Jumat, 12 Oktober 2012

Panasonic Hentikan Kegiatan Produksi di Batam

BATAM – Perusahaan elektronik asal Jepang yang memproduksi komponen radio, PT Panasonic Shikoku menghentikan kegiatan produksinya di Batam sejak awal April 2012 ini disebabkan perseroan tidak lagi memproduksi komponen radio tersebut dipicu penjualan yang terus menurun. Direktur Pusat Layanan Terpadu Satu Pintu dan Humas Badan Pengusahaan (BP) Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, manajemen PT Panasonic Shikoku Batam yang berlokasi di kawasan industri Batamindo sudah memberitahukan secara resmi tentang penghentian kegiatan produksinya. Itu dilakukan karena komponen radio yang selama ini disuplai untuk pembuatan radio tidak lagi diproduksi, dengan demikian Panasonic tidak akan lagi memproduksi komponen penunjang peralatan radio tersebut. Komponen yang diproduksi oleh Panasonic Shikoku yaitu coil, transformator, remote control dan resistor. “Panasonic yang sudah beroperasi di Batam sejak 1994 dengan investasi awal 26 juta dollar AS telah menutup pabrik pembuatan komponen radionya di Batam karena order yang terus menurun,” katanya, Minggu (1/4). Menurut Joko, Manajemen PT Panasonic Shikoku Batam yang beroperasi di Kawasan Industri Batamindo Muka Kuning Batam dengan didampingi kuasa hukumnya mengadakan pertemuan dengan Anggota 5 Deputi Bidang Pengawasan Pengendalian BP Batam yakni Ir. Asroni Harahap, M.Sc yang didampingi Kepala Sub Direktorat Penanaman Modal Direktorat Investasi dan Marketing di lantai 6 BP Batam, Batam Centre, Batam, pada hari Kamis, (29/3).. Pertemuan pihak manajemen PT Panasonic Shikoku Batam dimaksudkan untuk berpamitan kepada BP Batam sebagai instansi pengelola kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam terkait dengan berhentinya operasional perusahaan joint venture Singapura-Jepang tersebut di Batam. Sementara itu, perusahaan Panasonic lainnya yakni PT Panasonic Industrial Devices Batam yang berlokasi di kawasan industry Batam Centre yang memproduksi pengubah tegangan pengubah arus dan pengontrol tegangan, serta industri komponen elektronik tidak akan menghentikan kegiatan produksinya di Batam. Perusahaan ini tidak terpengaruh dengan rencana penutupan pabrik Panasonic Shikoku yang memproduksi komponen radio disebabkan produksi yang dihasilkan berbeda, selain itu manajemen yang mengelola dua perusahaan itu juga berbeda. PT Panasonic Shikoku Batam mulai beroperasi pada tahun 1994 di Kawasan Industri Batamindo Muka Kuning Batam dengan Surat Pendirian No. 103/I/PMA/1994 tanggal 8 April 1994 dengan bidang usahanya industri komponen elektronika dan merupakan perusahaan joint venture Singapura-Jepang dengan nilai investasi 26.000.000 dollar AS. Sementara itu, PT Panasonic Industrial Devices Batam mulai beroperasi pada tahun 1995 dengan Surat Pendirian No. 451/I/PMA/1995 tanggal 18 Agustus 1995 dan dulunya masih bernama PT Panasonic Electronic Devices Batam dengan nilai investasi sebesar 5.000.000 dollar AS dengan bidang usaha industri pengubah tegangan pengubah arus dan pengontrol tegangan, serta industri komponen elektronik. Quality Assurance PT Panasonic Industrial Devices, Adi Suratman mengatakan, PT Panasonic Shikoku Batam dan PT Panasonic Industrial Devices Batam tidak berada dalam satu manejemen sehingga penutupan pabrik PT Panasonic Shikoku tidak berpengaruh apapun terhadap kegiatan produksi PT Panasonic Industrial Devices Batam. Menurutnya, kegiatan produksi dari PT Panasonic Industrial Devices selama ini berjalan lancar tanpa hambatan. Perseroan hanya melakukan perubahan nama dari PT Panasonic Elektrikal Devices menjadi PT Panasonic Industrial Devices beberapa waktu lalu. Sementara itu, perusahaan elektronik jepang lainnya yakni Sharp justru akan melakukan ekspansi bisnisnya di Indonesia. Perseroan akan pabrik baru di kawasan Karawang Internasional Industrial City pada Juli tahun ini juga. Pabrik seluas 30 hektare ini ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2013 mendatang. President Director PT Sharp Electronics Indonesia, Fumihiro Irie mengatakan, pabrik baru itu didirikan dengan nilai investasi sebesar 1,2 triliun rupiah akan digunakan untuk memproduksi lemari es dan mesin cuci, mengambil alih beban produksi dari pabrik lama yang terletak di Pulogadung. Pabrik di Pulogadung nantinya akan digunakan untuk produksi TV, pusat servis, serta pusat pelatihan. Irie menyebutkan bahwa keberadaan pabrik baru ini akan menggenjot produksi mesin cuci dan lemari es. Di pabrik Pulogadung, produksi lemari es mencapai 120 ribu unit per bulan, sementara untuk mesin cuci mencapai 50 ribu unit per bulan. Sementara itu, kapasitas produksi pabrik baru untuk lemari es nantinya akan mencapai 220 ribu unit per bulan sedangkan mesin cuci mencapai 140 ribu unit per bulan. Saat ini lemari es yang akan diproduksi di Karawang berukuran hingga 300 liter, sedangkan untuk model yang lebih besar masih akan diimpor dari Thailand. Untuk mesin cuci, yang akan diproduksi adalah mesin cuci dengan dua tabung. Menurut Irie, membaiknya kondisi perekonomian di Indonesia akan meningkatkan permintaan barang-barang elektronik seperti lemari es dan mesin cuci. Tahun lalu penetrasi lemari es dan mesin cuci meningkat menjadi 35 persen dan 16 persen. Pada 2015, Irie memperkirakan angka ini meningkat menjadi 45 persen untuk lemari es dan 20 persen untuk mesin cuci. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar