BATAM – Ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Singapura dan Malaysia mulai berdatangan dan memadati pelabuhan serta bandara di Batam untuk pulang ke kampung halamannya guna merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Mudik tampaknya sudah menjadi
tradisi masyarakat Indonesia. Tradisi itu tidak hanya dilakoni warga yang ada
di dalam negeri tetapi mayarakat Indonesia yang berada di luar negeri juga rela
berdesak desakan serta menghabiskan uang untuk mudik merayakan lebaran di kampong
halamanya.
Demikian pula halnya dengan para
tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia dan Singapura. Memasuki Hari
Raya Idul Fitri 1433 Hijriah ini, jumlah TKI yang ingin mudik dari Malaysia serta
Singapura ke sejumlah daerah di Indonesia mulai terlihat ramai. Mereka tampak
di beberapa pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan internasional di Batam.
Pantauan Koran Jakarta, di Bandara Internasional Hang Nadim, ratusan TKI memadati ruang tunggu keberangkatan. Para TKI terlihat duduk berkelompok di sejumlah titik, dengan berbagai barang bawaan, para TKI tersebut berasal dari Pulau Jawa.
Salah seorang TKI, Wira (27) mengatakan, dia memilih mudik ke Indonesia melalui wilayah Kepri khususnya Batam dengan menggunakan jasa tekong. Untuk bisa mudik sampai ke kampung masing-masing, rata-rata mereka dikenakan biaya sekitar 1.200 Ringgit Malaysia setara dengan 3,6 juta rupiah. Uang sejumlah itu, sudah termasuk tiket pesawat keberangkatan ke Surabaya, termasuk biaya penginapan satu malam di Batam.
"Ongkos pulang kampong dari Malaysia hingga berangkat ke Surabaya sebesar 1.200 Ringgit Malaysia. Sampai di Batam, kami nginap dulu satu malam di tempat tekong menunggu dapat tiket pesawat. Setelah itu baru kita bergerak ke bandara. Yang jelas satu orang kena bayar 1.200 Ringgit Malaysia," kata Wira, TKI asal Pemekasan, Jawa Timur.
Pantauan Koran Jakarta, di Bandara Internasional Hang Nadim, ratusan TKI memadati ruang tunggu keberangkatan. Para TKI terlihat duduk berkelompok di sejumlah titik, dengan berbagai barang bawaan, para TKI tersebut berasal dari Pulau Jawa.
Salah seorang TKI, Wira (27) mengatakan, dia memilih mudik ke Indonesia melalui wilayah Kepri khususnya Batam dengan menggunakan jasa tekong. Untuk bisa mudik sampai ke kampung masing-masing, rata-rata mereka dikenakan biaya sekitar 1.200 Ringgit Malaysia setara dengan 3,6 juta rupiah. Uang sejumlah itu, sudah termasuk tiket pesawat keberangkatan ke Surabaya, termasuk biaya penginapan satu malam di Batam.
"Ongkos pulang kampong dari Malaysia hingga berangkat ke Surabaya sebesar 1.200 Ringgit Malaysia. Sampai di Batam, kami nginap dulu satu malam di tempat tekong menunggu dapat tiket pesawat. Setelah itu baru kita bergerak ke bandara. Yang jelas satu orang kena bayar 1.200 Ringgit Malaysia," kata Wira, TKI asal Pemekasan, Jawa Timur.
Menurutnya, terdapat ratusan bahkan
ribuan TKI di Malasyia yang mudik ke Indonesia melalui Batam. Mereka harus
melewati Batam terlebih dahulu karena kapal dari Malaysia ke Batam cukup banyak
dan ongkosnya juga murah.
"Tahun yang lalu, saya coba berlebaran di Malaysia. Namun di sana saya tidak bisa kemana-mana hanya duduk di rumah saja. Mau keluar ke kota takut karena tidak punya izin resmi," kata Wira.
Setelah Lebaran, kata Wira, dia bersama teman-teman TKI yang lain akan kembali mengadu nasib di negeri jiran tersebut. Dia mengaku, selama di Malaysia bekerja membuat rumah di kampung-kampung yang jauh dari perkotaan.
Hal yang sama dikatakan Yudianto, TKI asal Cilacap. Dia mengaku sudah tiba di Bandara Hang Nadim Batam kemarin pagi, lewat lewat Pasir Gudang Malaysia. Sesampainya di Batam langsung menuju Bandara untuk mencari tiket untuk pulang ke Jawa.
"Berat memang resikonya jika ingin bekerja di Malaysia. Bagi yang belum pernah kalau bisa lebih baik bekerja di kampung sendiri saja dari pada kerja di sana. Karena jika tidak kuat mental akan sengsara," kata Yudianto.
Humas Bandara Hang Nadim Batam, Hendrawan mengatakan, seperti tahun tahun sebelumnya, menjelang Hari Raya Idul Fitri memang banyak TKI khususnya dari Malaysia dan Singapura mudik lewat Batam. Para TKI tersebut di kordinir oleh pihak tertentu untuk sampai ke kampong halamanya masing masing.
"Tahun yang lalu, saya coba berlebaran di Malaysia. Namun di sana saya tidak bisa kemana-mana hanya duduk di rumah saja. Mau keluar ke kota takut karena tidak punya izin resmi," kata Wira.
Setelah Lebaran, kata Wira, dia bersama teman-teman TKI yang lain akan kembali mengadu nasib di negeri jiran tersebut. Dia mengaku, selama di Malaysia bekerja membuat rumah di kampung-kampung yang jauh dari perkotaan.
Hal yang sama dikatakan Yudianto, TKI asal Cilacap. Dia mengaku sudah tiba di Bandara Hang Nadim Batam kemarin pagi, lewat lewat Pasir Gudang Malaysia. Sesampainya di Batam langsung menuju Bandara untuk mencari tiket untuk pulang ke Jawa.
"Berat memang resikonya jika ingin bekerja di Malaysia. Bagi yang belum pernah kalau bisa lebih baik bekerja di kampung sendiri saja dari pada kerja di sana. Karena jika tidak kuat mental akan sengsara," kata Yudianto.
Humas Bandara Hang Nadim Batam, Hendrawan mengatakan, seperti tahun tahun sebelumnya, menjelang Hari Raya Idul Fitri memang banyak TKI khususnya dari Malaysia dan Singapura mudik lewat Batam. Para TKI tersebut di kordinir oleh pihak tertentu untuk sampai ke kampong halamanya masing masing.
Pihak bandara sendiri, katanya tidak
menyediakan tempat khusus bagi para TKI yang akan mudik sebab mereka akan
disamakan dengan penumpang lainnya.
“Jumlah pemudik dari Bandara Hang
Nadim Batam seperti tahun tahun sebelumnya akan melonjak dan semua penumpang
akan dilayani dengan baik, apakah TKI atau penumpang biasa,” kata Hendrawan.
(gus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar