Selasa, 06 Desember 2011

Siswa di Bintan Belajar di Gudang

BINTAN – Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 009 Teluk Sebung, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau terpaksa melaksanakan proses belajar mengajar di gudang karena ruang kelas yang tersedia tidak mampu menampung jumlah siswa yang ada.

Kepala Sekolah SD 009 Teluk Sebung, Amnah mengatakan, pihak sekolah terpaksa menggunakan gudang tempat penyimpanan arsip dan berkas sekolah untuk dijadikan ruang belajar karena ruang belajar yang tersedia saat ini tidak mampu menampung lagi siswa yang ada. Sementara itu, gudang arsip dipindahkan ke toilet setelah sebelumnya dilakukan renovasi.

“Kami merenovasi gudang arsip untuk dijadikan ruang kelas karena puluhan siswa tidak tertampung di ruang kelas yang tersedia,” katanya, Kamis (15/9).

Selain tidak memiliki ruang belajar, kata Amnah pihak sekolah juga tidak memiliki ruang perpustakaan yang layak, karena perpustakaan yang ada saat ini sangat kecil dan tidak bisa menampung siswa yang ingin belajar di tempat itu.

"Kami hanya memiliki Mini Perpustakaan, buku-bukunya pun tidak seberapa. Jadi, anak-anak kalau membaca buku semuanya duduk di lantai," katanya.

Menurut Amnah, pihak sekolah sudah memberitahukan kondisi sekolahnya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, namun sampai saat ini belum ada tanggapan dari pihak Dinas Pendidikan. Dia kuatir jika Pemerintah melalui Dinas Pendidikan tidak segera menanggapi keluhan tersebut akan menghambat proses belajar mengajar siswa sehingga dapat mengurangi kualitas pendidikan di Provinsi Kepri.

Kekurangan ruang kelas juga terjadi di daerah lain Provinsi Kepri seperti Batam, Tanjung Pinang, Karimun, Lingga, Anambas dan Natuna. Ironisnya, Pemerintah daerah justru mengalokasikan anggaran yang tidak jelas untuk bidang pendidikan di Kepri. Misalnya pengalokasian dana sebesar 516 miliar rupiah dalam APBD Kepri 2009 untuk membangun SMK Maritim di Tanjung Pinang.

Kondisi sekolah yang dibangun dengan anggaran 516 miliar rupiah itu cukup ini tidak terawat lagi, debu-debu bauksit memenuhi dinding, pintu dan lantai sekolah. Dalam ruangan terlihat dokumen dan foto copy ijazah pelajar yang berserakkan. Terlihat juga beberapa kasur yang tak terawat. Sedangkan di samping sekolah masih terlihat aktifitas penambangan bauksit. Untuk menjangkau lokasi sekolah juga sangat sulit karena belum ada aspal menuju sekolah dan hanya menggunakan jalan yang dibuat oleh penambang bauksit. Lalu tidak terlihat meja dan kursi di sekolah itu.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri Yatim Mustafa saat dikonfirmasi membenarkan kalau sekolah SMK Maritim dibangun oleh ABPD Kepri tahun 2009. Pemerintah Provinsi membangun sekolah itu atas permintaan dan pengajuan Kepala SMK Maritim bernama Muhammad Ikbal. Alasan Ikbal mengajukan pembangunan sekolah SMK Maritim, karena saat itu muridnya sudah ada menumpang di SMP 10 Tanjungunggat.

“Sudah kita serah terimakan kepada M Ikbal yang memiliki yayasan dan sudah juga kita serah terimakan kepada Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang,” katanya.

Yatim merasa prihatin melihat kondisi SMK Maritim yang tidak diurus oleh yayasan maupun Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang. Padahal, keluhan masing-masing daerah saat PSB adalah kekurangan ruang belajar.
“Sudah kita bangun sekolah dan kita serahkan ke Pemerintah Kota Tanjungpinang tapi mengapa tidak dimanfaatkan dengan baik,” katanya. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar