Selasa, 06 Desember 2011

Aksi Korporasi Mendukung Bisnis Perbankan

Perbankan disarankan melakukan penyesuaian atau mempercepat rencana aksi korporasi yang tersisa tahun ini untuk mengimbangi kenaikan kinerja perbankan yang melebihi ekspektasi di semester satu 2011 agar modal tetap terjaga hingga akhir tahun.

Kinerja perbankan pada paruh pertama tahun ini realisasinya mengalami pertumbuhan melebihi ekspektasi dari sejumlah kalangan analis yang menyebabkan fundamentalnya melonjak tinggi. Bahkan return of assets (ROA), rasio kecukupan modal (CAR) dan net interest margin (NIM) perbankan diyakini sebagai salah satu yang terbaik di Asia Tenggara.

Catatan Bank Indonesia, laba bersih Bank Bank umum pada semester satu ini mencapai 37,096 triliun rupiah, naik 26,4 persen dibanding periode sama 2010 yang 29,331 triliun. Rupiah. Sedangkan jumlah kredit yang dikucurkan perbankan Indonesia mencapai 1.950,727 triliun rupiah, lebih tinggi dibanding periode sama 2010 yang 1.586,492 triliun rupiah. Sementara itu, total aset perbankan di Indonesia hingga Juni 2011 mencapai 3.195,117 triliun rupiah, lebih tinggi dibanding periode sama 2010 yang 2.678,265 triliun rupiah.

Analis pasar modal, M Alfatih mengatakan, meningkatnya kinerja perusahaan perbankan didukung oleh kondisi perekonomian di tanah air yang stabil sehingga kinerja atau fundamental dari emiten perbankan tersebut pun menjadi melonjak tinggi. Itu menunjukan bahwa banyaknya kasus yang membelenggu perbankan Indonesia saat ini seperti kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh Citibank, lalu kasus penggelapan dana PT Elnusa Tbk (ELSA) oleh PT Bank Mega Tbk (MEGA) tidak berpengaruh signifikan terhadap dunia perbankan.

“Dari awal tahun hingga saat ini pergerakan harga saham perbankan sudah meningkat 8,72 persen. Itu menjadi modal berharga bagi perbankan untuk terus tumbuh hingga akhir tahun sehingga perbankan perlu mengesa rencana aksi korporasi yang masih tersisa tahun ini,” katanya kepada Koran Jakarta, Senin (12/9).

Ditambahkan, dengan ekspektasi bahwa BI Rate akan ditahan pada level 6,75 persen hingga akhir tahun menyebabkan penyaluran kredit para perbankan menjadi meningkat apalagi tidak sedikit dari perusahaan perbankan mempunyai komitmen khusus untuk menyalurkan kredit untuk kalangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tentu saja berguna untuk menggerakan perekonomian lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Alfatih, Kelebihan likuiditas yang terjadi saat ini juga dialami perbankan, sehingga banyak dana mengalir ke sektor ini melalui berbagai instrument investasi. Bank sendiri mesti menyambut aliran dana itu untuk memperkuat posisi modalnya, terlebih saat ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) cukup tinggi, begitupun dengan angka penyaluran kredit sehingga rasio kecukupan modal (CAR) mesti dijaga.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan perbankan untuk menambah modalnya yakni dengan merealisasikan rencana aksi korporasi melalui penerbitan obligasi ataupun penawaran saham terbatas atau rights issue. Langkah tersebut dibutuhkan untuk menarik dana asing maupun domestik yang saat ini sedang mencari tempat labuhan di Indonesia.


“Meskipun yield obligasi saat ini sedang rendah, namun perbankan tidak perlu kuatir terhadap penyerapannya sebab likuiditas sedang tinggi,” kata Alfatih.


Salah satu bank yang berencana menerbitkan obligasi adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BCA berencana menerbitkan obligasi subordinasi alias subdebt senilai 2 triliun rupiah pada semester kedua 2011.

PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) juga berencana menerbitkan obligasi tambahan pada semester II 201. Pejabat Sementara Presiden Direktur BII, Rahardja Alimhamzah mengatakan, pihaknya sedang mengaji kemungkinan penerbitan obligasi, baik berupa obligasi konvensional maupun subordinasi (subdebt).

“Kami masih mempertimbangkan akan menggunakan laporan keuangan Juni 2011 atau tidak. Kalau terbit tahun ini, pasti kami harus menggunakan laporan keuangan Juni 2011,” katanya.

BII diperkirakan akan menerbitkan obligasi tambahan senilai 500 miliar rupiah tahun ini. Rencana penerbitan itu merupakan bagian dari rencana perseroan menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai 6 triliun rupiah. Perseroan akan menunjuk tiga perusahaan sekuritas, yaitu PT Mandiri Sekuritas, PT Indo Premier Securities, dan PT Kim Eng Securities sebagai penjamin emisi obligasi tersebut.

Sebelumnya, BII pada April 2011 telah menerbitkan obligasi senilai 1,5 triliun rupiah yang menyebabkan terjadinya peningkatan rasio kecukupan modal perusahaan menjadi sekitar 13,8 persen pada Juni 2011. Selain itu, perusahaan juga berencana menambah modal dari laba ditahan yang dibukukan per Juni 2011.

Rencana aksi korporasi yang dilakukan BII dengan menerbitkan obligasi merupakan langkah untuk terus meningkatkan ekspansi bisnisnya. Perseroan mencatat pertumbuhan kredit yang signifikan dalam enam bulan pertama 2011. Pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 26 persen dari 47,3 triliun rupiah di semester pertama 2010 menjadi 59,5 triliun rupiah pada semester pertama 2011. Pertumbuhan kredit tersebar merata di seluruh segmen usaha dimana kredit Konsumer tumbuh sebesar 28 persen, diikuti oleh kredit Korporasi dan UKM & Komersial masing-masing tumbuh sebesar 26 persen dan 24 persen dibandingkan dengan semester pertama 2010. Kredit Korporasi memberikan kontribusi sebesar 24 persen dari total kredit, sedangkan kredit UKM dan Komersial serta kredit Konsumer memberikan kontribusi masing-masing sebesar 36 persen dan 39 persen. Total aset BII per 30 Juni 2011 meningkat sebesar 25 persen menjadi 84,4 triliun rupiah dari 67,7 triliun rupiah per 30 Juni 2010.


Jumlah simpanan nasabah meningkat 26 persen menjadi 65,9 triliun rupiah per 30 Juni 2011, naik dari 52,2 triliun rupiah per 30 Juni 2010. Giro tumbuh sebesar 33 persen menjadi 12 triliun rupiah per 30 Juni 2011 dari 9,1 triliun rupiah per 30 Juni 2010, sedangkan Tabungan meningkat 18 persen menjadi 14,6 triliun rupiah dari 12,4 triliun rupiah dan Deposito naik sebesar 27 persen menjadi 39,2 triliun rupiah dari 30,8 triliun rupah. Loan to deposit ratio (LDR) stabil pada level 90 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Rahardja Alimhazah, perseroan terus melakukan ekspansi usaha dengan berbagai cara seperti menambah jaringan cabang dan jaringan elektronik, program loyalitas dan akuisisi yang inovatif, peluncuran produk-produk baru yang didukung dengan kualitas layanan prima akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan simpanan nasabah Bank. Peluncuran mobile banking dan internet banking dengan platform terbaru yang akan diluncurkan dalam waktu dekat memungkinkan Bank untuk lebih menarik nasabah baru.

Pengamat Pasar Modal, Edwin Sinaga mengatakan, semester kedua tahun ini cukup baik bagi emiten perbankan untuk merealisasikan rencana corporate action nya dengan menerbitkan obligasi atau rights issue sebab yield cukup rendah sehingga menguntungkan bagi penerbit obligasi. Selain itu, kelebihan likuiditas di pasar juga menyebabkan bank mudah mendapatkan dana.

Edwin meyakini bahwa sektor perbankan masih menjadi incaran investor karena fundamental dan kinerjanya cukup positif di paruh pertama tahun ini dan kondisi tersebut diprediksi berlanjut hingga akhir tahun.

“Aksi korporasi perlu dilakukan bank untuk mengembangkan bisnisnya dan kondisi pasar saat ini sangat mendukung,” katanya kepada Koran Jakarta, Senin (12/9). (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar