BATAM – Industri perkapalan nasional saat ini masih sulit
bersaing dengan industri sejenis dari negara lain karena harga jual kurang
kompetitif disebabkan sebagian besar bahan baku masih impor.
Kepala Bidang Organisasi dan
Keanggotaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) Norvirwan S
Said mengatakan, Industri perkapalan
nasional sulit bersaing di tingkat global karena
kesulitan mendapatkan bahan baku atau material. Sebagian besar bahan baku untuk
industri itu masih di impor dengan harga tinggi. Akibatnya perusahaan terpaksa
menjual kapal juga dengan harga tinggi sehingga kurang kompetitif.
“Sebagian besar atau 65 persen bahan
baku industri perkapalan nasional masih di impor, sedangkan di Batam hampir 100
persen bahan bakunya di impor. Akibatnya industri ini menjadi kurang kompetitif
disebabkan harganya tidak dapat bersaing dengan produksi mancanegara, katanya,
dalam diskusi Persaingan Sehat dalam Industri Kapal dan Lepas Pantai di Batam akhir
pekan lalu.
Selain harga jual menjadi tidak
kompetitif, ketergantungan impor bahan baku juga menyebabkan pengiriman kapal
kepada perusahaan yang mengorder sering terlambat karena untuk mendapatkan
bahan baku di pasaran internasional sulit karena harus bersaing dengan
perusahaan sejenis di negara lain.
“Beberapa komponen penting yang
harus diimpor oleh perusahaan perkapalan nasional antara lain, boller, pump,
electric cable, transformer, battery carger dan lain sebagainya,” kata
Norvirman.
Pemerintah mestinya membantu pelaku usaha di industri perkapalan agar bisa mendatangkan bahan baku dengan cepat. Selain itu, juga perlu diberikan insentif kepada pengusaha yang mau membuka usaha pembuatan komponen perkapalan supaya impor bahan baku bisa dikurangi.
Pemerintah mestinya membantu pelaku usaha di industri perkapalan agar bisa mendatangkan bahan baku dengan cepat. Selain itu, juga perlu diberikan insentif kepada pengusaha yang mau membuka usaha pembuatan komponen perkapalan supaya impor bahan baku bisa dikurangi.
Itu cukup beralasan sebab industri
perkapalan nasional cukup member andil pada pemasukan devisa negara, selain itu
juga cukup signifikan membantu mengurangi pengangguran. Pasalnya, untuk membuat
satu kapal besar saja dibutuhkan ratusan pekerja, dan di Indonesia saat ini
terdapat ratusan galangan kapal yang sedang mengerjakan ratusan kapal.
Menurut Norvirwan, jumlah galangan
kapal yang terdaftar di asosiasi sekitar 250 perusahaan. Sedangkan jumlah kapal
berbendara Indonesia saat ini mencapai 13 ribu kapal dan setiap tahunnya terus
bertambah. Sementara itu, jumlah kapasitas produksi pemeliharaan atau reparasi
kapal sekitar 10 juta DWT (Dead Weight Tonnage) per tahun dan untuk pembangunan
kapal baru sekitar 750 ribu DWT per tahun.
"Pemerintah pusat sudah saatnya
memberi perhatian lebih pada industri perkapalan, seperti yang dilakukan
terhadap industri otomotif, sebab industri perkapalan menyerap banyak pekerja
sehingga bisa membantu mengatasi pengangguran,” katanya. (gus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar