Pesatnya perkembangan industri otomotif patut dibanggakan karena membawa dampak ikutan yang sangat luas, tidak hanya industri komponen bertumbuh tetapi juga dapat membuka lapangan kerja dan jasa terkait. Namun, disisi lain juga memberi dampak buruk terhadap lingkungan dan membebani anggaran pemerintah karena tingginya subsidi BBM.
Kemacetan di Ibu Kota Jakarta bisa jadi sebagai efek dari tingginya pertumbuhan penjualan otomotif yang memuaskan kelompok berduit untuk gonta ganti kendaraan. Pemerintah juga dinilai terlalu longgar dan memberi kebebasan pada sektor ini sehingga produsen otomotif mematok target penjualan sangat tinggi untuk merebut pasar Indonesia yang sangat potensial.
Menyikapi kondisi itu, sejumlah anggota DPR sempat protes pada pemerintah, namun Menkoperekonomian Hatta Rajasa dalam satu kesempatan mengatakan, pemerintah tak mau membatasi produksi kendaraan bermotor meski konsekuensinya adalah konsumsi BBM meningkat tinggi dan berpotensi menambah beban subsidi BBM. Alasannya, pemerintah ingin sektor otomotif tumbuh tinggi dan bahkan menjadi basis ekspor.
Menurutnya, Indonesia akan dijadikan industri dengan basis produksi otomotif di kawasan Asia Pasifik ke depannya. Maka itu ditegaskan tidak perlu ada pembatasan terhadap sektor otomotif di Indonesia yang selama ini terus tumbuh. Hatta menegaskan, dengan berkembangnya industri otomotif nantinya, pemerintah selanjutnya akan mendorong agar kendaraan bermotor di Indonesia tidak meggunakan oktan (untuk BBM) yang rendah.
Terkait dengan kemacetan, Hatta mengatakan, pemerintah sudah memiliki roadmap terkait pengembangan transportasi bagi masyarakat umum. Saat ini telah disiapkan bandara kereta, circle line, double track di seluruh Jawa. Sembari menunggu selesainya roadmap tersebut, tidak adil jika pemerintah melakukan kebijakan dengan membatasi jumlah kendaraan bermotor.
Pesatnya pertumbuhan industri otomotif tanah air telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar otomotif terbesar bersama dengan Thailand dan Malaysia. Tahun 2008, Indonesia menguasai 28 persen dari total penjualan mobil di ASEAN, di bawah Thailand yang menguasai 29 persen. Namun, pada 2009 pangsa pasar mobil Indonesia di ASEAN sempat turun menjadi 25 persen akibat krisis global.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, saat ini terdapat 20 perusahaan perakitan mobil yang berhubungan dengan 150 industri komponen pada lapis pertama, dan 350 industri komponen lapis kedua. Sedangkan untuk industri sepeda motor ada 40 perusahaan perakitan dengan 195 industri komponen lapis pertama, dan 600 industri komponen lapis kedua.
Kondisi itu menyemangati bagi para pelaku industri otomotif untuk optimistis bahwa beberapa tahun kedepan industri ini bisa menjadi yang terbesar di Asia tenggara, mengalahkan Thailand, sekaligus menjadi basis produksi terbesar di kawasan Asean.
Tingginya pertumbuhan industri otomotif nasional menurut pengamat disebabkan kebijakan pemerintah yang terlalu friendly atau memanjakan industri tersebut.
Pengamat energi, Pri Agung Rakhmanto mengatakan, pemerintah tidak bisa lagi memanjakan industri otomotif. Untuk itu, harus ada pengaturan dan pengendalian, baik di sisi suplai maupun permintaan. Tidak terkecuali pengaturan dan pengendalian terhadap pertumbuhan industri otomotif.
“Industri otomotif tidak bisa lagi dimanjakan karena beban pemerintah anggaran pemerintah semakin berat dari subsidi BBM yang terus bertambah,” katanya.
Itu perlu dilakukan karena realisasi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Kondisi tersebut membuat beban pemerintah semakin berat, terlebih jumlah penjualan otomotif terus meningkat. Pemerintah mestinya, mulai merealisasikan transportasi masal untuk mengurangi pertumbuhan penjualan otomotif. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar