Sabtu, 13 Oktober 2012

Menggagas Batam Sebagai Windows of Indonesia

Batam digagas menjadi pintu masuk atau windows of Indonesia bagi turis asing yang ingin berwisata di dalam negeri, untuk merealisasikan langkah tersebut, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau membentuk Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), lalu DPRD Kepri membentuk Panitia Khusus atau Pansus Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda). Langkah itu diharapkan menjadi peluru untuk mencapai tujuan dimaksud. Ketua Pansus Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda) DPRD Kepri, Jumaga Nadeak mengatakan, DPRD Provinsi Kepri telah membentuk Panitia Khusus Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda). Pansus tersebut telah merekomendasikan Kota Batam sebagai pintu utama masuknya wisatawan domestik dan asing ke Indonesia. Untuk mendukung langkah itu, perlu dukungan kebijakan dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Sementara itu, Pansus Rippda natinya akan menyusun langkah langkah strategis yang diperlukan guna mendukung program tersebut. “Konsep Batam sebagai miniatur Indonesia dimaksudkan untuk menarik sebanyak mungkin wisatawan berkunjung ke Batam dan destinasi wisata lainnya di Kepri,” katanya. Sebagai langkah awal, anggota Pansus akan melakukan studi banding ke seumlah tempat yang sudah maju industri pariwisatanya. Hasil studi banding nantinya akan menjadi bahan pertimbangan untuk melahirkan kebijakan strategis guna memajukan pariwisata di Batam dan Kepri. Nadeak berharap, program tersebut mendapat respon positif dari Pemerintah Kota Batam untuk itu diharapkan Pemko segera membenahi infrastruktur khususnya sector transportasi di laut, udara dan darat. Akses masuk bagi para wisatawan ke Batam harus dibuat dengan mudah dan murah. Selain itu layanan kepada para turis juga harus dibuat semaksimal mungkin, untuk itu harus dijaga ketertiban dan keteraturan serta kenyamanan dan kedamaian di Batam. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, Guntur Sakti mengatakan, Kebijakan pembangunan pariwisata daerah saat ini semakin terarah ditandai dengan disusunnya Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah. Dengan disusunnya Ripda, pembangunan pariwisata di tiap kabupaten/kota di Kepri kini menggunakan sistem cluster, sesuai potensi yang dimiliki daerah masing-masing. Pembangunan pariwisata nantinya akan mengacu pada empat pilar yakni destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Selain itu, penyusunan Ripda diperlukan untuk mencapai akselerasi, keselarasan, dan sinergi pembangunan pariwisata baik oleh pemerintah, Pemda, lintas sektor dan pelaku pariwisata itu sendiri. Saat ini, terang Guntur, Ripda sudah memasuki tahap pembahasan di tingkat Pansus DPRD Kepri. Ripda ditargetkan rampung 2-3 bulan ke depan. Terus dilanjutkan dengan penyusunan produk regulasi yang merupakan turunan dari Ripda tersebut. Menurut Guntur, dengan adanya Ripda pembangunan pariwisata akan lebih terarah dan pembangunan akan disesuaikan dengan keunggulan komparatif yang dimiliki tiap kabupaten/kota di Kepri. Ia mencontohkan pembangunan pariwisata Batam dipacu pada sektor MICE, wisata kota dan bahari ditunjang sektor pariwisata lain. Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Rahman Usman yang baru saja dilantik Gubernur Kepri mengatakan, Indonesia, dengan segala potensi lokal budaya (wisata budaya), keanekaragaman agama (wisata religi), dan potensi alam (wisata alam) yang begitu besar, seharusnya dapat berperan dalam industri kepariwisataan di kawasan regional. Demikianhalnya dengan Provinsi Kepri khususnya Batam yang memiliki posisi strategis dan banyaknya potensi wisata yang layak jual mestinya bisa menjadikan sector pariwisata sebagai industry yang menguntungkan. Namun kenyataannya, industri pariwisata nasional dan juga di Kepri justru kalah dibanding negara tetangga. Itu disebabkan pengelolaannya yang belum optimal dan terintegrasi. "Perlu ada kesadaran kolektif tentang arti penting sektor pariwisata bagi ekonomi kerakyatan dalam membangun sebuah industri pariwisat," katanya. Menurutnya, pemerintah dinilai belum serius mengelola bisnis pariwisata sehingga potensi pasar yang sangat besar belum mampu diserap. Padahal, industri Pariwisata memiliki daya dorong yang sangat kuat untuk menggerakkan ekonomi nasional karena sifatnya yang multicomplex dan multiplier eff ect, artinya memberi dampak positif bagi semua orang atau lintas sektoral. "Contohnya pariwisata di Provinsi Kepri, potensi pasar wisatawan asing sekitar 30 juta orang per tahun hanya dari Malaysia dan Singapura, namun penyerapannya saat ini tidak lebih dari 10 persen saja," kata dia kepada Koran Jakarta. Belum bangkitnya industri pariwisata di Kepri, kata Rahman, disebabkan pemerintah masih berpikir parsial dalam mengelola bisnis tersebut sehingga masing-masing departemen tidak saling mendukung. Pihak Bea Cukai, misalnya, masih menggunakan kekuasaannya untuk menakut-nakuti penumpang yang datang ke Indonesia dengan cara menggeledah secara berlebihan barang bawaannya. Rahman mengatakan, untuk meningkatkan industry pariwisata di daerah khususnya menjadikan Batam sebagai Windows of Indonesia yang terpenting harus dilakukan adalah membuka akses semudah mudahnya untuk mencapai Batam. Untuk itu, infrastruktur pelabuhan, bandara dan jalan harus sudah siap. Setiap orang atau turis yang ingin berkunjung ke Batam dari manapun harus mudah untuk melakukanya. Saat ini, Batam sudah memiliki Bandar udara yang layak namun sebagai Bandara Internasional belum memiliki akses ke negara luar sehingga dibutuhkan kerja keras dari Pemerintah daerah untuk membuka jalur penerbangan ke berbagai negara. Kemudian, pelabuhan laut internasional saat ini baru melayani penumpang dari Malaysia dan Singapura padahal potensi negara lain seperti Thailand, Pilipina, Jepang, China dan lainnya juga harus dibuka aksesnya. Selain infrastruktur di pelabuhan dan bandara, katanya Pemerintah daerah juga harus membenahi obyek wisata yang ada di Batam dan membangun sarana umum di tempat tersebut. Pasalnya, di sejumlah obyek wisata yang ada di batam saat ini masih ada yang sulit untuk dikunjungi karena tidak tersedia kendaraan umum serta infrastruktur jalan yang belum siap. Sementara itu, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, Pemerintah Kota Batam berupaya menjadi pintu gerbang bagi turis asing yang ingin bepergian ke sejumlah tempat wisata di Sumatra. "Batam diharapkan menjadi pintu gerbang atau gate way bagi turis asing yang akan bepergian ke sejumlah objek wisata di Sumatra," kata dia. Selain menjadi pintu gerbang bagi industri wisata di Sumatra, Batam berupaya keras menjual produk wisata andalannya sendiri, seperti wisata pantai, budaya, dan sejarah. Untuk itu, target jumlah kunjungan wisatawan asing diproyeksikan meningkat setiap tahunnya. Untuk mencapai target tersebut Pemerintah Kota Batam telah menganggarkan lebih dari 20 miliar rupiah dari APBD yang akan digunakan untuk promosi dan membangun sejumlah infrastruktur dan obyek wisata potensial di Batam. Selain itu, kerja sama dengan pihak swasta terus dilakukan, misalnya dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Beberapa objek wisata andalan Kota Batam antara lain wisata pantai yang ada di hampir setiap penjuru Kota Batam, wisata sejarah di Pulau Galang, yakni tempat penampungan pengungsi Vietnam zaman dahulu, Jembatan Barelang yang menjadi ikon Kota Batam, wisata intercity, yakni wisata belanja yang didukung banyaknya pusat perbelanjaan, serta wisata budaya berupa kunjungan ke sejumlah perkampungan masyarakat Melayu. Batam juga memiliki sejumlah resor berkelas dunia yang bisa dijadikan tempat peristirahatan yang nyaman dan aman bagi turis asing. Di tempat itu, para turis juga bisa menikmati ombak pantai dengan melakukan olah raga ski. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar