BATAM – PT Pertamina akan membangun
empat kilang minyak di Tanjung Uban Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
akhir tahun ini dengan kapasitas tampung sekitar 200 ribu kilo liter. Pembangunan
Kilang itu perlu dilakukan untuk menyangga pasokan BBM di Jakarta selain untuk
kebutuhan lima daerah yakni Provinsi Kepulauan Riau, Aceh,
Kalimantan Barat, Jambi, dan Bangka Belitung.
Kepala Operasional Pertamina Wilayah Tanjunguban, Hamid Dude mengatakan,
Pertamina berencana membangun empat kilang bahan bakar minyak (BBM) jenis
premium di Tanjung Uban dengan kapasitas masing masing 50 ribu kilo liter
sehingga totalnya 200 ribu kilo liter. Pembangunan kilang premium itu dilakukan
sebagai persiapan menjadikan Pertamina Tanjunguban sebagai daerah penyangga
ketersediaan premium untuk DKI Jakarta.
“Pembangunan kilang di Tanjung Uban perlu dilakukan untuk menyangga pasokan
BBM di Jakarta, sehingga nantinya jika terjadi kelangkaan di Jakarta segera
dipasok dari Pertamina Tanjung Uban,” katanya, Selasa (17/7).
Empat kilang minyak yang akan dibangun terdiri dari tiga kilang Nafta dan
satu kilang HONC. Di kilang itu nantinya juga akan dilakukan proses pengolahan Nafta
menjadi premium.
Menurut Hamid, selama ini Pemerintah Indonesia selalu mengekspor Nafta ke
Singapura lalu negara itu mengolah Nafta menjadi Premium yang selanjutnya di
ekpor kembali ke Indonesia dengan harga cukup tinggi. Kondisi tersebut sangat
merugikan Indonesia sehingga harus dihentikan. Untuk itu, pasokan Nafta
nantinya tidak perlu di ekspor tetapi cukup dikirim ke Tanjung Uban untuk
diolah menjadi Premium.
“Biasanya Indonesia selalu mengeskpor Nafta ke luar negeri terutama ke
Singapura. Setelah itu kita mengimpor premium dari Singapura yang harganya
cukup tinggi,” katanya.
Sementara itu, Pengamat energi dari ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto
meminta pemerintah segera menugaskan Pertamina (Persero) untuk membangun kilang
pengolahan BBM guna menjaga ketahanan energi dan mengatasi defisit perdagangan serta
penciptaan lapangan kerja. Untuk itu, pemerintah harus memberi insentif agar
pembangunan Kilang di dalam negeri bisa bernilai ekonomis sehingga Pertamina
maupun investor tertarik untuk menanamkan modalnya di bisnis tersebut.
Saat ini, Pertamina mempunyai enam kilang dengan kapasitas satu juta barel
per hari. Keenam kilang Pertamina
tersebut berada di Dumai, Riau berkapasitas 170.000 barel per hari, Plaju,
Sumsel 118.000 barel, Cilacap, Jateng 348.000 barel, Balikpapan, Kaltim 260.000
barel, Balongan, Jabar 125.000 barel, dan Kasim, Papua Barat 10.000 barel per
hari. Pertamina perlu membangun beberapa kilang minyak lagi untuk mengatasi defisit
kebutuhan BBM di dalam negeri.
Pertamina sendiri memproyeksikan defisit kebutuhan BBM tanpa pengendalian
mencapai 23 juta kiloliter pada tahun 2020. Untuk menutupi defisit tersebut dibutuhkan
6 sampai 9 kilang baru. Pada tahun 2012, Pertamina merencanakan pengolahan
minyak mentah sebesar 303,3 juta barel dengn produksi 10 jenis BBM sebesar
248,21 juta barel atau imbal hasil (yield) 78 persen.
Ke-10 jenis produk BBM itu, antara lain premium, solar, minyak tanah, avtur,
pertamax, dan minyak bakar. Sementara itu, pada tahun 2011, kilang Pertamina
mengolah 300,5 juta barel minyak mentah dengan "yield" 78,45 persen
atau menghasilkan produk 10 jenis BBM 238,49 juta barel.
Pasokan "crude" sebesar 300,5 juta barel pada tahun 2011 itu berasal dari domestik 201,12 juta barel atau 551 ribu barel per hari (67 persen) dan impor 99,37 juta barel 272,2 ribu barel per hari (33 persen). (gus).
Pasokan "crude" sebesar 300,5 juta barel pada tahun 2011 itu berasal dari domestik 201,12 juta barel atau 551 ribu barel per hari (67 persen) dan impor 99,37 juta barel 272,2 ribu barel per hari (33 persen). (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar