Rabu, 07 Desember 2011

Pemanfaatan Energi Belum Efisien

BATAM – Indonesia dinilai sebagai salah satu negara yang boros menggunakan energi khususnya energi fosil seperti batu bara, minyak dan gas bumi sehingga dikuatirkan cadangan yang ada saat ini akan habis 23 tahun kemudian. Untuk itu, perlu dibangun kesadaran penggunaan energi efisien dan pemerintah harus mempercepat program konversi energi.

Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Maryam Ayumi pada Pekan Efisiensi Energi di Batam, Selasa (6/12) mengatakan, rasio cadangan dan produksi minyak di Indonesia diperkirakan tinggal 23 tahun lagi. Itu didasari atas pemanfaatanya saat ini sekitar 1.131 juta sbm atau setara barel minyak. Jika kondisi itu tidak dikendalikan maka penggunaannya pada 2025 diperkirakan sudah mencapai 4.300 sbm. Untuk itu perlu dilakukan langkah antisipasi agar kebutuhan energi tetap terjaga.

"Pemanfaatan energi baru dan terbarukan pada sektor industri di Indonesia perlu ditingkatkan untuk mengimbangi permintaan energi serta menekan beban subsidi energi," katanya di Batam, Selasa (6/12).

Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 sebenarnya sudah mengingatkan pentingnya melakukan efisiensi dan konservasi energi. Sayangnya, kebijakan tersebut belum di praktikan secara nyata, padahal pemerintah mestinya mempelopori program tersebut.

Menurut Maryam program itu perlu dilakukan karena cadangan energi fosil seperti batu bara, minyak dan gas bumi sangat terbatas. Selain itu juga berguna untuk mengurangi kerusakan lingkungan, sebab efisiensi energi diyakini sebagai solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan kerusakan lingkungan hidup. Saat ini, sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari pembakaran energi fosil yang menyebabkan polusi gas rumah kaca dan mengakibatkan pemanasan global, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup.

Efisiensi energi juga dapat mengurangi subsidi pemerintah untuk energi fosil. Pada tahun 2009 saja, subsidi pemerintah untuk energi fosil mencapai 98,96 triliun rupiah, sehingga Jika berhasil menggunakan energi secara efisien maka subsidi pemerintah untuk energi fosil dapat dikurangi dan dialokasikan untuk upaya konservasi energi lainnya seperti investasi pengembangan sumber energi terbarukan dan pengembangan teknologi efisien energi.

"Dengan melakukan efisiensi energi ini maka kita dapat mengurangi cadangan energi fosil yang semakin terbatas, mengurangi kerusakan lingkungan hidup, mengurangi subsidi pemerintah untuk energi fosil serta memberikan keuntungan bagi pengguna energi," kata Maryam.

Beberapa penyebab tingginya konsumsi energi di Indonesia yaitu penggunaan alat-alat elektronik yang berusia tua serta perilaku masyarakat dalam penggunaan energi yang tidak bertanggung jawab.

Bantuan Denmark

Pemerintah Denmark melalui Danish International Development Agency (Danida) telah mendanai 10 juta dollar AS untuk mendorong efisiensi dan konservasi energi di Indonesia. Tujuannya, untuk pengembangan program efisiensi dan konservasi energi ini untuk jangka waktu empat tahun sejak Maret 2010.

Menurut Maryam, program itu tidak hanya untuk kepentingan Indonesia tetapi juga masyarakat dunia sehingga banyak Negara yang mau bekerjasama dengan Indonesia. Efisiensi energi dalam industri merupakan elemen penting untuk mengurangi konsumsi energi, sehingga mengamankan ketersediaan lebih luas dari energi dan memenuhi tantangan dari perubahan iklim. Selain dengan Denmark, Pemerintah juga bekerjasama dengan International Financing Corporation (IFC) dan PT Semen Tonasa.

Wakil Koordinator Program Energi Efficiency in Industrial, Commercial & Public Sector (EINCOPS) atau program Efisiensi Energi pada industri, sektor komersial dan publik Melany Tedja mengatakan, konsumsi energi di Indonesia lebih boros dari konsumsi energi di Tiongkok sehingga pelaksanaan program efisiensi harus dipercepat. Selain itu, penggunakan energi terbarukan juga harus diperluas supaya menjangkau masyarakat di daerah.
Dikatakan, penggunaan energi terbarukan di Indonesia saat ini kurang dari 5 persen, jumlah itu lebih rendah dibanding Negara tetangga sehingga penggunaanya perlu segera ditingkatkan. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar