Kamis, 01 Desember 2011

Penderita HIV/Aids di Kepri Meningkat



BATAM – Penderita HIV (Human immunodeficiency virus) dan Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) di Provinsi Kepulauan Riau terus meningkat dipicu maraknya pekerja seks komersial dan pecandu Narkoba. Di Kota Batam saja sudah 31 orang meninggal dunia sepanjang tahun ini, sedangkan di Tanjung Pinang 9 orang meninggal akibat penyakit tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepri, A Yani mengatakan, sejak 2002 hingga 2011, tercatat ada 812 orang penderita HIV/AIDS di Kota Tanjungpinang dan dari jumlah itu penderita HIV sebanyak 546 orang dan 266 orang penderita AIDS.

“Sebanyak 116 orang meninggal dunia akibat HIV/Aids sejak 2002 hingga 2011 di kota Tanjung Pinang,” katanya, Rabu (19/10).

Sedangkan tahun ini saja, korban HIV/Aids yang meninggal sebanyak 9 orang di Tanjung Pinang, kemudian yang terdata pada 2011 ini, sebanyak 116 orang penderita HIV dan 30 orang terjangkit AIDS.

Menurutnya, perkembangan penyakit HIV/AIDS sebenarnya seperti fenomena gunung es, karena lebih banyak lagi yang belum terdata karena takut dan malu untuk melaporkan penyakitnya.

Sementara itu, jumlah kematian akibat terjangkit HIV/AIDS di Batam juga meningkat tajam. Dalam setengah tahun ini saja, mulai Januari hingga Juni sudah 31 orang meninggal, padahal pada 2010 selama setahun penuh hanya tercatat kematian 43 orang akibat penyakit tersebut.

Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Kota Batam Pieter P Pureklolong mengatakan, jumlah warga Batam yang meninggal karena HIV/AIDS terdiri dari 15 pria dan 16 wanita pada Januari hingga Juni 2011. Angka itu menunjukkan kecenderungan peningkatan bila dibandingkan selama satu tahun penuh pada 2009 yang baru 36 orang meninggal karena HIV/AIDS, kemudian melejit menjadi 42 orang meninggal pada 2010.

Menurutnya, banyak faktor yang membuat jumlah penderita di Batam terus meningkat dari tahun ke tahun, namun hubungan seksual dengan pekerja seks komersial menjadi faktor utama penyebaran HIV/AIDS di Batam.

"Menjamurnya tempat prostitusi di Batam memang menimbulkan dampak yang signifikan terhadap peningkatan penderita HIV/AIDS baru," katanya. Faktor lain adalah penggunaan narkoba dengan suntik, lalu hubungan seks sesama jenis dan penularan virus serta penyakit dari orang tua pada anak-anak.

Untuk menekan angka penularan dan untuk membantu penderita HIV/AIDS telah dibangun klinik khusus yang menangani penyakit itu di Kota Tanjung Pinang yakni Klinik Kemuning di RSUD Tanjungpinang dan juga di Puskesmas Pancur. Para penderita dapat berkonsultasi dan juga menerima pengobatan secara gratis di tempat itu. Sedangkan di Batam, klinik yang sama juga dibangun di Rumah Sakit Budi kemuliaan.
Menurut Pieter, Kelompok yang paling berisiko tinggi tertular penyakit HIV/Aids adalah para pekerja seks komersil dan pelaku seks bebas. Untuk itu, penyuluhan tentang HIV/Aids ke kelompok rentan tersebut terus ditingkatkan.

Pemerintah juga dihimbau untuk tegas segera menertibkan para pekerja seks komersial yang ada di Kepri khususnya Batam dan Tanjung Pinang yang saat ini keberadaanya semakin marak. Di Kota Batam bahkan pihak pemerintah dan kepolisian seolah membiarkan para pekerja seks menjajakan cintanya di berbagai sudut kota Batam seperti di lokasi Jodoh Square ditengah kota Batam.

Para pekerja seks komersial yang berusia lanjut tersebut sudah berada di lokasi Jodoh Square untuk menjajakan cintanya sejak sore hingga subuh. Ironisnya yang mencari cinta di lokasi tersebut kebanyakan anak anak dan orang dewasa yang ingin mencoba berhubungan seks. Para pencari cinta itu tidak tahu jika mereka sedang terancam virus HIV/Aids di lokasi itu. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar