Selasa, 06 Desember 2011

Kera Anambas Terancam Punah



ANAMBAS – Hewan jenis kera di Gunung Rintis Kabupaten Anambas Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terancam punah karena terus diburu manusia dan semakin kecil habitatnya karena dipergunakan untuk area pertanian dan pemukiman. Untuk itu, Pemerintah Kabupten Natuna diminta menjadikan habitat hewan tersebut sebagai kawasan konservasi.

Direktur Lembaga Ekosistem Indonesia, Ashari mengatakan, hewan jenis kera di Sekitar hutan Gunung Rintis terancam punah karena terus diburu dan dibunuh manusia karena dianggap telah merusak ladang milik masyarakat. Ironisnya, kera yang dibunuh itu digantung di tengah ladang warga untuk menimbulkan ketakutan atau efek jera bagi kera lain agar tidak menganggu ladang warga.

Menurutnya, tindakan warga yang menggantung kera di tengah ladang setelah dibunuh dinilai tidak etis terlebih tindakan kera yang merusak lading milik warga juga disebabkan habitatnya yang terus berkurang karena hutan tempat tinggal mereka telah dijadikan pemukiman dan perkebunan.

“Satwa liar seperti kera di Gunung Rintis terancam punah akibat diburu masyarakat. Sementara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Anambas belum menetapkan wilayah konservasi hewan liar di hutan-hutan Anambas. Kepunahan dapat terjadi akibat maraknya penebangan hutan di pegunungan yang dimanfaatkan untuk membuka lahan pemukiman masyarakat,” katanya, Kamis (8/9).

Seorang warga Gunung Rintis, Syafril mengatakanb, hewan-hewan yang biasa berdiam di hutan termasuk kera-kera biasanya mulai turun ke ladang petani sejak pagi hingga sore. Akibatnya banyak hasil ladang seperti sayur mayur, cabe dan tanaman dirusak hewan tersebut.

"Satu-satunya jalan untuk menghindari kerusakan kebun maka kami harus memburu kera untuk dibunuh. Kera-kera itu kita gantung di tengah-tengah kebun untuk menimbulkan efek jera bagi kera lain,” katanya.

Syafril menuturkan, menggantung kera-kera tersebut sejauh ini cukup efektif dapat mengurangi yang lainnya untuk datang. Disamping itu, bau busuk dari bangkai kera tersebut juga dapat mengurangi datangan babi hutan pada malam hari.

Sementara wilayah hutan terus dibuka untuk pemukiman, perkebunan dan kebutuhan kayu untuk pembangunan di Anambas. Tingginya biaya untuk membangun rumah permanen, membuat masyarakat memilih kayu sebagai bahan utama bangunan.

Pembukaan hutan untuk ladang dan pemukiman warga tidak dapat dihindari disebabkan pertumbuhan dan pertambahan penduduk di Anambas yang terus berkembang maka membutuhkan ketersediaan pemukiman lebih banyak lagi. Kebutuhan tempat tinggal di Tarempa yang padat penduduk juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan Pemkab tidak memiliki perumnas yang bisa ditempati para pegawai negeri sipil yang berasal dari luar Anambas. Peluang ekonomi ini dimanfaatkan masyarakat untuk membangun rumah kontrakan yang kebanyakan menggunakan material kayu sehingga hutan terus digunduli. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar