BATAM – Kawasan perdagangan dan
pelabuhan bebas ( FTZ) Batam, Provinsi Kepualauan Riau dinilai sebagai kawasan
yang sangat menarik untuk investasi didukung infrastruktur yang cukup memadai.
Meski demikian, Pemerintah diminta meningkatkan kemampuan birokrasi dan regulasinya
dalam mengurus perijinan agar investor lebih mudah membuka perusahaan di Batam.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Scot Marciel mengatakan, secara
umum iklim investasi di Indonesia sudah sangat baik termasuk di Batam karena
infrastruktur sudah cukup memadai dan adanya kemampuan untuk melakukan
aktivitas ekpor dan impor dengan cepat. Meski demikian, kondisi di Indonesia
tidak lebih baik dibanding banyak negara lain khususnya di kawasan Asia karena
berdasarkan laporan Bank Dunia, Indonesia berada di peringkat 128 kelayakan
untuk berinvestasi.
Peringkat itu, kata Scot mestinya terus ditingkatkan oleh pemerintah RI
dengan membenahi birokrasi serta regulasi hingga pada saatnya nanti investor
lebih mudah membuka perusahaan di Batam atau Indonesia.
“Iklim investasi di Indonesia khususnya di Batam sudah sangat baik, tapi
perlu terus ditingkatkan agar tidak tertinggal dengan negara lain. Terlebih
saat ini peringkat kelayakan investasi Indonesia berdasarkan laporan Bank Dunia
berada di posisi 128,” katanya kepada Koran Jakarta saat berkunjung ke Batam,
Senin (14/5).
Investasi Amerika Serikat di Batam sendiri belum terlalu banyak karena
informasi tentang Batam belum banyak dimengerti oleh pengusaha Amerika Serikat.
Oleh karena itu, kantor Kedutaan Amerika di Indonesia berupaya untuk
mempromosikan investasi di Indonesia termasuk Batam. Salah satu caranya dengan
mendatangkan pengusaha AS ke Batam seperti yang dilakukan kemarin Senin (14/5)
Menurut Scott ada 16 perusahaan Amerika Serikat terdiri dari Ascendas, Avaya, Clintec International, Covidien, Diageo, DUA
Associates, Exterran, FMC Technologies Singapore Pte Ltd., General Atlantic
Singapore Fund Management, Knowledge Universe, Laticrete, Nosco, Rajah and
Tann, Toll Global Logistics, Hewlet-Packard, dan Kraft Foods yang menyatakan
tertarik untuk investasi di Batam khususnya di sector manufaktur dan industri perminyakan.
Kepala BP Batam, Mustafa Widjaja mengatakan, Investasi Amerika Serikat di
Batam belum terlalu banyak dan saat ini Amerika Serikat menempati urutan ke
lima negara yang paling banyak menanamkan modalnya di Batam dengan jumlah
perusahaan sekitar 17 yang sebagian besarnya bergerak di industri perminyakan.
Untuk meningkatkan investasi AS di Batam, pemerintah khususnya BP Batam
terus berupaya meningkatkan promosi. Selain itu, BP Batam juga terus berupaya
meningkatkan iklim investasi di Batam dengan membenahi infrastruktur seperti
perluasan pelabuhan kargo Batu Ampar dan membangun jalan baru. Selain itu, BP
Batam juga terus membenahi proses perijinan agar lebih cepat dan murah dengan
cara merapkan system teknologi internet.
Sementara itu, Direktur Utama PT Citra Tubindo Tbk, Kris Wiluan mengatakan,
Batam sebenarnya merupakan daerah yang sangat menarik untuk investasi meskipun
tidak berstatus FTZ. Pasalnya, letak geograsis Batam sangat strategis dekat
dengan jalur pelayaran dan perdagangan internasional yakni Selat Malaka. Namun,
pemerintah belum memaksimalkan potensi tersebut sehingga kalah jika disbanding kawasan
FTZ di Malaysia dan Vietnam.
“Potensi yang dimiliki Batam belum dimaksimalkan sehingga ekonomi di daerah
ini tidak tumbuh cepat,” katanya.
Kris berharap pemerintah bisa bertindak cepat untuk memperbaiki kelemahan
yang dimiliki Batam seperti birokrasi yang masih berbelit belit dan masih ada
peraturan daerah yang tidak ramah terhadap investasi, kemudian infrastruktur
juga harus terus dibenahi. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar