Senin, 18 Februari 2013

Kepri Menargetkan Pencapaian MDGs di 2014



TANJUNG PINANG – Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menargetkan pencapaian seluruh indikator MDGs atau Milenium Development Golds pada tahun 2014. Untuk itu, 14 indikator yang belum tercapai akan digesa pelaksanaanya tahun ini.

Gubernur Kepulauan Riau H Muhammad  Sani mengatakan, semua indikator MDGs (Milenium Development Golds) sebanyak 48 indikator diharapkan bisa tercapai tahun 2014 dan saat ini 24 di antaranya sudah tercapai, 14 akan tercapai dan 10 lagi perlu perhatian khusus.

“Pencapaian MDGs tahun 2014 perlu dilakukan sebagai salah satu indicator meningkatnya kesejahateraan warga. Untuk itu, seluruh stake holder seperti Walikota dan Bupati harus bekerja keras untuk mengupayakanya,” kata Sani, Rabu (6/2).

Sepuluh indikator yang perlu mendapat perhatian khusus adalah, pertama, proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum 1.400 kilokalori per kapita per hari. Kedua, proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum 2.000 kilo kalori per kapita per hari. Ketiga, rasio APM  perempuan/laki-laki di SMA.

Indikator keempat yakni angka pemakaian kontrasepsi atau CPR bagi perempuan menikah usia 15-49 (semua cara). Kelima, angka pemakaian kontrasepsi atau CPR bagi perempuan menikah usia 15-49 (cara modern) dan Keenam cakupan pelayanan antenatal (empat kali kunjungan).
Indikator ketujuh, prevalensi HIV/AIDS dari total populasi, Kedelapan, proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. Kesembilan, angka kejadian dan tingkat kematian akibat malaria. Kesepuluh, proporsi rumah tangga dengana akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perdesaan.

Sementara untuk indikator yang tercapai, Sani, rata-rata di Kepri sudah melebihi persentase nasional. Seperti tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan, laju pertumbuhan PDRB per tenaga kerja, rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas, proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja, prevalensi balita dengan berat badan lahir rendah/kekurangan gizi, prevalensi balita gizi buruk dan prevalensi balita gizi kurang.

"Indikator lainnya yang tercapai adalah proporsi murid kelas satu yang berhasil menamatkan SD/MI, rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun, kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian. Lalu, proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD, angka kematian balita (AKBA) per seribu kelahiran hidup, angka kematian bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal per seribu kelahiran hidup," kata Sani.

Selanjutnya, angka pemakaian kontrasepsi atau CPR bagi perempuan menikah usia   15-49 cara tradisional, cakupan pelayanan antenatal (K1) unmeet need, penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi terakhir, proporsi jumlah kasus tubercolosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS.

Selain itu, ada juga indikator proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan, proporsi rumah tangga dengan akses brkelanjutan terhadap sanitasi layak, perdesaan.

Sementara, untuk indikator yang akan tercapai yaitu tingkat kemiskinan berdasarkan indikator kemiskinan (kemiskinan mikro, angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar, angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki, angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, laki-laki dan angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan.

Indikator lainnya yang akan tercapai, yaitu rasio APM perempuan atau laki-laki di SD, rasio APM perempuan atau laki-laki di SMP, persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak, angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih, proporsi anak aalita yang tidur dengan kelambu berinsektisida, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan  dan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

Walikota Batam, Ahmad Dahlan menambahkan, untuk kota Batam hanya perlu mencapai delapan indicator yang perlu mendapat perhatian khusus, yang utama adalah masalah ketenagakerjaan.

“Pertumbuhan tenaga kerja cukup cepat di daerah ini, meski lapangan kerja cukup terbuka, namun banyak yang datang adalah warga yang unskillable (kurang berkemampuan). Contohnya, saat diadakan bursa kerja dengan 5.000 lowongan kerja, hanya lebih 3000-an saja yang terisi,” katanya.(gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar