Pertumbuhan ekonomi Kota Batam
diprediksi melambat tahun 2013 disebabkan melemahnya ekspor dipicu turunya
permintaan dari Singapura yang merupakan pasar ekspor terbesar yakni sekitar 80
persen.
Economist Treasury Research dan Strategy Global Treasury OCBC Bank Singapura
Gundy Cahyadi mengatakan, perekonomian Batam saat ini tidak bisa terlepas dari
kondisi yang terjadi di Singapura, sebab sebagian besar investor yang ada di
Batam berasal dari Singapura sehingga jika ekonomi Singapura melemah maka
kondisi yang sama juga akan terjadi pada Batam.
Ekonomi Singapura tahun 2012 diperkirakan hanya tumbuh dua persen dan tahun
2013 diprediksi berada di kisaran 2-2,5 persen. Kondisi demikian akan berdampak
pada pertumbuhan ekonomi Batam tahun depan yang diperkirakan mengalami
kontraksi akibat Singapura Effect.
Oleh karenanya, Batam harus mengurangi ketergantungan perekonomianya pada
Singapura dan segera melakukan diversifikasi pasar ekspor untuk menjamin keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Badan Pengusahaan (BP) Batam juga
disarankan untuk fokus mendatangkan investor dari negara lain selain Singapura.
Menurut Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Humas Badan
Pengusahaan (BP) Batam Dwi Djoko Wiwoho jumlah perusahaan asal Singapura di Batam sejak 2006
hingga 2011 mencapai 339 perusahaan, terbanyak dari negara lain. Sedangkan
peringkat kedua berasal dari Malaysia sebanyak 117 perusahaan. Kemudian
disusul Australia sebanyak 26 perusahaan, China 25 perusahaan dan India 24
perusahaan.
Sementara itu, Lembaga Konsultan Internasional Frost and Sullivan mengingatkan
stakeholder yang ada di Batam untuk mewaspadai melambatnya pertumbuhan ekonomi
singapura karena dikuatirkan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Batam.
“Sekitar 60 persen pendapatan Batam
masih terkonsentrasi untuk industri manufaktur elektronik dan 70 persen sampai 80
persen pasar tersebut diekspor ke Singapura,” kata Vice President Public Sector
Practice Frost & Sullivan, Shivaji Das.dalam seminar ekonomi di Batam
beberapa waktu lalu
Shivaji juga menyarankan agar Batam mencari
pasar lain, karena pasar di Singapura sedang melambat untuk mengurangi resiko
ekonomi. Untuk mendapatkan pasar baru tersebut, Batam harus mengembangkan
industri baru dan menurut Shivaji ada tiga sector industri yang potensial dan
bisa dikembangkan di Batam yakni green technology yang banyak dikelola investor
dari Eropa dan Amerika. Kemudian sector pariwisata yang bisa mengajak investor
dari Cina dan Australia. Ketiga sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
dapat merangkul investor dari Malaysia.
BP Batam juga perlu menambah industri baru untuk memperkuat sektor logistik
dan melengkapi industri pelengkap agar GDP Batam bisa tumbuh 1,5 kali pada
2020.
Frost and Sullivan menyarankan delapan sektor industri untuk dikembangkan di
kawasan FTZ Batam sebagai langkah diversifikasi industri. Delapan industri
tersebut adalah Informasi dan komunikasi, produk refinery petro, jasa
outsourcing, komputer, elektronik dan produk optikal, pariwisata, dan
perlengkapan transportasi termasuk pembuatan dan perbaikan kapal.
Pertumbuhan ekonomi Batam tahun depan diduga masih ditopang oleh industri
pengolahan yang berkontribusi sekitar 48 persen. Meski permintaan dari
Singapura diperkirakan turun akibat melemahnya perekonomian negara itu, namun
Bank Indonesia Batam mencatat masih ada pertumbuhan ekspor elektronik ke negara
lain selain Singapura.
Ekonomi Batam tahun depan juga akan ditolong oleh industri shipyard atau perkapalan
seiring rencana pembangunan pelabuhan Tanjung Sauh dengan rencana potensi
penerimaan transshipping cargo dari jalur selat malaka sebesar 4 juta TEUs pada
awal operasionalnya. Saat ini saja jumlah perusahaan perkapalan atau shipyard
di Batam lebih dari 76 perusahaan multinasional dan kebanyakan dari perusahaan
itu memiliki pelabuhan sendiri dengan status pelabuhan khusus untuk memasukan
barang barang kebutuhan perusahaan.
Sementara itu terminal cargo Batu Ampar saat ini juga sedang dikembangkan
hingga kapasitasnya mencapai 1,2 juta TEUs dari posisi saat ini yang 200 ribu
TEUs.
Kepala Bank Indonesia Batam, Amanlison Sembiring mengatakan,
perekonomian Batam tidak terlepas dari kondisi ekonomi global karena sebagian besar
produk yang dihasilkan dari daerah ini untuk kebutuhan global. Oleh karenanya
jika pertumbuhan ekonomi global melambat akan berpengaruh signifikan terhadap
ekonomi Batam.
Bank
Indonesia (BI) Batam memperkirakan pertumbuhan ekonomi Batam khususya dan Provinsi
Kepulauan Riau umumnya tahun depan lebih rendah disbanding realisasi tahun 2012
disebabkan belum pulihnya perekonomian global.
Pada tahun 2012 kinerja
ekspor Batam mengalami perlambatan, Pada kuarltal dua 2012 kinerja ekspor 6,83
persen lalu turun menjadi 2,44 persen di kuartal tiga 2012. Turunya kinerja
ekspor disebabkan masih lemahnya permintaan dari pasar Eropa dan Amerika
Serikat dipicu perbaikan ekonomi yang belum tuntas di negara tersebut.
Ketua Apindo Kepri, Ir
Cahya mengatakan, pemerintah harus membenahi iklim investasi di Batam jika ingin
pertumbuhan ekonomi daerah ini tetap tinggi. Salah satunya membenahi birokrasi
agar lebih efisien dan membenahi system pengupahan untuk para pekerja.
“Iklim investasi di
Batam saat ini dinilai kurang kondusif dan sejumlah perusahaan bahkan menutup
pabriknya disebabkan situasi ketenagakerjaan dan tidak adanya kepastian hokum,”
kata Cahya.
Kondisi itu, kata Cahya
akan berlangsung hingga tahun depan disebabkan kebijakan Pemerintah Kota Batam
yang mengajukan UMK lebih dari 2 juta rupiah atau naik hingga 56 persen.
Kebijakan yang mendapat pertentangan dari dunia usaha tersebut dikuatirkan bisa
berdampak pada penutupan beberapa pabrik karena tidak mampu membayar gaji
pegawai. Akibatnya, semakin banyak jumlah pengangguran dan kinerja ekspor pun
bakal anjlok.
Sementara itu Walikota Batam Ahmad
Dahlan optimistis kinerja perekonomian Batam tahun depan lebih baik dibanding 2012.
Itu terlihat dari capaian kinerja ekonomi yang terjadi selama ini, baik dari
IPM (Indeks Pembangunan Manusia), pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan
berbagai permasalahan yang menyertainya.
Dari sisi IPM selama 2006-2011
terjadi peningkatan. Pada tahun 2006, IPM Kota Batam mencatat skor 76,70 persen,
tahun 2007 menjadi 76,82 persen, tahun 2008 meningkat lagi menjadi 77,28 persen,
dan tahun 2009 mencapai skor 77,51 persen, tahun 2010 sebesar 77,80 persen dan
tahun 2011 menjadi 78,03 persen. Skor IPM Batam tidak hanya mengalami
peningkatan setiap tahun, tetapi juga menduduki posisi tertinggi dibandingkan
Kabupaten/Kota lainnya.
Dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), pada tahun 2008 tercatat 38,26 triliun rupiah, meningkat menjadi 40,96 triliun rupiah di tahun 2009. Meningkat lagi menjadi 47,29 triliun rupiah di tahun 2010, dan 52,62 triliun rupiah di tahun 2011. Yang tidak kalah menggembirakan, pertumbuhan ekonomi Batam tahun 2009 sebesar 4,86 persen, meningkat menjadi 7,77 persen di tahun 2010 dan 7,20 persen di tahun 2011. Sejak tahun 2008, perekonomian Batam dan Indonesia secara keseluruhan masih sangat bagus dibandingkan ekonomi dunia yang mengalami krisis.
Dari sisi inflasi, Batam relatif terjaga, masih jauh berada di bawah rata-rata nasional. Sejak Januari-November 2012, laju inflasi Batam tercatat sebesar 1,36 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011 lalu yang mencapai 3,67 persen. Sementara, laju inflasi year on year tahun ini 1,45 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 4,30 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi Batam relatif baiki dan stabil, sehingga tidak mempengaruhi kenaikan harga dan daya beli masyarakat. (gus).
Dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), pada tahun 2008 tercatat 38,26 triliun rupiah, meningkat menjadi 40,96 triliun rupiah di tahun 2009. Meningkat lagi menjadi 47,29 triliun rupiah di tahun 2010, dan 52,62 triliun rupiah di tahun 2011. Yang tidak kalah menggembirakan, pertumbuhan ekonomi Batam tahun 2009 sebesar 4,86 persen, meningkat menjadi 7,77 persen di tahun 2010 dan 7,20 persen di tahun 2011. Sejak tahun 2008, perekonomian Batam dan Indonesia secara keseluruhan masih sangat bagus dibandingkan ekonomi dunia yang mengalami krisis.
Dari sisi inflasi, Batam relatif terjaga, masih jauh berada di bawah rata-rata nasional. Sejak Januari-November 2012, laju inflasi Batam tercatat sebesar 1,36 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011 lalu yang mencapai 3,67 persen. Sementara, laju inflasi year on year tahun ini 1,45 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 4,30 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi Batam relatif baiki dan stabil, sehingga tidak mempengaruhi kenaikan harga dan daya beli masyarakat. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar