Pelaku
usaha mikro yang tergabung dalam Pedagang kaki lima berkontribusi 55 persen
dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, sehingga jumlahnya yang mencapai 33
juta orang tersebut perlu diberdayakan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi
nasional.
Ketua Umum Dewan
Pimpinan Pusat DPP Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Ali Mahsun, M. Biomed mengatakan, Pedagang
kaki lima punya potensi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional karena omset
usaha yang dijalani pedagang tersebut perharinya cukup besar ditambah lagi
dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang terlibat. Berdasarkan data BPS tahun
2007 saja, jumlah pedagang kaki lima mencapai 22,9 juta orang dan tahun ini
diperkirakan lebih dari 33 juta orang.
“Pemerintah daerah mestinya merubah cara pandang dalam melihat keberadaan
pedagang kaki lima, jangan lagi dilihat sebagai masalah yang harus ditertibkan
tetapi bagaimana potensi yang dimiliki pedagang kaki lima harus diberdayakan,”
katanya disela acara Rapat Pimpinan Nasional I APKLI di Batam, Sabtu (20/10).
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa yang juga hadir dalam
acara Rapimnas tersebut menjelaskan, Pedagang Kaki Lima atau PKL mempunyai
peranan yang sangat strategis dalam perekonomian nasional yakni sebagai
bantalan ekonomi nasional dalam krisis moneter, penyedia lapangan kerja
terbesar dan penyedia kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau.
“PKL mudah ditingkatkan menjadi saudag’ar tangguh dan berdaya saing
global karena karekaternya adalah wirausaha yang inovatif, kreatif, mandiri,
berani ambil risiko, siap gagal tetapi juga cepat bangkit kembali,” kata Hatta.
Meski memiliki potensi yang cukup besar, namun keberadaan PKL hingga saat
ini belum banyak yang diakomodir pemerintah daerah bahkan kadang sering
dianggap sebagai ancaman terhadap ketertiban dan kebersihan kota sehingga PKL
sering mendapat ancaman penggusuran. Selain itu, PKL juga masih memiliki
kendala tidak adanya jaminan kepastian usaha, rendahnya kemampuan akses
permodalan karena kelemahan secara administratif dan tidak memiliki agunan atau
jaminan serta kapasitas usaha yang masih rendah.
Untuk itu, Pemerintah sudah mulai memperhatikan keberadaan PKL untuk
diberi perhatian lebih serta diberdayakan agar kesejahteraanya terus tumbuh.
Hatta Rajasa mengatakan, Presiden SBY memiliki komitmen tinggi untuk
meningkatkan kesejahteraan PKL untuk itu, berbagai fasilitas dan program telah
diluncurkan seperti pengembangan kapasitas SDM PKL yang diluncurkan sejak tahun
2010. Program ini dilakukan dengan tiga tahap, pertama pembibitan yakni
menanamkan nilai profesionalisme pola piker, mindset menjadi ris taker dan
menemukan serta mencari calon calon wirausaha.
Kedua, penempatan, yakni membekali dan memperkuat calon wirausaha melalui
pelatihan, keterampilan manajemen, membangun jejaring dan kemitraan dengan
pengusaha yang telah berhasil. Ketiga, pengembangan yakni memberikan kemudahan
akses pembiayaan, pemasaran, penggunaan teknologi dan inovasi serta
mengembangkan institusi usaha yang knowledge
based.
Pemerintah juga bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI)
menyediakan anggaran untuk bantuan permodalan para PKL melalui sistem Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
Hatta mengatakan, sejak Januari sampai September 2012 telah dikucurkan
KUR sebesar 23,8 triliun rupiah dengan jumlah debitur 1.405.845 orang. Kemudian
secara kumulatif sejak tahun 2007 hingga bulan September 2012 jumlah KUR yang
telah disalurkan mencapai 87,3 triliun rupiah dengan jumlah debitur sebanyak
7,1 juta orang. Selain BRI, Pemerintah juga bekerjasama dengan 32 Bank lainnya
untuk mengucurkan KUR.
Menteri Negara
Koperasi dan UKM, DR. Sjarifuddin
Hasan, MBA yang juga hadir dalam Rapimnas APKLI di Batam mengatakan, tahun 2012
ini telah dianggarkan dana KUR sebesar 30 triliun rupiah, lebih tinggi disbanding
tahun lalu yang 25 triliun rupiah dan sebagain besar dana dialokasikan untuk
PKL.
"Pemerintah pada 2011 menganggarkan dana untuk kredit usaha rakyat
sebesar 25 triliun rupiah, tetapi realisasinya mencapai 29 triliun rupiah, maka
untuk 2012 naik menjadi 30 triliun rupiah," katanya.
Dengan adanya dana yang cukup besar tersebut, diharapkan akan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi dan dapat menumbuhkan
gerakan kewirausahaan di tanah air. Pada 2011 baru mencapai 0,24 persen dan
sekarang sudah mencapai sekitar 1,5 persen serta diharapkan nantinya minimal
bisa mencapai dua persen. Untuk pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diharapkan
bisa mencapai 6,5 persen. Melalui gerakan kredit usaha rakyat ini diharapkan
pula terjadi kenaikan dalam jumlah wirausaha, sekaligus juga bisa menciptakan
lapangan kerja baru.
"Dalam meningkatkan usaha mikro ini pemerintah sekarang juga telah
menyiapkan program kredit untuk usaha mikro dengan nilai 20 juta rupiah ke
bawah dan tidak perlu ada jaminan," katanya.
Pemerintah telah melakukan kerja sama dengan berbagai bank pemerintah untuk program tersebut, untuk itu diharapkan usaha mikro itu apa bila mengalami kesulitan permodalan bisa ambil di bank, tetapi dana itu juga harus benar-benar digunakan sebagai modal usaha.
Pemerintah telah melakukan kerja sama dengan berbagai bank pemerintah untuk program tersebut, untuk itu diharapkan usaha mikro itu apa bila mengalami kesulitan permodalan bisa ambil di bank, tetapi dana itu juga harus benar-benar digunakan sebagai modal usaha.
Dikatakan, jumlah UKM saat ini tercatat 55,2 juta unit yang tersebar di
berbagai daerah, sementara untuk koperasi tercatat 188 unit dan 71 ribu
diantaranya bergerak dalam simpan pinjam. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar