Minggu, 14 Oktober 2012

Menyusuri Jejak Manusia Perahu di Pulau Galang


 
Pulang Galang seluas 80 kilometer persegi merupakan salah satu bagian dari gugusan pulau pulau yang ada di Pulau Batam. Tempat itu menjadi istimewa karena terdapat jejak peninggalan orang orang Vietnam atau sering disebut manusia perahu yang sengaja ditempatkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dan Pemerintah Indonesia paska perang saudara yang terjadi di Vietnam sekitar tahun 1980-an.
 
Penggemar wisata sejarah, tentu tak akan melewatkan untuk berkunjung ke Pulau Galang yang ada di Batam Provinsi Kepulauan Riau. Pulau yang berjarak hanya 20 kilo meter tersebut dapat ditempuh sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Akses jalan menuju pulau tersebut terbilang memadai karena sudah ada Jembatan antar pulau yang dibangun BJ Habibie sewaktu menjabat Ketua Otorita Batam.
 
Perjalanan menuju Pulau Galang, membawa cerita tersendiri karena banyak pemandangan indah di sisi kanan serta kiri jalan yang bisa dinikmati para Backpacker. Salah satu pemandangan yang bisa dinikmati adalah hamparan pulau pulau yang bisa dilihat dari atas Jembatan Barelang (Batam, Rempang dan Galang). Jembatan Barelang merupakan Ikon Kota Batam yang juga menjadi salah satu obyek wisata andalan kota Batam. Dari Jembatan Barelang menuju Galang akan ditemui hamparan perkebunan buah Naga yang dikelola warga setempat dan para Backpacker dapat membeli buah naga langsung dari kebun dengan harga sekitar 15 ribu sampai 25 ribu rupiah per kilogram. Dapat juga dijumpai beberapa pantai nan elok dengan pasir putih seperti Pantai Melur dan Morita.
 
Memasuki Pulau Galang, pengunjung dikenai biaya sekitar 20 ribu rupiah per mobil dan suasana tempo dulu akan mewarnai perjalanan Backpacker selanjutnya di Pulau Galang. Nuansa tempo dulu, sengaja dibangun oleh BP Batam dan Pemko Batam yang telah menetapkan Pulau Galang sebagai tempat wisata sejarah. Sejumlah peninggalan warga Vietnam yang tinggal di pulau itu dilestarikan dan dirawat dengan baik seperti Camp untuk tempat tinggal, rumah sakit, tempat ibadah, makam, kuil, patung, perahu dan lainnya. Meski dirawat dengan baik, namun masih ada juga beberapa peninggalan bangsa Vietnam yang tak dapat diselamatkan karena aus dimakan usia atau rusak karena akar pohon.
 
Pengunjung yang tidak membawa bekal makanan, tak perlu kuatir keausan atau lapar karena di tempat ini bisa dijumpai beberapa orang warga yang menjual makanan dan minuman. Sayangnya tidak ada makanan dan minuman khas daerah ini yang dijual karena sebagian besar makanan dan minuman yang ditawarkan adalah produk yang sering dijumpai di berbagai supermarket.
 
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam, Yusfa Hendri menjelaskan, Galang merupakan salah satu obyek wisata andalan Kota Batam, dan di tempat ini setiap tahun selalu dikunjungi raturan warga Vietnam yang ingin bernostalgia atau yang ingin berjiarah ke makan sanak keluarganya yang dikuburkan di Pulau Galang.
 
Sebagai tempat wisata bersejarah, Pemko Batam bersama BP Batam turut memelihara sejumlah bangunan dan tempat lainnya di bekas Camp Pengungsi Vietnam itu agar tetap terpelihara. Oleh karena itu, hampir 80 persen bangunan tempo dulu masih terpelihara hingga saat ini.
 
Sejarah keberadaan manusia perahu atau Bangsa Vietnam ke Pulau Galang berawal dari Perang saudara yang terjadi di Vietnam sekitar tahun 1980 an. Perang saudara antara Utara dan Selatan Vietnam telah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia dan ribuan lagi terpaksa mengungsi ke berbagai negara.
 
Orang Vietnam yang mengungsi kala itu menggunakan alat transportasi perahu untuk mengaruhi lautan luas sehingga mereka sering disebut sebagai manusia perahu. Dengan bekal seadanya dan tujuan yang tidak jelas, manusia perahu dari Vietnam itu terombang ambing di lautan lepas dan sebagian ada yang tewas lalu terkubur di lautan. Kisah tragis bangsa Vietnam tersebut mengundang lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa dan Pemerintah Indonesia untuk membantu para pengunsi sehingga sekitar tahun 1979, Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia menjadikan Pulau Galang sebagai pusat pengungsi Bangsa Vietnam.
 
UNHCR dan Pemerintah Indonesia selanjutnya membangun berbagai fasilitas, seperti barak pengungsian, tempat ibadah, rumah sakit, dan sekolah, yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi Vietnam saat itu yang jumlahnya terus meningkat seiring makin
banyaknya eksodus bangsa Vietnam dari negaranya.
 
Berbagai fasilitas yang dibangun UNHCR dan Pemerintah Indonesia itulah yang saat ini menjadi gedung bersejarah yang dilestarikan Pemko Batam dan BP Batam untuk dijadikan sebagai wisata sejarah. Selain banyak dikunjungi orang orang Vietnam, Camp Pengungsi Vietnam itu juga banyak dikunjungi warga Batam saat hari libur, kemudian turis asal Singapura, Malaysia dan Negara lain juga sering mengunjungi tempat itu untuk melihat secara langsung bukti peninggalan sejarah Bangsa Vietnam sewaktu perang saudara kala itu. (gus)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar