PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN)
Batam membutuhkan anggaran sekitar 6 triliun rupiah untuk membangun pembangkit
baru yang mampu menghasilkan 254 MW arus listrik, guna mengantisipasi konsumsi listrik
lima tahun kedepan dengan asumsi pertumbuhan 10-11 persen per tahun.
Sebagai salah satu kota tujuan utama investasi nasional, Batam mengalami
pertumbuhan industri yang cepat dibanding daerah lain. Tahun ini saja, Badan
Pengusahaan Batam yang dulu bernama Otorita Batam menargetkan 100 perusahaan
baru membuka usahanya di Batam. Realisasinya cukup mengembirakan dengan angka
pertumbuhan 61 persen dan jumlah perusahaan yang masuk 44 perusahaan selama
semester satu 2012.
Dengan demikian, sejak Batam dibuka sebagai daerah industri pada tahun 1971
hingga juni 2012 terdapat 1.587 perusahaan yang sebagian besar milik investor
asing yang berbisnis di Batam dengan nilai investasi 6,1 miliar dollar AS
setara dengan 61 triliun rupiah dengan kurs 10 ribu rupiah per dollar AS.
Kepala BP Batam Mustafa Widjaya optimistis pertumbuhan industri di Batam
bisa lebih cepat lagi seiring langkah pemerintah yang terus membangun
infrastruktur seperti pelabuhan, jalan dan lainnya.
Pertumbuhan industri yang sedemikian cepat tentu membutuhkan pasokan listrik
dengan kualitas baik agar perusahaan bisa berporoduksi dengan aman. PLN Batam
sendiri memiliki daya mampu 395 Mega watt (MW) saat ini dengan beban puncak
286,4 MW.
Direktur Utama PLN Batam Dadan Koernadipura mengatakan, Batam membutuhkan
daya listrik 254 MW dalam lima tahun kedepan dengan asumsi pertumbuhan konsumsi
listrik 10-11 persen. Kebutuhan listrik bisa lebih besar lagi jika ternyata
pertumbuhan industri berjalan cepat.
Untuk mendapatkan 254 MW arus listrik, maka PLN Batam harus membangun
beberapa pembangkit listrik berikut infrastruktur jaringannya dan untuk itu dibutuhkan
anggaran sekitar 6 triliun rupiah. Daya dan Investasi tersebut bisa lebih besar
lagi jika PLN Batam dapat merealisasikan penjualan listrik ke Singapura.
“PLN Batam berencana mengikuti tender listrik berkapasitas 1.000 MW yang
diselenggarakan oleh Energy Market Authority (EMA) Singapura dengan nilai 1,4
triliun dan saat ini perseroan telah mempersiapkan proposal agar dapat memenangkan
tender tersebut,” kata Dadan.
Untuk mendapatkan dana investasi tersebut, PLN Batam butuh suntikan dari
perusahaan induk PLN (Persero) dan sumber lain. Salah satu sumber pembiayaan
lain yang dianggap lebih murah yakni melepas saham ke public atau melakukan
penawaran saham perdana (Initial Public
Offering).
Untuk melakukan IPO, PLN Batam sedang mencari pembeli siaga atau stand by buyer dan perusahaan penjamin
emisi serta konsultan keuangan lainnya.
Dadan berharap IPO bisa dilakukan tahun 2013 jika kinerja keuangan tahun ini
positif atau lebih baik dibanding tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan PLN
Batam, kinerja pendapatan dan laba setiap tahunnya mengalami pertumbuhan. Pada
tahun 2009, Perseroan membukukan pendapatan usaha 1,46 triliun rupiah, naik
menjadi 1,63 triliun rupiah pada tahun 2010 dan 2011 naik kembali menjadi 1,73
triliun rupiah. Sementara itu, laba bersih pada tahun 2009 sebesar 65 miliar
rupiah, naik menjadi 116,7 miliar rupiah dan tahun 2011 menjadi 192,6 miliar
rupiah.
“Kinerja tahun 2012 ini cukup berat akibat rusaknya dua sistem pembangkit
listrik yang menyebabkan pasokan ke pelanggan terganggu. Kami perkirakan laba
tahun ini sekitar 100 miliar rupiah,” kata Dadan.
Direktur Operasi Indonesia Barat PT PLN (Persero) Harry Jaya Pahlawan
mengatakan untuk merealisasikan IPO, PLN Batam harus membukukan kinerja
keuangan yang positif atau perusahaan ini harus untung. Sebab jika kinerjanya
rugi atau biasa biasa saja, maka investor atau masyarakat tidak akan tertarik
untuk membeli saham PLN Batam.
Untuk itu, manajemen PLN Batam harus mencari terobosan baru agar bisa
mendapatkan untung yang lebih besar. Misalnya dengan mempercepat penjualan
listrik ke Bintan, untuk itu jaringan Batam Bintan atau interkoneksi jaringan
harus segera diselesaikan. Kemudian rencana penjualan listrik ke Singapura juga
positif jika memang kapasitas yang dimiliki bisa memenuhinya.
PLN Batam juga harus mencari sumber pendapatan lain selain menjual listrik
atau melakukan ekspansi usaha ke sektor lain yang tidak jauh dari sektor utama,
misalnya memulai untuk menjalankan bisnis batu bara atau gas. Untuk itu, bisa
saja perseroan membentuk anak perusahaan sendiri yang mengurus bisnis tersebut.
Langkah itu juga ditempuh induk perusahaan PLN Batam yakni PLN (Persero)
yang berencana membentuk anak usaha dalam bidang pembuatan kebutuhan alat pembangkitan. Itu dilakukan seiring besarnya
kebutuhan alat pembangkitan, di mana saat ini kebutuhan tersebut sebagian besar
di impor dari luar negeri.
PLN Batam juga bisa mengurangi ketergantungan listrik dengan mitra sebagai
upaya memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pasalnya, saat ini pasokan
listrik PLN Batam sebagian besar masih dibeli dari perusahaan mitra. Untuk itu
rencana manajemen PLN Batam yang akan menambah pembangkit listrik, hendaknya
bisa dilakukan perseroan sendiri agar pendapatan yang diterima bisa lebih besar
dan tentunya perseroan bisa lebih menjamin kualitas listrik ke pelanggan.
Beberapa pembangkit listrik yang direncanakan akan dibangun PLN Batam antara
lain, pembangunan PLTU berkapasitas 2 X 55 megawatt (MW) pada akhir 2013, untuk
itu dibutuhkan anggaran sekitar 150 juta dolar AS setara dengan 1,5 triliun
rupiah, kemudian membangun PLTG pada akhir 2013 dengan kapasitas 110-120 MW
dengan investasi sekitar 1,3 triliun rupiah. Kemudian pada tahun 2015 akan
dibangun PLTU dan PLTG dengan total kapasitas 96 MW. Perseroan juga akan
membangun transmisi yang dimulai 2015 sepanjang 19 kilometer dan tambahan
transmisi pada 2016 sepanjang 22 km. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar