BATAM
– Singapura berniat untuk membeli daya listrik dari Batam seiring tingginya
konsumsi listrik di negara itu sedangkan kapasitas yang dimiliki terbatas. Meski
demikian, PLN belum berminat untuk menjual daya listrik ke Singapura karena kebutuhan
dalam negeri juga tinggi.
Direktur Operasi Indonesia Barat PT PLN (persero),
Moch Harry Jaya Pahlawan mengatakan, Singapura melalui otoritas energi
Singapura, Energy Market Authority (EMA) memperkirakan pada 2017 negara
tersebut membutuhkan tambahan daya listrik sebesar 2.000 MW yang direncanakan
akan dipenuhi dari pasokan Batam dan Johor Malaysia.
EMA sudah menyatakan minat untuk membeli daya
listrik dari Indonesia dan kemungkinan dari Batam karena jaraknya dekat
sehingga mempermudah penyaluranya. Meski demikian PLN Batam belum berminat
untuk menjual daya listrik ke negara itu karena daya yang ada saat ini sangat
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya industri yang ada di
Batam.
“Sudah ada permintaan dari Singapura tapi PLN Batam
belum berminat untuk menjual listrik ke negara itu karena dengan daya yang
dimiliki saat ini tidak mungkin menjual listrik ke Singapura,’ katanya, Senin
(29/10).
Menurut Harry, PLN Batam saat ini memiliki daya
mampu 395 MW dengan beban puncak mencapai 286,4 MW. Dengan pertumbuhan rata
rata lebih dari 10 persen maka listrik yang ada saat ini hanya dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan Batam.
Jika, PLN Batam berniat untuk menjual daya listrik
ke Singapura maka harus dibangun pembangkit yang baru dengan kapasitas lebih
besar.
Direktur Utama PLN Batam, Dadan Kurniadipura
mengatakan, PLN Batam memang akan membangun pembangkit energy listrik yang baru
bekerjasama dengan mitra. Untuk itu telah ditandatangani dua perjanjian
kerjasama yakni Power Purchase Agreement antara bright PLN Batam dengan PT
Universal Batam Energi perihal pembangunan PLTG Tanjung Uncang 2 x 35 MW dan yang
kedua antara bright PLN Batam dengan PT Mitra Energi Batam perihal penambahan
kapasitas PLTG Panaran I dengan combine cycle dan chiller.
PPA ditandatangani oleh Direktur Utama bright PLN
Batam, Dadan Kurniadipura, Direktur Utama PT Mitra Energi Batam, Noor Wahyu
Hidayat dan Direktur PT Universal Batam Energi, Fazil E Alfitri bersamaan
dengan pelaksanaan CEPSI 2012 di Bali.
Menurut Dadan, Pembangunan PLTG 2 x 35 MW Tanjung Uncang oleh PT Universal
Batam Energi (UBE) dan combine cycle dan chiller oleh PT Mitra Energi Batam
(MEB) ini merupakan bagian dari rencana strategis bright PLN Batam dalam
pembangunan pembangkit yang berkelanjutan pada kurun waktu 2012 s.d 2016 di
sistem Batam. Tujuan pembangunan yang berkelanjutan ini selain untuk memenuhi
pertumbuhan energi rata-rata 11 persen juga untuk memenuhi kebutuhan Beban
Puncak yang rata-rata tumbuh 10 persen. Selain itu penambahan kapasitas ini
juga untuk menggantikan pembangkit berbahan bakar minyak. Di sisi lain beberapa
pembangkit saat ini sejumlah 93 MW akan keluar (retired) dari sistem karena
kontrak telah expireddan berbahan bakar mahal.
Pembangkit listrik di Batam saat ini tergantung pada gas, minyak dan
batubara. Semua pembangkit gas di Batam menggunakan gas yang bersumber dari
Grisik Sumatera. PLTG UBE 2 x 35 MW di Tanjung Uncang ini akan menggunakan gas
yang bersumber dari Natuna Barat dan akan masuk di sistem (grid) Batam. Pada
saat operasinya nanti di tahun 2014, grid Batam telah memiliki dua sumber
pasokan gas, sehingga akan meningkatkan security of supply energi untuk
pembangkit di Batam. Sedangkan pembangunan combine cycle dan chiller dengan
kapasitas total 26,6 MW yang dilakukan pada PLTG eksisting milik MEB akan
meningkatkan efisiensi termal pembangkit karena memanfaatkan gas buang PLTG
eksisting sehingga akan menurunkan biaya pokok pembangkitan Sistem Batam.
UBE dan MEB adalah subsidiary PT Medco Power Indonesia. UBE telah
mengantongi Gas Sales Agreement (GSA) dengan pemasok gas yang sumurnya berada
di Natuna Barat. bright PLN Batam dan UBE sedang berkonsorsium untuk membangun
pipa gas bawah laut dari titik serah di pulau Pemping ke Tanjung Uncang di
Pulau Batam. Pembangunan ini pararel dengan pembangunan pembangkit UBE di
Tanjung Uncang, sehingga diharapkan selesainya pembangunan pembangkit akan
bersamaan dengan selesainya pembangunan pipa pada Februari 2014. Sedangkan MEB
sejak tahun 2004 telah menjadi IPP di Batam.
”Pembangunan kedua proyek pembangkit senilai Rp. 1 Trilyun tersebut, dapat
mengurangi biaya bahan bakar, bahkan dapat menghentikan pemakaian bahan bakar
minyak, serta menambah pasokan listrik guna meningkatkan kehandalan sistem
kelistrikan di Batam. Dengan kondisi ini bright PLN Batam siap untuk menjadi
partnerpertumbuhan ekonomi wilayah KEPRI khususnya di Batam” kata Dadan.
Sementara itu, Gubernur Kepulauan Riau, Muhammad Sani meminta
PT Pelayanan Listrik Nasional b'right PLN Batam agar fokus memenuhi pasokan
listrik Kota Batam sebelum merencanakan penjualan ke Singapura.
"PLN Batam harus fokus dan meningkatkan kestabilan pasokan untuk Batam dulu sebelum berfikir untuk menjual listrik ke Singapura," katanya. Terlebih, Gubernur menilai sejak beberapa waktu terakhir kinerja PLN Batam sering terganggu terlihat dengan banyaknya pemadaman yang terjadi.
"Pemenuhan kebutuhan listrik dan stabilitas pasokan listrik di Batam perlu mendapat jaminan dari PLN Batam," kata Sani. Selain itu, PLN Batam juga diminta untuk merealisasikan rencana interkoneksi Pulau Batam- Pulau Bintan pada 2013 yang dayanya diambil dari PLTU Tanjung Kasam yang berkapasitas 2x55 megawatt. (gus).
"PLN Batam harus fokus dan meningkatkan kestabilan pasokan untuk Batam dulu sebelum berfikir untuk menjual listrik ke Singapura," katanya. Terlebih, Gubernur menilai sejak beberapa waktu terakhir kinerja PLN Batam sering terganggu terlihat dengan banyaknya pemadaman yang terjadi.
"Pemenuhan kebutuhan listrik dan stabilitas pasokan listrik di Batam perlu mendapat jaminan dari PLN Batam," kata Sani. Selain itu, PLN Batam juga diminta untuk merealisasikan rencana interkoneksi Pulau Batam- Pulau Bintan pada 2013 yang dayanya diambil dari PLTU Tanjung Kasam yang berkapasitas 2x55 megawatt. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar