BINTAN – Musabaqah Tilawatil Quran
tingkat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) secara resmi dibuka Menteri Agama Surya
Darma Ali di Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, pada
Selasa malam (15/5). Menteri Agama dalam pidatonya mengajak masyarakat Indonesia
menggalakan Gerakan Maghrib Mengaji.
Pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) yang ke empat tingkat Provinsi
Kepri berlangsung meriah disaksikan ribuan warga Kepri. Acara yang
diselenggarakan di Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Bintan tersebut dibuka
secara secara resmi oleh Menteri Agama RI, Surya Darma Ali dan dihibur oleh
kelompok music Soneta Grup dan Rhoma Irama serta tarian kolosal yang dibawakan
putra putri Kepri sebanyak 250 orang.
Pada saat acara pembukaan juga diputar video 3D Mapping, yang menceritakan
perjalanan masuknya Islam dari zaman purbakala hingga ke zaman sekarang ini ke
Indonesia, dengan durasi enam menit. Kemudian, para tamu undangan dihibur oleh
tari kolosal ”Bintang di Bintan”, yang merupakan tari massal dengan anggota
berjumlah 250 orang. Sementara itu, di sepanjang
jalan dari arah Kota Tanjung Pinang menuju ke lokasi MTQ, terlihat ribuan
kendaraan baik roda empat maupun roda dua memadati jalan.
Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, MTQ bukan
hanya sebagai ajang lomba membaca Al Quran tetapi diharapkan bisa
mengamalkannya karena Al Quran merupakan petunjuk bagi umat manusia.
"Dengan mengamalkan Al Quran bisa menjadi solusi berbagai permasalahan dalam hidup," katanya, Selasa malam (15/5).
Surya Darma Ali juga mengajak masyarakat Kepri khususnya dan Masyarakat Indonesia umumnya untuk meningkatkan Gerakan Maghrib Mengaji sebagai upaya untuk terus menysiarkan pembacaan dan pengamalan Al Quran.
"Dengan mengamalkan Al Quran bisa menjadi solusi berbagai permasalahan dalam hidup," katanya, Selasa malam (15/5).
Surya Darma Ali juga mengajak masyarakat Kepri khususnya dan Masyarakat Indonesia umumnya untuk meningkatkan Gerakan Maghrib Mengaji sebagai upaya untuk terus menysiarkan pembacaan dan pengamalan Al Quran.
Menurutnya, kebiasaan mengaji habis maghrib bukanlah
hal baru tetapi sudah diamalkan masyarakat Indonesia sejak dahulu, namun saat
ini sudah banyak masyarakat Indonesia yang melupakannya sehingga perlu
ditingkatkan kembali kebiasaan tersebut. Langkah itu juga dilakukan untuk
menghindari buta membaca alquran bagi generasi muda saat ini yang cenderung
lebih mengenal budaya barat ketimbang mengamalkan perintah agama. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar