JAKARTA – Perusahaan makanan cepat saji, pemilik gerai KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk optimistis mencapai target penjualan 3,43 triliun rupiah hingga akhir tahun ini, meski angka penjualan hingga kuartal tiga baru 2,44 triliun rupiah. Pasalnya, penjualan kuartal empat bakal tumbuh seiring adanya perayaan Natal dan Tahun baru.
Direktur yang juga Sekretaris Perusahaan Fast Food Indonesia, Justinus Dalimin Juwono mengatakan, perseroan optimistis penjualan hingga akhir tahun ini sesuai dengan target yang dibuat awal tahun sebesar 3,43 triliun rupiah. Pasalnya, hingga kuartal tiga saja sudah dikantongi nilai penjualan 2,44 triliun rupiah, naik 11 persen dibanding periode sama 2010 yang 2,2 triliun rupiah. Sedangkan laba bersih dikuartal tiga ini 175,4 miliar rupiah naik 7,5 persen dibanding periode sama 2010 yang 163,2 miliar rupiah.
“Kami optimistis target penjualan tercapai karena angka penjualan di kuartal empat biasanya cukup tinggi dipicu Natal dan Tahun Baru,” katanya kepada Koran Jakarta, Senin (21/11).
Ditambahkan, untuk mencari angka penjualan 1 triliun rupiah di kuartal empat ini cukup mudah karena adanya perayaan Natal dan Tahun Baru bakal memicu konsumsi masyarakat sehingga penjualan meningkat. Untuk mendorong pertumbuhan penjualan tersebut, perseroan akan meluncurkan sejumlah program promosi dan berupaya memperbaiki format gerai agar konsumen tetap setia, pasalnya saat ini sudah banyak restoran cepat saji yang juga franchise dari negara lain, sehingga perseroan perlu memperbaiki format yang ada agar bisa bersaing. Perseroan juga akan tetap fokus pada target pasarnya yakni anak muda.
Menurut Justinus, peningkatan penjualan tahun ini juga didorong oleh bertambahnya jumlah gerai. Hingga September 2011, perseroan sudah menambah 11 gerai baru dan hingga akhir tahun diproyeksikan bertambah 20 hingga 25 gerai baru.
Kinerja 2012
Positifnya kinerja perseroan tahun 2011 ini membuat manajemen semakin optimistis kinerja tahun 2012 terus tumbuh. Untuk itu, perseroan berencana kembali mengalokasikan belanja modal sekitar 200 miliar rupiah sama dengan tahun 2011 ini yang diperoleh dari kas internal dan pinjaman bank, namun tidak menutup kemungkinan dananya akan dicari lewat pasar. Belanja modal itu akan digunakan untuk membuka 20 sampai 25 gerai baru. Pembangunan gerai baru pada tahun 2012 akan difokuskan di luar Jawa yang pertumbuhan ekonominya cukup cepat.
Menurut Justinus, pembukaan gerai baru akan terus dilakukan setiap tahunnya, terlebih ekonomi nasional dipastikan tumbuh positif tahun depan. Hal itu dipercaya akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga konsumsi naik.
Kepala Riset Capital Price, Perdana Wahyu Santosa mengatakan industri makanan sebagai bagian dari sektor usaha barang konsumsi cukup prospektif karena permintaan cenderung meningkat. Meski demikian, peningkatan kinerja saham-saham industri makanan sangat tergantung dari fundamental emiten yang baik dan situasi ekonomi yang mendukung pertumbuhan industri.
Sektor barang konsumsi dari tahun ke tahun tercatat sebagai saham yang terus berkinerja positif tumbuh di atas 70 persen, lebih tinggi dibanding Indeks Harga Saham Gabungan yang sebesar 46,13 persen. Meski tidak menjadi penggerak utama Indeks, keberadaan saham barang konsumsi mampu menjadi stabilisator pasar.
Untuk tahun 2011 ini, emiten barang konsumsi berpeluang mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup signifikan, didorong oleh faktor pemulihan ekonomi paska krisis dan apresiasi nilai tukar rupiah yang menurunkan biaya pengadaan bahan baku.
Sementara itu, Kementrian Perindustrian merilis industri makanan dan minuman merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar dibanding sektor berbasis manufaktur lainnya. Pada 2010, industri makanan menyerap pekerja hingga 3,6 juta orang, naik 3,28 persen dibanding 2009. Sektor itu juga menyumbang 22,3 persen dari total produksi manufaktur di koridor ekonomi Jawa.
Dari segi pertumbuhan industri, sektor makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang relatif positif. Pada 2008 industri makanan/minuman/tembakau tumbuh 2,34 persen yang langsung melesat menjadi 11,22 persen pada 2009. Pada 2010 turun lagi menjadi 2,73 persen akibat perlambatan pertumbuhan lantaran imbas krisis ekonomi. Namun, angka pertumbuhan industri makanan dan minuman kembali naik menjadi 4,04 persen pada kuartal pertama 2011 dan 9,34 persen pada kuartal kedua di 2011, pertumbuhan itu diperkirakan masih berlanjut sampai akhir tahun ini. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar