Senin, 05 Desember 2011

Jembatan Barelang Diperiksa Menyeluruh



BATAM – Badan Pengusahaan (BP) FTZ Batam akan memeriksa secara menyeluruh kondisi jembatan Barelang paska runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur beberapa waktu lalu untuk memastikan keamanan jembatan tersebut.

"BP Batam dalam waktu dekat akan melakukan maintanance (perawatan) jembatan Barelang, setelah sebelumnya dilakukan pengecekan secara menyeluruh kondisi jembatan itu," kata Direktur Perencanaan Tekni BP Batam, Istono, Selasa (29/11).

Jembatan Barelang (Batam, Rempang dan Galang) terdiri dari enam buah jembatan yang menghubungkan sejumlah pulau di batam. Jembatan pertama bernama Jembatan Tengku Fisabilillah yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton dan memiliki panajang, lebar dan tinggi 642 x 350 x 38 meter. Jembatan kedua bernama Jembatan Narasinga menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah, memiliki panjang lebar tinggi 420 x 160 x 15 meter. Jembatan ketiga yaitu Jembatan Ali Haji menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang lebar tinggi 270 x 45 x 15 meter.

Jembatan keempat bernama Jembatan Sultan Zainal Abidin menghubungkan Pulau Setokok dengan Pulau Rempang dan memiliki panjang lebar tinggi 365 x 145 x 16,5 meter. Jembatan kelima adalah Jembatan Tuanku Tambusai menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan memiliki panjang lebar tinggi 385 x 245 x 31 meter, lalu Jembatan keenam atau yang terakhir bernama Jembatan Raja Kecil, menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru memiliki panjang lebar tinggi 180 x 45 x 9,5 meter.

Menurut Istono, Ke enam jembatan itu akan dilakukan perawatan dengan dana miliaran rupiah. Itu dilakukan untuk memastikan kondisi jembatan dalam keadaan baik dan aman karena hampir setiap hari jembatan tersebut dikunjungi turis dan juga menjadi sarana penghubung utama antar wilayah hinterland dan kota Batam.
Meski akan dilakukan perawatan, namun kondisi jembatan Barelang saat ini cukup aman untuk dilewati. Meski demikian, Istono menghimbau masyarakat untuk tidak memarkir kendaraan di atas jembatan. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tidak melepas pembungkus kabel karena dapat menyebabkan besi penyangga jembatan berkarat, sehingga mudah rusak dan melemahkan kekuatan jembatan tersebut.

"Secara umum, jika digunakan untuk keperluan melintas sangat aman. Tetapi yang berbahaya itu justru kegiatan masyarakat yang berwisata di jembatan itu. Di antara mereka ada yang tangannya iseng mengelupaskan pembalut kabel. Ini berbahaya, karena pipa-pipa itu bisa berkarat, dan cepat lapuk. Hal-hal yang seperti inilah yang menjadi ancaman . Kalau sudah begitu, biaya perawatan jembatan akan sangat mahal," kata Istono.

Terlebih usia jembatan Barelang sudah cukup tua karena dibangun pada tahun 1992 dan selesai tahun 1998 yang diprakarsai Bapak B.J Habibie yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sekaligus Ketua Otorita Batam. Pembangunan jembatan itu menghabiskan biaya lebih dari 400 miliar rupiah dengan kurs saat itu.

Terkait dengan ambruknya jembatan Kutai Kartanegara, Istono mengatakan, banyak faktor yang menjadi penyebab jembatan itu ambruk dan salah satunya karena karatan, kemudian disebabkan kapasitas kendaraan yang melewati jembatan melebihi yang dibolehkan. Lalu juga bisa disebabkan tabrakan tiang jembatan yang dilakukan kapal yang lewat dibawah jembatan. Itu bisa terjadi jika kondisi dibawah jembatan digunakan sebagai lalu lintas pelayaran yang padat, yang memungkinkan struktur jembatan disenggol kapal besar. Selain itu, kondisi tanah di sungai atau laut juga bisa menyebabkan jembatan ambruk seperti yang terjadi di Kalimantan yang memiliki tanah bertekstur lunak.

Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, Jembatan Barelang adalah jembatan dengan arsitektur modern pertama di Indonesia yang merupakan jembatan gantung dibangun dengan teknik cabel stayed yang umumnya dipakai pada bentang jembatan lebih dari 200 meter, sedangkan bentang Jembatan Berelang mencapai 350 meter. Konstruksi Jembatan Barelang menggunakan beton yang dicetak di lokasi. Teknologi beton pracetak dengan berat per unit mencapai 150 ton.

Panjang jembatan Barelang seluruhnya adalah 2.264 meter terdiri dari rangkaian enam jembatan. Bagian-Bagian dari Konsturksi Jembatan terdiri dari Superstrucutre atau Konsturksi Bagian Atas, Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki dan lainya. Struktur atas jembatan meliputi trotoar, sandaran dan tiang sandaran, peninggian trotoar (Kerb) dan Slab lantai trotoar.

Sedangkan Substructure atau Konsturksi Bagian Bawah terdiri dari, Pile Cap, Abutment’ Pier atau Pilar dan Wingwall. Untuk konstruksi Foundation atau Pondasi diantaranya Bored Pile Foundation atau Pondasi Tiang bor dan Pondasi Tiang Pancang. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar