ANAMBAS – Ketinggian gelombang di perairan Provinsi
Kepulauan Riau khususnya di Anambas dan Natuna serta Laut Cina Selatan mencapai
5-6 meter sehingga nelayan dan operator kapal dihimau untuk waspada.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Anambas, W Anggriono mengatakan, berdasarkan data yang di input
dari citra satelit terlihat adanya daerah tekanan rendah di Samudera Hindia
bagian selatan Pulau Sumba, sehingga untuk satu minggu kedepan diperkirakan
belum terjadi perubahan dari sebelunya. Kondisi demikian menyebabkan gelombang
laut bisa mencapai 3-4 meter dan maksimal 5-6 meter yang berpeluang terjadi di
perairan Singkawang, Sambas dan perairan Kepulauan Anambas serta Natuna serta
Laut Cina Selatan.
“Nelayan dihimbau untuk tidak
mencari ikan hingga ketengah laut dan operator kapal penumpang harus mewaspadai
cuaca hingga beberapa pecan kedepan,” katanya, Kamis (17/1).
Dijelaskan, kondisi cuaca saat ini tidak
menguntungkan bagi nelayan karena ketinggian gelombang diatas normal.
Untuk wilayah perairan Kepulauan Natuna dengan arah angin timur laut dengan
kecepatan angin berkisar 22-26 knot yang berpeluang cuaca hujan, dengan tinggi
gelombang signifikan berkisar 3,5-4,5 meter dan tinggi gelombang maksimum 4-5
meter. Sedangkan di perairan Kepulauan Anambas, arah angin dari barat laut
utara dengan kecepatan angin berkisar 22-27 knot tinggi dengan gelombang 3,5-6 meter.
“Dari satelit BMKG pusat, terlihat adanya badai tropis sonamu 994 HPA di laut cina selatan dan tekanan rendah tropis 1002 HPA di Samudera Hindia Selatan Nusa Tenggara,” katanya.
Menurutnya, angin di atas perairan Indonesia, di utara khatulistiwa umumnya bertiup dari timur laut sampai barat daya dan di selatan khatulistiwa umumnya bertiup dari arah barat laut sampau barat, dengan kecepatan angin berkisar antara 3-30 knot. Kondisi itu memberi peluang pertumbuhan awan dan hujan yang disertai badai guntur masih dapat terjadi di laut cina selatan, laut natuna, perairan bengkulu dan pulau enggano, perairan lampung, selat sunda, laut jawa, perairan pulau jawa, laut bali dan selat makassar bagian selatan.
“Dari satelit BMKG pusat, terlihat adanya badai tropis sonamu 994 HPA di laut cina selatan dan tekanan rendah tropis 1002 HPA di Samudera Hindia Selatan Nusa Tenggara,” katanya.
Menurutnya, angin di atas perairan Indonesia, di utara khatulistiwa umumnya bertiup dari timur laut sampai barat daya dan di selatan khatulistiwa umumnya bertiup dari arah barat laut sampau barat, dengan kecepatan angin berkisar antara 3-30 knot. Kondisi itu memberi peluang pertumbuhan awan dan hujan yang disertai badai guntur masih dapat terjadi di laut cina selatan, laut natuna, perairan bengkulu dan pulau enggano, perairan lampung, selat sunda, laut jawa, perairan pulau jawa, laut bali dan selat makassar bagian selatan.
Arah angin masih tetap berubah-ubah,
dari utara dan timur laut. Kalau sudah musim utara seperti itu, arah angin
sepenuhnya dari arah utara dengan kecepatan lebih dari 10 knot bahkan hingga
sampai 30 knot.
Diperkirakan hingga awal bulan Februari, bagi nelayan maupun transportasi pelayaran yang ingin nekat-nekat berlayar bisa saja, namum kemungkinan gelombang maksimum bisa saja terjadi.
“Dari pengalaman tahun sebelumnya, musim utara merupakan musim yang paling dikhawatirkan oleh masyarakat. Jika musim utara tiba, beberapa aktifitas perekonomian terhenti. Seperti nelayan, transportasi penyeberangan antar pulau akan terganggu,” katanya. (gus).
Diperkirakan hingga awal bulan Februari, bagi nelayan maupun transportasi pelayaran yang ingin nekat-nekat berlayar bisa saja, namum kemungkinan gelombang maksimum bisa saja terjadi.
“Dari pengalaman tahun sebelumnya, musim utara merupakan musim yang paling dikhawatirkan oleh masyarakat. Jika musim utara tiba, beberapa aktifitas perekonomian terhenti. Seperti nelayan, transportasi penyeberangan antar pulau akan terganggu,” katanya. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar