BATAM – Pemerintah diminta segera
membenahi infrastruktur sejumlah pelabuhan nasional agar lalu lintas barang
bisa cepat didistribusikan sehingga biaya operasional bisa ditekan.
Ketua Umum Indonesian National Shipowner Association (INSA), Carisa Hartoto
mengatakan, infrastruktur pelabuhan nasional sudah saatnya dibenahi dan
ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan standar internasional. Itu perlu dilakukan
agar pelabuhan di dalam negeri bisa bersaing dengan pelabuhan di negara maju
sehingga distribusi barang bisa langsung dilakukan di pelabuhan dalam negeri.
“Pengusaha angkutan belum mau investasi dengan membeli kapal dengan
teknologi canggih dan ukuran besar karena pelabuhan di dalam negeri sendiri
belum siap, untuk itu pemerintah sudah saatnya membenahi infrastruktur sejumlah
pelabuhan khususnya yang melayani ekspor impor,” katanya di sela Rakernas INSA
di Batam, akhir pekan lalu.
Salah satu infrastruktur yang harus dibenahi, katanya adalah kedalaman alur
pelabuhan, sebab sebagian besar pelabuhan di dalam negeri masih dangkal
sehingga tidak dapat dilalui kapal dengan ukuran besar dan kapal yang memiliki
teknologi canggih, sehingga banyak kapal kapal tersebut yang justru berlabuh di
pelabuhan negara tetangga, padahal kapal tersebut mengangkut barang atau
mengirim barang untuk Indonesia.
Belum siapnya infrastruktur sejumlah pelabuhan di tanah air menyebabkan
pengusaha angkutan belum berani untuk investasi membeli kapal dengan ukuran
besar yang berteknologi tinggi. Pasalnya, jika kapal tersebut dibeli tidak akan
bisa digunakan di dalam negeri karena tidak dapat merapat di pelabuhan tersebut.
Kondisi itu menyebabkan banyaknya kapal kapal tua yang dimiliki pengusaha
angkutan. Menurut Hartoto, 75 persen kapal di Indonesia sudah berumur tua. Adapun
jumlah kapal angkutan yang beredar perairan nasional sejumlah 11.300 unit.
Jumlah itu naik 40 persen dibanding tahun 2005 yang hanya 6.014 unit.
Dikatakan, peningkatan jumlah kapal mestinya bisa lebih tinggi lagi karena
permintaannya cukup besar dipicu berlakunya asas Cabotage yang mewajibkan
seluruh kapal yang mengangkut barang di dalam negeri harus berbendera
Indonesia. Namun, sayangnya peningkatan itu terkendala dengan belum siapnya
infrastruktur pelabuhan.
"Kalau infrastrukturnya siap, INSA siap meremajakan kapal," kata
Hartoto.
Sementara itu, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan pemerintah sudah berencana untuk memperdalam alur pelabuhan hingga 13 meter untuk memenuhi kebutuhan pelayaran internasional. Dengan pendalaman alur, maka diharapkan kapal-kapal besar dapat melayani jasa angkut logistik hingga beban biaya distribusi dapat dipotong. Dengan demikian, harga kebutuhan pokok masyarakat juga bisa lebih murah.
Sementara itu, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan pemerintah sudah berencana untuk memperdalam alur pelabuhan hingga 13 meter untuk memenuhi kebutuhan pelayaran internasional. Dengan pendalaman alur, maka diharapkan kapal-kapal besar dapat melayani jasa angkut logistik hingga beban biaya distribusi dapat dipotong. Dengan demikian, harga kebutuhan pokok masyarakat juga bisa lebih murah.
Menurutnya, perbaikan infrastruktur pelabuhan tidak bisa dilakukan secara
menyeluruh dalam waktu singkat karena biayanya cukup besar. Pemerintah sendiri setiap
tahun selalu mengalokasikan anggaran cukup besar untuk membenahi infrastruktur
pelabuhan namun karena jumlah pelabuhan yang akan dibenahi cukup banyak maka
anggaranya harus dibagi bagi.
Meski demikian, pihak internasional cukup mengapresiasi langkah pemerintah
untuk membenahi pelabuhan di dalam negeri. Itu bisa dilihat dari langkah Bank
Dunia (World Bank) yang menaikkan peringkat logistic perfomance index (LPI)
Indonesia tahun ini, dari posisi 75 pada 2010 menjadi posisi 59 dengan kenaikan
indeks 2,76 menjadi 2,94. Peningkatan itu memang belum membawa Indonesia
menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara, namun menunjukkan adanya
perbaikan yang signifikan.
Kenaikan tertinggi terjadi di wilayah soft infrastructure yang meliputi
kompetensi penanganan logistic dan kemampuan pemilik barang untuk mengetahui di
mana barangnya berada (tracking and tracing) saat ini. Sedangkan pada hard
infrastructure atau kualitas fisik infrastruktur pendukung logistik seperti
pelabuhan, jalur kereta api, maupun jalan-jalan utama, masih dinilai Bank Dunia
belum menunjukkan perbaikan berarti. Untuk itulah pemerintah Indonesia akan
meningkatkan perbaikkan sarana infrastruktur di Indonesia, terutama di
pelabuhan-pelabuhan agar proses pendistribusian barang menjadi lebih efisien.
Keberadaan Pelabuhan memiliki arti
yang amat strategis bagi perkembangan perekonomian antar daerah di Indonesia
karena merupakan pusat keluar masuk lalu lintas orang dan barang serta kegiatan
perdagangan regional dan International. Ongkos transportasi pengangkutan barang
di Indonesia masuk dalam kategori termahal di ASEAN. Hal itu menyebabkan daya
saing produk lokal untuk ekspor menjadi anjlok karena mahalnya biaya
dikarenakan masih banyak pelabuhan di Indonesia yang kondisi infrastrukturnya
tidak memadai. Banyak pelabuhan yang sudah tidak bisa lagi menampung dan
memfasilitasi proses bongkar muat. Jika itu dibiarkan terus maka justru
bisa menghambat aktivitas perekonomian. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar