Selasa, 12 Februari 2013

Ratusan Pulau di Kepri Tidak Berpenghuni


BATAM – Pemerintah diminta untuk segera mengelola ratusan pulau di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang diketahui tidak berpenghuni dan belum memiliki nama, sebagian merupakan pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Pasalnya, ratusan pulau tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepemilikan dengan negara tetangga.

Gubernur Kepri, H.M Sani mengatakan, sebagai daerah kepulauan, Kepri memiliki lebih dari 2.408 pulau yang sebagian besar belum memiliki nama dan tidak memiliki penduduk. Sebagian pulau tersebut bahkan berada sangat dekat dengn wilayah negara tetangga sehingga berpotensi menimbulkan konflik kepemilikan jika tidak segera dikelola oleh pemerintah.

 “Kepri memiliki 19 pulau terluar, 15 di antaranya tak berpenghuni, sehingga harus ada pengelolaan yang serius dari pemerintah agar kedepanya tidak menimbulkan konflik kepemilikan dengan negara tetangga,” katanya, Jumat (2/11).

Untuk menghindari konflik kepemilikan dengan negara tetangga, pemerintah membangun mercusuar di pulau tersebut, namun belum seluruh pulau memiliki mercusuar seperti Pulau Sentut yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Pemprov Kepri sendiri, kata Sani berupaya  memanfaatkan pulau kosong yang tidak memiliki nama tersebut untuk dikembangkan sebagai area perkebunan namun sulit dilakukan karena tidak adanya infrastruktur dan fasilitas air bersih serta listrik di pulau tersebut. Contohnya, di Kabupaten Lingga terdapat 436 pulau yang tidak memiliki penduduk dan belum memiliki nama. Ratusan pulau itu sulit dikelola karena belum ada fasilitas yang dibangun pemerintah.

Menurut Sani, selain berpotensi menimbulkan konflik kepemilikan dengan negara tetangga. Kepri juga menghadapi persoalan berkurangnya jumlah pulau akibat ditenggelamkan oleh air laut. Dari 2.408 pulau yang resmi dimiliki Kepri, jumlahnya hanya menjadi 1.795 pulau ketika air laut pasang.

Salah satu pulau yang nyaris tenggelam adalah Pulau Buntal di daerah Nongsa Batam. Pulau yang dahulu memiliki luas lebihd ari 2,4 hektare itu kini hanya tinggal 200 meter persegi disebabkan tanah atau pasir di pulau itu terus diambil untuk kebutuhan bahan bangunan. Akibatnya, ketika air laut pasang pulau tersebut tidak terlihat lagi atau tenggelam.

Selain Pulau Buntal di Batam, pulau lainnya di Provinsi Kepri juga banyak yang nyaris tenggelam disebabkan penggalian pasir tersebut. Kondisi itu diperparah lagi dengan peningkatan air laut yang terjadi setiap tahun akibat pemanasan global (global warming).

Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Batam, Herry Saroso mengatakan, berdasarkan laporan World Meteorologi Organization (WMO) peningkatan suhu bumi sejak 1866 mengakibatkan es di kutub mencair, sehingga tinggi permukaan air laut bertambah dan menutup sebagian daratan rendah.

Akibatnya, sejumlah pulau pulau kecil yang ketinggiannya rendah di Provinsi Kepri akan tenggelam. Selain penambangan pasir yang menyebabkan rendahnya ketinggian pulau di Kepri juga disebabkan penambangan granit.

Wakil Ketua Komisi I DPRD Kepri, Wirya Putra Silalahi membenarkan bahwa ratusan pulau di Kepri hilang dan tidak lag tercatat sebagai pulau yang dimiliki pemerintah karena berdasarkan aturan internasional Unclos 1982 pasal 121, defenisi pulau adalah daratan yang selalu di atas muka air pada saat air laut pasang naik tertinggi. Ratusan pulau di Kepri saat ini tenggelam ketika air pasang dan baru muncul ketika air surut. Oleh karenanya wilayah demikian tidak lagi di defenisikan sebagai pulau.

Tenggelamnya pulau pulau di Kepri itu banyak dipengaruhi oleh penggalian pasir yang menyebabkan ketinggian daratannya terus menurun sehingga jika air pasang tenggelam. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar