NATUNA – Tim ekspedisi laut Natuna dan Kalimantan Selatan menemukan data telah terjadi penurunan potensi perikanan di perairan itu sekitar 1,8 ton per kilometer persegi setiap tahunnya disebabkan eksploitasi berlebihan dan pencurian ikan oleh nelayan asing.
Ketua Pusat Penelitian Osenografi LIPI Suharsono mengatakan, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Perguruan Tinggi (Dikti) Kemendiknas bersama LIPI telah membentuk tim ekspedisi laut Natuna dan Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu. Pembentukan tim dilakukan untuk meneliti potensi laut yang ada diperairan Natuna dan Kalimantan Selatan. Tim tersebut sudah mulai melakukan penelitian sejak 2010 lalu.
Kordinator Ekspedisi Laut Natuna, Fahmi mengatakan berdasarkan hasil penelitian tim diperoleh data bahwa telah terjadi penurunan potensi perikanan di perairan tersebut secara signifikan. Hal itu disebabkan minimnya pengawasan oleh aparat terkait sehingga banyak nelayan asing yang melakukan pencurian ikan.
“Minimnya pengawasan menyebabkan nelayan asing leluasa mencuri ikan terlebih mereka menggunakan teknologi yang sudah canggih sehingga jumlah ikan di perairan Natuna dan Kalimantan selatan menurun drastis,” katanya, Kamis (3/11).
Fahmi memperkirakan telah terjadi penurunan potensi perikanan di perairan Natuna sekitar 1,8 ton per kilometer persegi. Data itu menunjukkan telah terjadi over eksploitasi ikan laut Natuna dan factor utama penyebabnya adalah pencurian oleh nelayan asing.
”Jika pemerintah atau aparat tidak mampu mengawasi, paling tidak harus ada program kesadaran dan pemberdayaan masyarakat di sekitar Natuna untuk secara aktif berpartisipasi melakukan pengawasan,” katanya.
Program pemberdayaan berupa pembelian alat sarana nelayan dan pelatihan entrepreunership sehingga pengawasan dapat melibatkan nelayan setempat. Namun yang terpenting, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus mulai menata dan merapikan kembali perijinan untuk nelayan asing.
“KKP pernah berjanji menata perijinan untuk nelayan asing, itu perlu karena perairan natuna merupakan wilayah perbatasan dengan Negara lain sehingga cukup rawan terjadinya konflik dan pencurian. Terlebih nelayan asing seperti Thailand yang mendapatkan ijin menangkap ikan atau yang mencuri memiliki peralatan canggih,” katanya.
Peneliti Universitas Tanjungpura, Pontianak, Erlinda Yurisanthae mengatakan, untuk memberi perlindungan terhadap sumber daya laut di Natuna harusnya dibangun taman nasional laut dikawasan tersebut. Untuk itu, harus ada usulan dari warga dan pemuka masyarakat di Natuna.
Erlinda mengakui telah terjadi over fishing dan illegal fishing dengan peledak racun serta pukat harimau yang merusak terumbu karang laut yangdilakukan masyarakat luar Natuna. Kondisi itu menyebabkan biota menjadi hancur dan ikan banyak yang mati sehingga jumlahnya terus menurun. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar