Pelaku industri semen berharap pemerintah bisa memberikan insentif pajak dan tax holiday untuk pembangunan pabrik di luar pulau Jawa seiring rencana pemerataan pabrik di seluruh Indonesia yang dipicu meningkatnya konsumsi semen di kawasan tersebut.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono mengatakan, konsumsi semen nasional tahun ini diprediksi bisa mencapai 15 persen melebihi target semula yang 10 persen atau lebih dari 44 juta ton. Sebagian besar konsumsinya masih di serap di Pulau Jawa atau sekitar 50 persen, namun permintaan di luar Jawa seperti di Sumatra kecenderungannya tumbuh signifikan sehingga pelaku industri semen perlu membangun pabrik di luar Jawa untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi di luar Jawa.
“Rata rata desain kapasitas terpasang pabrik semen di Jawa sudah “mentok” sehingga untuk meningkatkan kapasitas produksi perlu membangun pabrik baru dan kemungkinannya di luar Jawa karena permintaanya juga tinggi. Untuk itu pemerintah diharapkan bisa memberi kemudahan pembangunan pabrik di luar Jawa dengan memberi insentif pajak dan tax holiday seperti yang pernah di janjikan,” katanya kepada Koran Jakarta, Kamis (6/10).
Untuk membangun pabrik di luar Jawa, kata Urip perusahaan semen membutuhkan kemudahan seperti perijinan, perolehan lahan dan yang paling penting adalah insentif pajak serta tax holiday yang pernah di janjikan pemerintah untuk menekan biaya produksi. Selain itu, ketersediaan energi seperti listrik juga penting karena industri semen sangat tergantung dari listrik.
Menurut Urip, insentif pajak dibutuhkan perusahaan semen karena selama ini biaya produksi meningkat signifikan dan kecenderungannya akan terus naik seiring peningkatan harga batu bara yang sangat dibutuhkan pabrik semen untuk menghasilkan energi. Selain itu, adanya isu peningkatan tarif listrik juga akan menambah beban produksi terlebih ongkos listrik mengambil porsi paling besar dari biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan semen.
Meski biaya produksi naik, perusahaan semen tidak bisa buru buru melakukan penyesuaian harga atau meningkatkan harga jual semen karena persaingan di industri semen saat ini sangat ketat, sehingga bila harga jual dinaikan akan berdampak pada penjualan.
“Meski biaya produksi naik, perusahaan semen tidak secara otomatis menaikan harga jual karena persaingan saat ini sangat ketat. Perusahaan semen paling mungkin bisa melakukan efisiensi dan mengurangi keuntungan,” kata Urip.
Untuk itu, salah satu strategi mengurangi ongkos produksi adalah dengan memangkas biaya transportasi sehingga pembangunan pabrik di luar Jawa perlu dilakukan, sekaligus untuk penetrasi pasar.
Menurut Urip, konsumsi semen akan terus tumbuh setiap tahunnya dan tahun 2012 diprediksi juga tumbuh lebih dari 10 persen seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, angkanya bisa lebih tinggi lagi jika pemerintah segera merealisasikan sejumlah proyek infrastruktur yang sudah direncanakan, sebab porsi konsumsi semen oleh pemerintah masih kecil yakni 30 persen sedangkan swasta 60-70 persen.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi maka kapasitas terpasang industri semen nasional juga harus ditingkatkan dari 47 juta ton saat ini menjadi 51 juta ton berdasarkan perhitungan utilisasi industri semen yang mencapai 85 persen. Oleh karena itu, wajar jika perusahaan semen gencar melakukan ekspansi usaha dengan meningkatkan kapasitas pabriknya.
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto menyebut konsumsi semen mengalami pertumbuhan terbesar pada tahun ini terutama di Jawa dan Sumatera. Pertumbuhan di Jawa sekitar 10 persen, sedangkan Sumatera sekitar 15 persen. Untuk itu, produsen semen harus mengimbangi konsumsi yang naik dengan peningkatan kapasitas produksi.
Kinerja Perseroan
Sejumlah perusahaan semen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ternyata juga sudah bersiap meningkatkan kapasitas produksi seiring pertumbuhan konsumsi. PT Semen Gresik Tbk meningkatkan produksinya menjadi 20 juta ton tahun ini lebih tinggi dari 2010 yang 19 juta ton.
Direktur Utama PT Semen Gresik Tbk, Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini perusahaan tengah menyelesaikan pembangunan dua pabrik baru di Tonasa dan Tuban. kapasitas produksinya masing-masing 2,5 juta ton per tahun.
Seiring bertambahnya produksi, Semen Gresik optimistis kinerjanya menjadi lebih baik. Dari laporan keuangan di semester satu disebutkan, perseroan membukukan nilai penjualan 7,6 triliun rupiah naik 13,4 persen dibanding periode sama 2010 yang 6,7 triliun rupiah, sedangkan laba bersihnya 1,9 triliun rupiah naik 18,75 persen dibanding semester satu 2010 yang 1,6 triliun rupiah.
Sementara itu, PT Holcim Indonesia terus melebarkan sayapnya di luar Jawa dengan membangun pabrik penggilingan semen dan tempat penampungan sementara di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Pabrik berkapasitas 2 ribu ton tersebut sudah didirikan pada Selasa (4/10).
Presiden Direktur PT Holcim Indonesia, Eamon Ginley mengatakan, hasil produksi dari pabrik yang disebut silo semen itu untuk kebutuhan masyarakat Batam dan sekitarnya, dan jenis yang dihasilkan ada dua yakni semen kantong dan semen curah. Untuk melengkapi silo tersebut juga telah dipasang alat produksi pengantongan semen atau packhouse dengan kapasitas 100 ton per jam.
“Pertumbuhan konsumsi semen di Batam cukup tinggi sehingga penting bagi kami untuk membangun pabrik guna penetrasi pasar,” katanya, Selasa (4/10).
Menurut Eamon, pembangunan pabrik di Batam dilakukan dalam rangka penetrasi pasar di luar Jawa seiring pertumbuhan konsumsi yang cukup signifikan. Dengan demikian, diharapkan kinerja perseroan akan terus tumbuh. Pada semester satu 2011 perseroan membukukan nilai penjualan 3,5 triliun rupiah naik 20,7 persen dibanding semester satu 2010 yang 2,9 triliun rupiah. Sementara itu, laba bersihnya naik 23,4 persen dari 370,4 miliar rupiah di semester satu 2010 menjadi 457 miliar rupiah di semester satu ini.
Holcim berencana meningkatkan kapasitas produksinya sebesar 1,7 juta ton per tahun mulai 2013 seiring pembangunan pabrik baru di Tuban provinsi Jawa timur. Pabrik yang sedang dalam pekerjaan konstruksi itu diperkirakan rampung 2013. Saat ini perseroan memiliki kapasitas produksi 8,3 juta ton per tahun yang dihasilkan dua pabrik di Narogong Jawa Barat dan di Cilacap Jawa Tengah.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga akan menambah kapasitas produksinya untuk mengantisipasi pertumbuhan konsumsi dengan membangun pabrik killen baru di luar Jawa.
Direktur Utama Indocement Daniel Lavalle pernah mengatakan, pabrik killen baru tersebut diperkirakan bisa menghasilkan produksi sebesar 2-2,5 juta ton pertahun dan diharapkan sudah bisa dimulai pada 2016-2017. Sebelumnya, Perseroan sudah menyelesaikan pembangunan pabrik Paliaman di Cirebon dengan kapasitas 1,5 juta ton pertahun. Sementara untuk pabrik Cieterup akan selesai pada 2013 dengan produksi 2 juta ton pertahun. Selain itu, perseroan juga sedang mempersiapkan pabrik baru di Jawa Tengah dengan kapasitas 2-2,5 juta ton pertahun.
Hingga semester satu ini, Indocemen mencatat volume penjualan 7,1 juta ton, naik 14,1 persen dari penjualan 2010 yang 6,3 juta ton. Sementara nilai penjualanya naik 16,7 persen menjadi 6,3 triliun rupiah dari 5,4 triliun rupiah. Sedangkan laba bersih 1,73 triliun rupiah di semester satu ini naik 5,5 persen dibanding periode sama 2010 yang 1,64 triliun rupiah. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar