BATAM – Dua pulau terluar di Kota
Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang berbatasan langsung dengn Singapura
yakni Pulau Batu Berantai dan Pulai Putri terancam hilang disebabkan luasnya
yang terus menyusuk akibat abrasi air laut dan penggalian pasir. Untuk itu,
Pemko Batam diminta segera melakukan reklamasi dan menindak perusahaan atau
warga yang mengambil pasir di dua pulau tersebut.
Seorang warga Nongsa Batam, Rudi mengatakan lokasi Pulau Putri berhadapan
langsung dengan daerah Nongsa Batam begitupun dengan Pulau Batu Berantai. Kedua
pulau itu, berjarak hanya lima kilometer dari perairan Singapura sehingga
menjadi sangat penting karena menjadi dasar pengukuran luas perairan Indonesia
dengan Singpaura.
Meski keberadaan dua pulau itu penting, namun Pemko Batam kurang peduli
terhadap pulau tersebut meskipun kondisinya terus menyusut dan nyaris hilang
disebabkan berbagai faktor seperti abrasi air laut dan penggalian pasir oleh
orang tak bertanggung jawab. Akibatnya, jika air laut pasang maka pulau
tersebut sudah tidak terlihat lagi dan baru terlihat jika air laut surut.
Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, berkurangnya luas dua pulau itu bukan
karena ulah manusia tetapi karena terjadinya abrasi.
“Ini bukan ulah manusia, tapi karena alam dan patut disayangkan, tetapi kami
tidak akan membiarkan pulau-pulau itu hilang,” katanya, Selasa (4/12).
Untuk mengurangi abrasi ini, Pemko Batam akan melakukan reklamasi guna menahan
kuatnya ombak laut. Langkah itu juga pernah dilakukan Pemko Batam terhadap
pulau Nipah yang nyaris tenggelam dan kondisinya saat ini terselamatkan karena
dilakukan reklamasi.
Untuk melakukan reklamasi, kata Dahlan dibutuhkan anggaran yang cukup besar
sehingga Pemko Batam berharap dapat bantuan dari Pemerintah Pusat melalui APBN
untuk mendanai reklamasi pulau pulau yang nyaris tenggelam akibat abrasi di
Batam.
Ketua Kadin Batam yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Marim Indonesia, Nada
Faza Soraya mengatakan, tercatat sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia telah lenyap,
baik akibat kejadian alam, maupun ulah manusia. Kemudian, 2.000 pulau lain di Tanah
Air juga terancam tenggelam akibat dampak pemanasan global.
Ke-24 pulau yang hilang itu akibat tsunami Aceh pada 2004, abrasi, dan kegiatan
penambangan pasir yang tidak terkendali. Pulau-pulau itu di
antaranya Pulau Gosong Sinjai di NAD akibat tsunami, Mioswekel di Papua
akibat abrasi, dan Lereh di Kepulauan Riau akibat penambangan pasir.
“Pemanasan global, menjadi ancaman paling konkret dan berbahaya bagi
pulau-pulau lain di Tanah Air,” katanya.
Sementara itu, menurut analisis bersama Departemen Kelautan Perikanan RI dan
PBB, pada tahun 2030, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan lenyap
disebabkan kenaikan permukaan laut yang bisa mencapai lebih dari dua meter.
Oleh karenanya dibutuhkan penanganan yang serius dari pemerintah untuk mencegah
hal itu.
Tidak hanya pulau-pulau kecil yang tenggelam, dampak perubahan iklim
juga menyebabkan sebagian wilayah pesisir utara Jakarta akan tenggelam termasuk
Bandara Soekarno-Hatta akan tenggelam jika tidak ada upaya serius mengurangi
laju pemanasan global. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar