambah sebesar 65,3 triliun rupiah pada 2015 dan 97,3 triliun rupiah pada tahun 2020. Sementara jumlah tenaga kerja yang bisa diserah diharapkan 366.257 jiwa pada tahun 2015 dan pada 2020 menjadi 466.145 jiwa,” kata Mustafa. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar