Pulang
Galang seluas 80 kilometer persegi merupakan salah satu bagian dari gugusan
pulau pulau yang ada di Pulau Batam. Tempat itu menjadi istimewa karena
terdapat jejak peninggalan orang orang Vietnam atau sering disebut manusia
perahu yang sengaja ditempatkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dan
Pemerintah Indonesia paska perang saudara yang terjadi di Vietnam sekitar tahun
1980-an.
Penggemar wisata sejarah, tentu tak
akan melewatkan untuk berkunjung ke Pulau Galang yang ada di Batam Provinsi
Kepulauan Riau. Pulau yang berjarak hanya 20 kilo meter tersebut dapat ditempuh
sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Akses jalan menuju pulau tersebut terbilang memadai karena sudah ada Jembatan antar
pulau yang dibangun BJ Habibie sewaktu menjabat Ketua Otorita Batam.
Perjalanan menuju Pulau Galang,
membawa cerita tersendiri karena banyak pemandangan indah di sisi kanan serta
kiri jalan yang bisa dinikmati para Backpacker.
Salah satu pemandangan yang bisa dinikmati adalah hamparan pulau pulau yang
bisa dilihat dari atas Jembatan Barelang (Batam, Rempang dan Galang). Jembatan
Barelang merupakan Ikon Kota Batam yang juga menjadi salah satu obyek wisata
andalan kota Batam. Dari Jembatan Barelang menuju Galang akan ditemui hamparan
perkebunan buah Naga yang dikelola warga setempat dan para Backpacker dapat
membeli buah naga langsung dari kebun dengan harga sekitar 15 ribu sampai 25
ribu rupiah per kilogram. Dapat juga dijumpai beberapa pantai nan elok dengan
pasir putih seperti Pantai Melur dan Morita.
Memasuki Pulau Galang, pengunjung
dikenai biaya sekitar 20 ribu rupiah per mobil dan suasana tempo dulu akan
mewarnai perjalanan Backpacker selanjutnya di Pulau Galang. Nuansa tempo dulu,
sengaja dibangun oleh BP Batam dan Pemko Batam yang telah menetapkan Pulau
Galang sebagai tempat wisata sejarah. Sejumlah peninggalan warga Vietnam yang
tinggal di pulau itu dilestarikan dan dirawat dengan baik seperti Camp untuk tempat
tinggal, rumah sakit, tempat ibadah, makam, kuil, patung, perahu dan lainnya. Meski
dirawat dengan baik, namun masih ada juga beberapa peninggalan bangsa Vietnam
yang tak dapat diselamatkan karena aus dimakan usia atau rusak karena akar
pohon.
Pengunjung yang tidak membawa bekal
makanan, tak perlu kuatir keausan atau lapar karena di tempat ini bisa dijumpai
beberapa orang warga yang menjual makanan dan minuman. Sayangnya tidak ada
makanan dan minuman khas daerah ini yang dijual karena sebagian besar makanan
dan minuman yang ditawarkan adalah produk yang sering dijumpai di berbagai
supermarket.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam,
Yusfa Hendri menjelaskan, Galang merupakan salah satu obyek wisata andalan Kota
Batam, dan di tempat ini setiap tahun selalu dikunjungi raturan warga Vietnam
yang ingin bernostalgia atau yang ingin berjiarah ke makan sanak keluarganya
yang dikuburkan di Pulau Galang.
Sebagai tempat wisata bersejarah,
Pemko Batam bersama BP Batam turut memelihara sejumlah bangunan dan tempat
lainnya di bekas Camp Pengungsi Vietnam itu agar tetap terpelihara. Oleh karena
itu, hampir 80 persen bangunan tempo dulu masih terpelihara hingga saat ini.
Sejarah keberadaan manusia perahu
atau Bangsa Vietnam ke Pulau Galang berawal dari Perang saudara yang terjadi di
Vietnam sekitar tahun 1980 an. Perang saudara antara Utara dan Selatan Vietnam
telah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia dan ribuan lagi terpaksa
mengungsi ke berbagai negara.
Orang Vietnam yang mengungsi kala
itu menggunakan alat transportasi perahu untuk mengaruhi lautan luas sehingga
mereka sering disebut sebagai manusia perahu. Dengan bekal seadanya dan tujuan
yang tidak jelas, manusia perahu dari Vietnam itu terombang ambing di lautan
lepas dan sebagian ada yang tewas lalu terkubur di lautan. Kisah tragis bangsa
Vietnam tersebut mengundang lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa dan Pemerintah
Indonesia untuk membantu para pengunsi sehingga sekitar tahun 1979, Komisi
Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia menjadikan Pulau
Galang sebagai pusat pengungsi Bangsa Vietnam.
UNHCR dan Pemerintah Indonesia
selanjutnya membangun berbagai fasilitas, seperti barak pengungsian, tempat
ibadah, rumah sakit, dan sekolah, yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar
250.000 pengungsi Vietnam saat itu yang jumlahnya terus meningkat seiring makin
banyaknya eksodus bangsa Vietnam
dari negaranya.
Berbagai fasilitas yang dibangun
UNHCR dan Pemerintah Indonesia itulah yang saat ini menjadi gedung bersejarah
yang dilestarikan Pemko Batam dan BP Batam untuk dijadikan sebagai wisata
sejarah. Selain banyak dikunjungi orang orang Vietnam, Camp Pengungsi Vietnam
itu juga banyak dikunjungi warga Batam saat hari libur, kemudian turis asal
Singapura, Malaysia dan Negara lain juga sering mengunjungi tempat itu untuk
melihat secara langsung bukti peninggalan sejarah Bangsa Vietnam sewaktu perang
saudara kala itu. (gus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar