Selasa, 27 Maret 2012

Bisnis yang Menyelamatkan Lingkungan



Sosok Teo Pea Ngo cukup unik, selain kecintaanya pada Indonesia, pria asal Singapura ini menjalani bisnis tidak hanya sekedar mengutamakan keuntungan tapi juga peduli pada lingkungan.

Tiga tahun lalu, Teo mendirikan perusahaan yang memproduksi kayu untuk dekorasi atau furniture yang dikenal dengan Decorative Product. Perusahaanya diberi nama Green Resources Material (GRM) yang saat ini sudah tumbuh di banyak negara. Dari omset yang awalnya hanya jutaan dollar AS, kini Teo memiliki omset dari perusahaan itu sekitar 2 juta dollar AS per bulan dan dalam beberata tahun kedepan dia menargetkan bisa menghasilkan 50 juta dollar AS per tahun. Untuk itu, pabrik akan ditambah dan ekspansi usaha dengan membuka agen pemasaran dilakukan di sejumlah negara Asia serta Eropa.

“Jika saya menghasilkan omset 2 juta dollar AS per bulan berarti saya telah menyelamatkan 10 hektare hutan dan jika omset saya menjadi 50 juta dollar AS per tahun berarti saya telah menyelamatkan 1.000 hektare hutan di Indonesia,” katanya kepada Koran Jakarta, Kamis (22/3).

Teo menjelaskan bisnis yang dilakoninya termasuk dalam kategori industri ekogreen yang hasil produksinya ramah terhadap lingkungan sebab kayu yang dihasilkan yang disebut dengan Decorative Product berasal dari limbah olahan kayu. Limbah kayu di impor dari German dan untuk menghasilkan produk kayu yang berkualitas harus ada perekat berupa bahan kimia yang diolah bersama limbah kayu tersebut. Setelah diolah, akan dihasilkan aneka produk kayu untuk dekorasi furniture gedung yang sangat berkualitas tahan selama 200 tahun sehingga lebih baik dibanding penggunaan baja atau beton dan keramik pada rumah atau gedung.

Dengan menjalani bisnis itu, Teo beranggapan sudah ikut berpartisipasi bersama dengan masyarakat global untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran lingkungan. Sebab produk yang dihasilkan dari limbah kayu merupakan upayanya untuk ikut melestarikan hutan dan mengajak setiap orang untuk peduli terhadap hutan.

Teo Pea Ngo menjadi satu satunya orang di Indonesia yang melakoni bisnis ini dan di Asia dia termasuk 30 orang yang juga melakoni bisnis ini. Namun, meski baru mulai tiga tahun terakhir, Teo sudah bisa menguasai pasar Asia dan Australia. Teo saat ini sudah memiliki kantor pemasaran di 17 negara Asia dan Australia dan dalam beberapa tahun kedepan akan dibuka kantor di Eropa dan Amerika Serikat.

Sukses menjalani bisnis Decorative Product yang dijalani Teo bukanlah sesuatu yang mudah diraih tapi juga tidak terlalu sulit. Baginya, insting bisnis dari pengusaha dalam menangkap peluang sangatlah penting. Untuk itu, pengusaha harus bisa mendengar, melihat dan merasakan apa saja yang terjadi di sekitarnya, lalu diolah menjadi bahan perenungan untuk memulai suatu usaha.

Teo menyadari tidak banyak pengusaha yang mau menjalani bisnis itu, namun naluri bisnisnya mendesak untuk membuka usaha itu dan akhirnya berhasil. Teo kini sudah memiliki 800 pekerja dan akan ditambah lagi seiring penambahan pabrik.

PT GRM yang memproduksi Decorative Product bukanlah satu-satunya perusahaan yang dimiliki Taipan asal Singapura ini. Pria yang lahir 17 Oktober 1954 itu juga memiliki sejumlah perusahaan di Indonesia dan sejumlah negara. Teo memiliki Kawasan Industri di Batam yakni Latrade Industrial Estate yang didalamnya beroperasi lebih dari 15 perusahaan asing. Dia juga memiliki perusahaan di Singapura, Australia, Latvia, Shanghai, China, Malaysia dan beberapa negara lainnya.

Karir bisnis Teo dimulai pada tahun 1988 ketika dia membuka perusahaan di Singapura, lalu pada tahun 1993 Teo hijrah ke Shanghai dan membuka usaha di kota tersebut. Selanjutnya Teo bermigrasi lagi ke Latvia kota bekas Uni Soviet untuk bekerja di pabrik Nokia dan Volvo kemudian dia ke Moskow bekerja di hotel, KFC serta Mac Donals lalu ke St Petersburg untuk bekerja di pabrik HP Printer.

Pada tahun 1996 dia menjual sejumlah perusahaanya di beberapa negara lalu menuju Kota Batam untuk memulai usaha baru dengan membuka kawasan industri Latrade. Dia mendapat alokasi lahan seluas 52 hektare dari Otorita Batam dan saat ini lahan tersebut terus berkembang dan bisnisnya maju pesat, alhasil keuntungan pun terus diraihnya.

Menurut Teo, hampir separuh hidupnya telah dihabiskan di banyak negara untuk bekerja dan menajalani usaha. Dari banyak negara yang dikunjungi, Teo sangat tertarik dengan Indonesia terutama Batam yang dinilainya punya potensi untuk maju lebih baik ketimbang Singapura atau Shenzhen dan Guangdoa di China.

Penilaian Teo tidaklah berlebihan, karena menurutnya Batam sepertihalnya Singapura berada di posisi strategis di Selat Malaka dan infrastruktur juga sudah cukup memadai. Ironisnya, pertumbuhan industri di Batam dinilai lambat dibanding Vietnam atau Singapura. Kondisi itu disebabkan regulasi yang tidak konsisten dan pengurusan perijinan yang masih cukup lama. Untuk membuat satu perusahaan saja di Batam, kata dia membutuhkan waktu hampir setengah tahun, padahal di Vietnam atau Singapura tidak lebih dari satu bulan. Kemudian biaya pengiriman barang di pelabuhan juga mahal, contohnya saja untuk mengirim barang ke Jakarta 1.200 dollar AS per container sama dengan pengiriman barang ke China padahal jika mengirim barang dari Singapura ke Jakarta hanya 300 dollar AS per container.

Kunci Sukses

Menurut Teo, untuk menjadi sukses tidaklah sulit, yang terpenting mampu menangkap peluang dan mau bekerja dengan hati supaya menjadi tidak egois. Selain itu, sesibuk apapun harus menyediakan waktu khusus untuk menghadap pada sang Pencipta dengan berdoa dan menajalni perintahnya sesuai agama yang dianut.

“Harta dan kedudukan yang saya miliki saat ini hanya titipan dan meskipun saya memiliki perusahaan namun pada hakekatnya saya bekerja pada sang Pencipta untuk saya pertanggung jawabkan nantinya,” kata dia.

Teo juga menganggap dorongan dari keluarga sangat penting bagi kesuksesan seseorang. Untuk itu, dia selalu meluangkan waktu untuk istrinya yang warga negara Indonesia bernama Eni dan anaknya David. Sekali kali, Teo bepergian keluar negeri untuk melepas penat bersama istri dan anaknya sambil mengumpulkan tenaga baru untuk bergumul kembali dengan pekerjaan. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar