BATAM – Pemerintah Kota Batam minta agar Badan Pengusahaan
(BP) Batam memindahkan lokasi lego jangkar atau labuh kapal di sekitar perairan
Pulau Galang karena maraknya aktivitas kapal besar telah merusak terumbu karang
di perairan tersebut.
Walikota Batam Ahmad Dahlan
mengatakan, BP Batam atau Otorita Batam mesti memindahkan titik koordinat
kawasan labuh kapal atau lego jangkar di perairan Pulau Galang ke kawasan lain
untuk menghindari kerusakan wilayah konservasi dan keamanan warga pesisir.
Terlebih banyaknya aktivitas kapal besar di perairan itu telah merusak jembatan
Barelang yang menjadi ikon kota Batam akibat tertabrak Kapal Aussie 1 beberapa
waktu lalu.
“Aktivitas kapal besar di sekitar
perairan Pulau Galang diketahui merusak lingkungan terutama terumbu karang dan
nelayan di sekitar lokasi itu juga protes karena hasil tangkapan mereka
berkurang sejak adanya aktivitas lego jangkar,” katanya, Senin (11/6).
Menurutnya, terdapat lebih dari 461
kepala keluarga (KK) yang bermukim di sekitar Pulau Galang yang sebagian besar
berprofesi sebagai nelayan. Produksi ikan dari kawasan itu juga menjadi pemasok
utama untuk warga kota Batam sehingga jika hasil tangkapan nelayan terus
berkurang dikuatirkan akan berdampak pada perekonomian warga Batam. Selain itu juga
terdapat kawasan konservasi terumbu karang di perairan Galang yang perlu
dilindungi.
“Banyak hal yang menjadi
pertimbangan pemerintah kota untuk meminta agar titik koordinat labuh kapal di
perairan Galang direlokasi ke kawasa lain, yakni untuk menghindari kerusakan
wilayah konservasi, stabilitas kegiatan ekonomi dan keamanan warga pesisir di
sana,” katanya.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Batam Adiwinata
di Batam menambahkan, terumbu karang di kawasan konservasi perairan Barelang
Kota Batam, Kepulauan Riau, terancam rusak akibat wilayah tersebut dijadikan
area lego jangkar oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam.
“Kawasan perairan yang dijadikan tempat lego jangkar merupakan kawasan konservasi terumbu karang dengan luas mencapai 66.867 hektare mencakup perairan Pulau Mubud, Pulau Abang, Pulau Nguan, Pulau Karas dan Pulau Petong,” katanya.
Menurutnya, terumbu karang yang ada di perairan Pulau Galang merupakan jenis terumbu karang yang tidak ditemukan di daerah lain sehingga Pemko Batam kuatir jika kawasan konservasi tersebut rusak dengan banyaknya kapal-kapal berukuran besar yang berada di sana maka dikuatirkan terumbu karang tersebut akan rusak dan punah. Untuk mengetahui kerusakan terumbu karang di perairan Pulau Galang, Pemko Batam telah menurunkan tim yang meneliti kerusakan terumbu karang tersebut.
“Kawasan perairan yang dijadikan tempat lego jangkar merupakan kawasan konservasi terumbu karang dengan luas mencapai 66.867 hektare mencakup perairan Pulau Mubud, Pulau Abang, Pulau Nguan, Pulau Karas dan Pulau Petong,” katanya.
Menurutnya, terumbu karang yang ada di perairan Pulau Galang merupakan jenis terumbu karang yang tidak ditemukan di daerah lain sehingga Pemko Batam kuatir jika kawasan konservasi tersebut rusak dengan banyaknya kapal-kapal berukuran besar yang berada di sana maka dikuatirkan terumbu karang tersebut akan rusak dan punah. Untuk mengetahui kerusakan terumbu karang di perairan Pulau Galang, Pemko Batam telah menurunkan tim yang meneliti kerusakan terumbu karang tersebut.
Sementara itu, Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, kawasan lego jangkar
atau labuh kapal di sekitar perairan Barelang telah memiliki ijin dari
Kementerian Perhubungan yang diberikan pada tahun 2008 sebagai tempat lego
jangkar kapal.
"Kawasan lego jangkar di perairan Pulau Galang resmi karena mendapat ijin dari Kementerian Perhubungan,” kata Djoko. (gus).
"Kawasan lego jangkar di perairan Pulau Galang resmi karena mendapat ijin dari Kementerian Perhubungan,” kata Djoko. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar