Selasa, 12 Februari 2013

Menjaga Kualitas Listrik di Batam


PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam membutuhkan anggaran sekitar 6 triliun rupiah untuk membangun pembangkit baru yang mampu menghasilkan 254 MW arus listrik, guna mengantisipasi konsumsi listrik lima tahun kedepan dengan asumsi pertumbuhan 10-11 persen per tahun.

Sebagai salah satu kota tujuan utama investasi nasional, Batam mengalami pertumbuhan industri yang cepat dibanding daerah lain. Tahun ini saja, Badan Pengusahaan Batam yang dulu bernama Otorita Batam menargetkan 100 perusahaan baru membuka usahanya di Batam. Realisasinya cukup mengembirakan dengan angka pertumbuhan 61 persen dan jumlah perusahaan yang masuk 44 perusahaan selama semester satu 2012.

Dengan demikian, sejak Batam dibuka sebagai daerah industri pada tahun 1971 hingga juni 2012 terdapat 1.587 perusahaan yang sebagian besar milik investor asing yang berbisnis di Batam dengan nilai investasi 6,1 miliar dollar AS setara dengan 61 triliun rupiah dengan kurs 10 ribu rupiah per dollar AS.

Kepala BP Batam Mustafa Widjaya optimistis pertumbuhan industri di Batam bisa lebih cepat lagi seiring langkah pemerintah yang terus membangun infrastruktur seperti pelabuhan, jalan dan lainnya.

Pertumbuhan industri yang sedemikian cepat tentu membutuhkan pasokan listrik dengan kualitas baik agar perusahaan bisa berporoduksi dengan aman. PLN Batam sendiri memiliki daya mampu 395 Mega watt (MW) saat ini dengan beban puncak 286,4 MW.

Direktur Utama PLN Batam Dadan Koernadipura mengatakan, Batam membutuhkan daya listrik 254 MW dalam lima tahun kedepan dengan asumsi pertumbuhan konsumsi listrik 10-11 persen. Kebutuhan listrik bisa lebih besar lagi jika ternyata pertumbuhan industri berjalan cepat.  Untuk mendapatkan 254 MW arus listrik, maka PLN Batam harus membangun beberapa pembangkit listrik berikut infrastruktur jaringannya dan untuk itu dibutuhkan anggaran sekitar 6 triliun rupiah. Daya dan Investasi tersebut bisa lebih besar lagi jika PLN Batam dapat merealisasikan penjualan listrik ke Singapura.

“PLN Batam berencana mengikuti tender listrik berkapasitas 1.000 MW yang diselenggarakan oleh Energy Market Authority (EMA) Singapura dengan nilai 1,4 triliun dan saat ini perseroan telah mempersiapkan proposal agar dapat memenangkan tender tersebut,” kata Dadan.

Untuk mendapatkan dana investasi tersebut, PLN Batam butuh suntikan dari perusahaan induk PLN (Persero) dan sumber lain. Salah satu sumber pembiayaan lain yang dianggap lebih murah yakni melepas saham ke public atau melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering).

Untuk melakukan IPO, PLN Batam sedang mencari pembeli siaga atau stand by buyer dan perusahaan penjamin emisi serta konsultan keuangan lainnya.

Dadan berharap IPO bisa dilakukan tahun 2013 jika kinerja keuangan tahun ini positif atau lebih baik dibanding tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan PLN Batam, kinerja pendapatan dan laba setiap tahunnya mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2009, Perseroan membukukan pendapatan usaha 1,46 triliun rupiah, naik menjadi 1,63 triliun rupiah pada tahun 2010 dan 2011 naik kembali menjadi 1,73 triliun rupiah. Sementara itu, laba bersih pada tahun 2009 sebesar 65 miliar rupiah, naik menjadi 116,7 miliar rupiah dan tahun 2011 menjadi 192,6 miliar rupiah.

“Kinerja tahun 2012 ini cukup berat akibat rusaknya dua sistem pembangkit listrik yang menyebabkan pasokan ke pelanggan terganggu. Kami perkirakan laba tahun ini sekitar 100 miliar rupiah,” kata Dadan.

Direktur Operasi Indonesia Barat PT PLN (Persero) Harry Jaya Pahlawan mengatakan untuk merealisasikan IPO, PLN Batam harus membukukan kinerja keuangan yang positif atau perusahaan ini harus untung. Sebab jika kinerjanya rugi atau biasa biasa saja, maka investor atau masyarakat tidak akan tertarik untuk membeli saham PLN Batam.

Untuk itu, manajemen PLN Batam harus mencari terobosan baru agar bisa mendapatkan untung yang lebih besar. Misalnya dengan mempercepat penjualan listrik ke Bintan, untuk itu jaringan Batam Bintan atau interkoneksi jaringan harus segera diselesaikan. Kemudian rencana penjualan listrik ke Singapura juga positif jika memang kapasitas yang dimiliki bisa memenuhinya.

PLN Batam juga harus mencari sumber pendapatan lain selain menjual listrik atau melakukan ekspansi usaha ke sektor lain yang tidak jauh dari sektor utama, misalnya memulai untuk menjalankan bisnis batu bara atau gas. Untuk itu, bisa saja perseroan membentuk anak perusahaan sendiri yang mengurus bisnis tersebut.

Langkah itu juga ditempuh induk perusahaan PLN Batam yakni PLN (Persero) yang berencana membentuk anak usaha dalam bidang pembuatan kebutuhan alat pembangkitan. Itu dilakukan seiring besarnya kebutuhan alat pembangkitan, di mana saat ini kebutuhan tersebut sebagian besar di impor dari luar negeri.

PLN Batam juga bisa mengurangi ketergantungan listrik dengan mitra sebagai upaya memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pasalnya, saat ini pasokan listrik PLN Batam sebagian besar masih dibeli dari perusahaan mitra. Untuk itu rencana manajemen PLN Batam yang akan menambah pembangkit listrik, hendaknya bisa dilakukan perseroan sendiri agar pendapatan yang diterima bisa lebih besar dan tentunya perseroan bisa lebih menjamin kualitas listrik ke pelanggan.

Beberapa pembangkit listrik yang direncanakan akan dibangun PLN Batam antara lain, pembangunan PLTU berkapasitas 2 X 55 megawatt (MW) pada akhir 2013, untuk itu dibutuhkan anggaran sekitar 150 juta dolar AS setara dengan 1,5 triliun rupiah, kemudian membangun PLTG pada akhir 2013 dengan kapasitas 110-120 MW dengan investasi sekitar 1,3 triliun rupiah. Kemudian pada tahun 2015 akan dibangun PLTU dan PLTG dengan total kapasitas 96 MW. Perseroan juga akan membangun transmisi yang dimulai 2015 sepanjang 19 kilometer dan tambahan transmisi pada 2016 sepanjang 22 km. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar