Senin, 05 Desember 2011

Berburu Saham Emiten Semen

Investor diperkirakan masih memburu saham saham emiten semen seperti Saham Semen Gresik, Holcim dan Indocement seiring naiknya kinerja perusahaan itu selama semester satu 2011, selain itu juga didorong peningkatan konsumsi semen nasional yang akan memicu pertumbuhan penjualan semen.

Analis dari PT Recapital Securities, Pardomuan Sihombing mengatakan, meski indeks harga saham gabungan mengalami koreksi tajam selama beberapa pekan terakhir, namun secara keseluruhan tahun IHSG dalam kondisi yang relatif baik. Salah satu indikasi yang membuat situasi pasar modal Indonesia termasuk sehat adalah karena investor domestik yang semakin bertambah dalam dua tahun terakhir. Data dari BEI disebutkan bahwa Investor domestik bertambah 200.000 saham dalam dua tahun terakhir. Tidak termasuk reksadana, dan lain-lain. Selain itu, rata-rata transaksi investor domestik per hari saat ini mencapai 115.000 transaksi, meningkat pesat dibandingkan pada 2005 yang hanya mencapai 1.500 transaksi.

Oleh karena itu, kata Pardomuan investor tidak perlu takut masuk pasar, tetapi harus lebih selektif menentukan keputusan. Beberapa sector yang perlu dipertimbangkan antara lain, saham emiten semen, properti dan bank.

“Saham emiten saham masih bagus untuk dikoleksi selain bank dan property karena kinerjanya tumbuh positif selama semester satu ini dan diprediksi berlanjut hingga akhir tahun,” katanya kepada Koran Jakarta, Jumat (7/10).

Deutsche Bank AG dalam riset yang dipublikasikan Agustus 2011 menyebut, saham saham di sektor semen masih memiliki prospek yang menjanjikan pada tahun ini dipicu rendahnya ongkos produksi yang akan menjadi sentimen positif bagi kinerja para emiten.

Karenanya, Deutsche Bank AG merekomendasikan beli untuk ketiga emiten semen Bursa Efek Indonesia (BEI). Deutsche Bank AG memberikan target harga 7.750 untuk PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR), atau lebih tinggi 40 persen disbanding target harga sebelumnya. Sementara, harga wajar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dipatok 13.000 rupiah dan 1.800 rupiah. Target harga itu lebih tinggi 56 persen dan 34 persen ketimbang sebelumnya.

Analis Samuel Securities Adrianus Bias Prasuryo mengatakan, sektor semen masih cukup memberi keuntungan didorong oleh pertumbuhan konsumsi karena kenaikan pendapatan masyarakat. Penjualan semen secara ritel masih akan menyumbang 75 persen bagi kenaikan penjualan emiten produsen semen. Sedangkan faktor lainnya adalah pertumbuhan sektor properti.

Menurutnya, suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) yang masih bertahan di level 6,75 persen menjadi salah satu faktor pertumbuhan industri properti di dalam negeri. Sehingga permintaan semen dari sektor properti masih terus tumbuh sampai dengan akhir tahun ini. Selain itu, beberapa pembangunan proyek infrastruktur yang telah disepakati dalam Infrastructure Summit juga akan menjadi sentimen positif terhadap penjualan emiten produsen semen. Akan tetapi karena proyek-proyek tersebut sifatnya jangka panjang, maka proyek Infrastruktur Summit hanya menyumbang sekitar 25 persen saja terhadap penjualan emiten produsen semen.

Analis Eko Capital Securities Cece Ridwan menuturkan, meski lebih bersifat jangka panjang peningkatan pembangunan infrastruktur di tahun ini akan meningkatkan permintaan semen nasional. Ditambah lagi adanya kabar bahwa pemerintah akan meningkatkan pembangunan infrastruktur di Papua maka permintaan semen domestik akan semakin meningkat dalam beberapa tahun mendatang.

Meskipun harga saham emiten produsen semen di awal 2011 lalu sempat melemah, namun dirinya meyakini harga emiten semen akan menguat kembali dalam jangka waktu dekat. Optimisme tersebut didasarkan pada peningkatan penjualan semen emiten yang sampai dengan akhir 2011 diperkirakan akan mengalami kenaikan antara 10 persen sampai dengan 15 persen.

Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang memprediksi, industri semen besar nasional, seperti PT Semen Gresik Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk, bakal mengeruk keuntungan besar atas fenomena pembangunan jangka panjang yang dijalankan pemerintah. Akibatnya, kinerja keuangan positif akan terus terjadi pada kedua emiten semen itu. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar