BATAM – Kota Batam dipastikan mengalami kelebihan atau surplus listrik setelah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Panaran dan PLTU Tanjung Kasam selesai pengerjaanya tahun depan. Untuk itu, investor yang akan menanamkan modalnya tidak perlu kuatir dengan ketersediaan listrik.
Disaat sejumlah daerah di Indonesia mengalami defisit listrik, Kota Batam justru mengalami kelebihan atau surplus listrik sekitar 56 Mega Watt pada tahun 2012 seiring selesainya proyek PLTU Tanjung Kasam dan PLTMG Panaran tahun depan.
Direktur Utama PT PLN Batam Sriyono D Siswoyo mengatakan, kebutuhan Batam terhadap listrik rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 13,5 persen setiap tahunnya. Dimana pada tahun pertama PLN Batam berdiri tahun 2001, penjualan listrik sebesar 490,3 GWh (Giga Watt Hour) lalu pada tahun 2010 telah mencapai 1.452,9 GWh atau sebanyak tiga kali lipat dalam waktu 10 tahun.
Demikian juga dengan pertumbuhan pelanggan, pada tahun 2001 jumlah pelanggan PLN Batam 75.507 orang, kemudian pada tahun 2010 telah mencapai 216.046 pelanggan atau tumbuh rata-rata 16,4 persen pertahun. Dengan semakin bertumbuhnya pelanggan, maka beban puncak juga meningkat. Pada tahun 2001 beban puncak sistem 86,4 MW, pada tahun 2010 telah mencapai 250,3 MW atau tumbuh rata-rata 13,3 persen per tahun.
“Pertumbuhan kebutuhan listrik serja jumlah pelanggan membuat PT PLN Batam harus terus berinovasi. Langkah-langkah yang dianbil PT PLN Batam antara lain dengan membangun Pembangkit listrik sendiri serta bekerjasama dengan mitra Independent Power Producer (IPP),” katanya, Kamis (27/10).
Untuk menjaga ketersediaan listrik, PLN Batam bekerjasamaa dengan investor membangun beberapa proyek pembangkit listrik, antara lain PLTG Panaran, PLTU Tanjung Kasam dan PLTMG Panaran. Untuk proyek PLTG Panaran sudah selesai dikerjakan dan sudah menghasilkan listrik untuk kebutuhan industri dan rumah tangga.
Sementara itu, PLTMG Panaran dan PLTU Tanjung Kasam dipastikan selesai pengerjaanya tahun depan. Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Kasam akan menghasilkan listrik 2 X 55 MW sedangkan PLTMG Panaran menghasilkan listrik 3 x 8,1 MW.
Menurut Sriyono, PLTU Tanjung Kasam merupakan Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara pertama di Batam merupakan proyek Independent Power Producer (IPP) yang dibangun oleh perusahaan joint venture PT PLN Batam dan PT Petra Unggul Sejahtera dengan total nilai investasi 200 Juta dollar AS. Sementara itu, PLTMG Panaran adalah Proyek EPC yang menelan anggaran 179 miliar rupiah dikerjakan oleh konsorsium PT Medco Energi Indonesia, Dalle Engineering Contruction dan Top Deal International Ltd.
Dengan beroperasinya dua proyek tersebut pada tahun depan, maka Batam akan mengalami surplus listrik sehingga investor asing yang akan menanamkan modalnya tidak perlu kuatir dengan ketersediaan energi.
“Dengan kedua Pembangkit listrik ini, maka pada 2012, PT PLN Batam akan menambah sistem daya lebih dari 130 MW. Daya Mampu Netto (DMN) sistem Batam pada akhir tahun 2012 akan bertambah menjadi 361 MW sedangkan beban puncak sistem diperkirakan akan mencapai 305 MW. Dengan demikian terdapat reserve margin sebesar 56 MW atau + 18 persen,” kata Sriyono.
Menurut Sriyono, Perseroan berupaya melakukan diversifikasi bahan baker pada setiap proyek pembangkit yang dibangun seiring tingginya harga Bahan Bakar Minyak. Saat ini pembangkit yang dimiliki PLN Batam adalah PLTD yang berbahan bakar minyak yang harganya sangat mahal. Saat pemerintah mencabut subsidi BBM di sektor industri sejak tahun 2005, hal itu sangat memberatkan PT PLN Batam.
“Pembangunan PLTMG Panaran 3 x 8,1 MW ini adalah salah satu strategi bagi PLN Batam untuk memperkuat pembangkit milik sendiri di samping untuk menurunkan biaya pokok produksi tenaga listrik dan merupakan bagian dari pembangunan pembangkit yang berkelanjutan dalam kurun waktu 2011-2015 di sistem Batam,” katanya.
Walikota Batam, Ahmad Dahlan mengatakan ketersediaan energi listrik merupakan salah satu daya jual Batam di bidang investasi. Dengan data pertumbuhan 13 per tahun, PLN Batam telah bisa memproyeksikan kebutuhan listrik sampai 10 tahun ke depan.
” Listrik merupakan salah satu infrastruktur yang penting. Apabila tidak dipersiapkan dari sekarang, akan sangat mengganggu investasi di Batam,” katanya.
Negara-negara maju, dengan segala keterbatasannya mulai melirik Eropa Timur dan Asia Pasifik sebagai tempat berinvestasi. Menurut Dahlan, Batam bersaing dengan negara-negara berkembang lainnya dalam hal menarik investor.
“Di Eropa lahan terbatas, energi terbatas, karenanya banyak investor melirik Asia dan Eropa Timur. Persaingan ini harus kita siasati dengan membangun infrastruktur yang memadai, salah satunya ketersediaan listrik,” kata Dahlan. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar