Selasa, 06 Desember 2011

Perbankan Menghadapi Tantantangan yang Tak Ringan

Menyatunya keuangan global karena keterbukaan pasar dunia menyebabkan perbankan nasional mau tidak mau harus membenahi diri menjadi lebih solid, tangguh dan kuat dalam menjalankan berbagai tugas dan fungsinya.

Industri perbankan di tanah air mengalami pertumbuhan positif selama beberapa tahun terakhir menyebabkan jumlah asset dan modal terus membesar. Meski demikian, industri perbankan masih dihadapi pada tantangan yang lebih kompleks. Misalnya, rencana Bank Indonesia yang akan melakukan revisi atas API (Arsitektur Perbankan Nasional) yang telah berumur 10 tahun yang menuntut bank untuk segera melakukan penyesuaian. Tantangan lain adalah kehadiran UU OJK (Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan) yang saat ini sedang dibahas DPR. Pergumulan dalam bahasan UU itu menjadi sangat serius karena peran sentralnya yang begitu dominan dalam sektor keuangan, perbankan, asuransi, dana pensiun dan lembaga keuangan lainnya.

Selain itu, persaingan bisnis perbankan semakin ketat baik itu antara perbankan dalam negeri maupun dengan bank asing.

Pengamat pasar modal, Edwin Sinaga mengatakan meskipun menghadapi banyak tantangan namun sektor perbankan di pasar modal masih menjadi incaran investor untuk menanamkan modalnya, sehingga instrument investasi apapun yang dikeluarkan bank tetap diburu. Itu tidak terlepas dari kinerja perbankan yang terus positif menyebabkan fundamentalnya membaik meskipun beberapa waktu lalu sektor ini didera isu negatif dari sejumlah kasus seperti penggelapan dana yang dilakukan oleh Citibank dan lainnya.

“Kinerja industri perbankan hingga akhir tahun masih bergerak positif sehingga manajemen tidak perlu ragu untuk merealisasikan rencana aksi korporasinya,” katanya, Senin (12/9).

Membaiknya kinerja perbankan menyebabkan saham saham perusahaan perbankan terus diburu investor begitupun dengan instrument investasi yang dikeluarkan perbankan. Banyaknya dana yang masuk ke sektor itu khususnya dana asing membuat saham sektor perbankan melejit dengan masuk tiga besar dalam kapitalisasi saham terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2011.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang merupakan salah satu BUMN mencatatkan kapitalisasi saham terbesar senilai 159,96 triliun rupiah pada 26 Agustus 2011. Saham BBRI ditutup di level 5.175 rupiah pada perdagangan saham 3 Januari 2011 dan ditutup di level 6.550 rupiah pada perdagangan saham 26 Agustus 2011.

Kepala Riset PT Batavia Prosperindo Sekuritas Billy Budiman menuturkan, banyak dana asing masuk di sektor perbankan, konsumsi dan otomotif.Selain itu, saham perbankan diminati oleh asing karena menunjukkan kinerja performa yang baik, dan salah satunya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Kinerja Bank Mandiri beberapa tahun terakhir justru labanya meningkat tajam terutama tahun 2010. Dana asing pun memang banyak masuk ke perbankan.

"Indonesia dapat investment grade maka dana asing akan lebih memilih masuk ke perbankan karena kapitalisasi sektor perbankan paling besar," kata Billy.

Derasnya arus modal asing ke perbankan di Indonesia dikuatirkan sejumlah pihak akan mengambil alih kepemilikan bank tersebut ke pihak asing. Untuk itu perlunya penyusunan strategi regulasi baru pemilikan bank asing dengan meniru dan menjadikan setara dengan negara lain secara bertahap.

Pengamat ekonomi, Didik J Rachbini mengatakan, sejak satu dekade terakhir, peranan investasi dalam negeri mengalami penurunan dibanding kan dengan penanaman modal asing. Masalah mendasar yang mengakibatkan hal tersebut adalah tidak proporsionalnya regulasi pengaturan pemilikan asing pada sektor usaha strategis seperi perbankan.

Kondisi itu menyebabkan dana asing mudah masuk ke Indonesia sehingga pasar mengalami kelebihan likuiditas dan salah satu sektor yang di incar investor adalah perbankan karena dinilai lebih prospektif dibanding sektor lainnya. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar