BATAM
– Wilayah perairan Provinsi Kepulauan Riau dinilai masih rawan tindakan kriminal
seperti perampokan atau pembajakan kapal. Untuk itu, TNI Angkatan Laut dan
Kepolisian akan meningkatkan pengawasan dan patrol di laut untuk memperkecil
ruang gerak pelaku kejahatan.
Panglima Armada Barat (Armabar) TNI
AL, Laksamana Muda TNI Sadiman, SE mengatakan, wilayah perairan Kepri masih
terbilang rawan oleh aksi aksi kriminalitas. Itu bisa diketahui dari seringnya
aksi pembajakan kapal atau perampokan.
“Aksi pembajakan kapal oleh pelaku
kejahatan di Kepri semakin sering terjadi dan tindakan para pembajak semakin
nekat dengan melukai aparat dan merampok senjata milik aparat,” katanya, Kamis
(6/9).
Ditambahkan, dua aksi perampokan
atau pembajakan kapal terjadi pada hari Rabu (5/9). Perampokan pertama terjadi
pada Tugboat Leo 1 yang menarik tongkang Prince Capricorn 1 di perairan Selat
Riau. Tugboat hendak kembali ke Dumai, setelah membongkar sekitar 4.000 ton
minyak mentah di Pelabuhan CPO Kabil Batam. Pelaku yang diperkirakan lebih dari
empat orang berhasil melumpuhkan tujuh anak buah kapal (ABK) dan aparat Brimob
yang bertugas.
Pelaku kemudian membawa kabur barang-barang berharga dan sebuah
senjata laras panjang milik anggota Brimob beserta amunisinya.
Perampokan kedua terjadi pada tanker
Bum Chin berbendera Hongkong yang sedang berlabuh di Pelabuhan CPO Kabil.
Pelaku berhasil menggasak barang-barang berharga milik ABK yang semuanya warga
negara asing. Perampok juga berhasil membawa kabur beberapa barang kapal, di
antaranya beberapa mesin kompressor kapal.
“Pelaku dua aksi perampokan beberapa
hari lalu ternyata merupakan sindikat yang sudah lama beroperasi di wilayah
perairan Selat Malaka,” katanya.
Sementara itu bulan sebelumnya
terjadi perampokan di perairan Karimun, Provinsi Kepri yang menimpa kapal
berbendera Singapura. Namun, Para pelaku perampokan berhasil ditangkap aparat
TNI AL di tempat persembunyianya setelah aksi tersebut.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Soeparno
mengatakan, wilayah perairan Kepri khususnya Batam memang perlu mendapat
perhatian khusus mengingat lokasinya yang cukup strategis berbatasan dengan
negara tetangga dan berada di jalur lintasan perdagangan dunia yakni Selat
Malaka.
“Perairan batam sangat rawan atas
berbagai tindakan kejahatan dan pertahanan bila tidak dikawal dengan baik maka
memungkinkan praktek penyelundupan dan tindakan criminal lainnya,” kata dia.
Untuk meminimalisir aksi kejahatan
di Perairan Kepri maka aparat keamanan perlu diperlengkapi dengan peralatan
canggih karena pelaku kejahatan dilaut saat ini sudah menggunakan peralatan
canggih. Beberapa peralatan yang diperlukan seperti kapal selam, penambahan kapal
patrol dan penambahan personil.
Markas Komando
Laksamana TNI Soeparno, mengatakan,
untuk memperkecil ruang gerak pelaku kejahatan di perairan Kepri khususnya
Batam, TNI AL juga telah membangun Dermaga Markas Komando Lanal Batam senilai
23 miliar rupiah. Dermaga tersebut akan digunakan untuk mempertahankan
kedaulatan RI dan mengatasi tindakan kejahatan seperti praktik penyelundupan
dan aksi kriminalitas lainnya.
Dengan adanya markas komando tersebut, diharapkan birokrasi lebih efisien dan akan semakin banyak aparat TNI yang bertugas untuk mengawasi perairan Kepri. Dengan demikian, ruang gerak para pelaku kejahatan semakin sempit sehingga aksi aksi criminal bisa dihindari dan dicegah. (gus)
Dengan adanya markas komando tersebut, diharapkan birokrasi lebih efisien dan akan semakin banyak aparat TNI yang bertugas untuk mengawasi perairan Kepri. Dengan demikian, ruang gerak para pelaku kejahatan semakin sempit sehingga aksi aksi criminal bisa dihindari dan dicegah. (gus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar