BATAM – Jembatan Enam Barelang
(Batam, Rempang dan Galang) yang menghubungkan Pulau Galang Lama dan Galang
Baru sepanjang sekitar 180 meter dengan ketinggian dari permukaan laut kurang
lebih 20 meter yang dibangun pada masa Ketua Otorita Batam dijabat BJ Habibie
ambruk ditabrak kapal tongkang berbendera Australia, APC Aussie 1 yang sedang lego
jangkar di sekitar perairan tersebut.
Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang juga Direktur Badan
Pengusahaan Batam atau Otorita Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, tertabraknya
Jembatan Enam Barelang terjadi pada dini hari sekitar pukul 03.00 WIB Rabu
(6/6) saat kapal tongkang berbendera Australia APC Aussie 1 sedang lego jangkar
di sekitar perairan tersebut menunggu pekerjaan. Saat parkir, kapal bergerak kearah
jembatan didorong oleh arus laut yang cukup kuat ditambah angin kencang menyebabkan
kapal bergerak kearah Jembatan lalu menabraknya.
Kapal tersebut hingga berita ini diturunkan masih berada di tengah tengah
jembatan ambrol tersebut dan belum dievakuasi karena dibutuhkan alat berat
untuk mengevakuasi kapal. Kapal Tangker APC Aussie 1 merupakan kapal tongkang
yang mengangkut pipa baja ukuran 150 meter. Kapal tersebut diketahui sudah
sekitar delapan bulan lego jangkar di perairan itu menunggu untuk memuat barang yakni pipa baja yang akan dibawa
ke sejumlah negara.
“Belum ada konfirmasi dari pemilik kapal terkait kejadian ini dan soal
kerugian diperkirakan akan diganti rugi oleh asuransi,” kata Djoko, Rabu (6/6).
Direktur Perencanaan dan Pembangunan BP Batam, Ir Istono mengatakan kerusakan
jembatan Enam Barelang yang tertabrak cukup parah namun belum bisa diketahui
secara persis tipe kerusakannya dan biaya untuk memperbaikinya. Kerusakan
paling parah terjadi di tengah tengah jembatan menyebabkan arus lalu lintas
dari dua pulau tidak bisa dilewati.
Menurut Istono, Jembatan VI Barelang merupakan jembatan yang dibangun dengan
teknologi cukup tinggi dan diresmikan pada 15 November 1996 lampau, dirancang
untuk jangka waktu 50 tahun ke depan. Beban yang maksimal yang mampu ditahan
oleh jembatan sekitar 20 ton. dengan struktur pembangunan jembatan tipe box
gilder yang dirancang menggunakan lempeng teflon untuk menjaga pemuaian dan
karat. Berdasarkan pantauan dari atas terjadi pergeseran teflon, dan yang
paling parah merupakan di ruas sebelah kanan dari arah Jembatan V Barelang.
“Sampai dengan saat ini, kerugian maupun kerusakan yang ditimbulkan akibat
insiden tongkang belum bisa dipastikan. Kemungkinan dalam jangka waktu lima
hari kedepan, sudah bisa dipastikan masalah kerusakan dan jangka waktu
perbaikan setelah kapal di evakuasi dari jembatan,” katanya.
Sementara itu, perusahaan yang mengatur lego jangkar kapal tersebut di
perairan itu yakni PT Batam Samudera mengaku akan bertanggung jawab atas
kerusakan jembatan. Manager, PT Batam Samudera, Andre Moniaga mengatakan, kapal
Tongkang sepanjang 110 meter dengan lebar 33,55 meter itu parkir di perairan
Galang Baru menggunakan satu jangkar berjarak sekitar 15 mil dari bibir pantai.
Namun, pengaruh angin kencang tali jangkar akhirnya terputus dan terseret
hingga menabrak jembatan tepat di bagian tengah.
Selama ini, kata Andre pihaknya terus melakukan pengawasan terhadap tongkang
melalui radar. Dimana pihak yang menangani tongkang untuk lego jangkar di
perairan Galang Baru yaitu PT Bias Delta. Namun, sekitar pukul 02.00 WIB,
tongkang tersebut hilang dari radar pengawas, dan sekitar pukul 03.00 WIB kami
mendapat laporan sudah berada di Jembatan VI Barelang.
“Terkait kerusakan jembatan yang diakibatkan tongkang tersebut kami bertanggung
jawab dan akan melakukan koordinasi dengan pihak BP Kawasan,” katanya.
Jembatan Enam Barelang merupakan salah satu dari enam jembatan yang dibangun
BJ Habibie sewaktu menjabat Ketua Otorita Batam. Jembatan Barelang dibangun tahun
1992 dan selesai tahun 1998 dengan biaya saat ini sekitar 400 miliar rupiah. Jembatan
yang menjadi ikon kota Batam itu dibangun untuk menghubungkan sejumlah pulau
yang ada di Batam. Adapun total panjang jembatan adalah 2.264 meter ini terdiri
dari rangkaian enam jembatan yang masing-masing diberi nama raja yang pernah
berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi.
Jembatan Satu diberinama Jembatan Tengku Fisabilillah, Struktur dan modelnya
mirip dengan golden gate-nya San Fransisco USA. Jembatan inilah yang paling
dikenal oleh masyarakat. Jembatan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau
Tonton dan memiliki lebar tinggi 642 x 350 x 38 meter. Jembatan ini bercirikan
model Cable Stayed yang menjuntai dan megah. Jembatan Dua bernama Jembatan
Narasinga yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah dan memiliki
panjang lebar tinggi 420 x 160 x 15 meter. Jembatan Tiga adalah Jembatan Ali
Haji yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang
lebar tinggi 270 x 45 x 15 meter. Jembatan Empat bernama Jembatan Sultan Zainal
Abidin yang menghubungkan Pulau Setokok dengan Pulau Rempang dan memiliki
panjang lebar tinggi 365 x 145 x 16,5 meter. Jembatan Lima disebut Jembatan
Tuanku Tambusai yang menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan
memiliki panjang lebar tinggi 385 x 245 x 31 meter dan terakhir Jembatan Enam
yang saat ini ambrol akibat tertabrak kapal tanker Aussie 1 bernama Jembatan
Raja Kecil, menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru dan memiliki
panjang lebar tinggi 180 x 45 x 9,5 meter. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar